KITAB MARGANITHA
Ditulis oleh:
+Mar Odisho, Metropolitan dari N’siwin dan Armenia,
Tahun 1298 Masehi.
Diterjemahkan
oleh:
Uskup
Mar Nicholas Lumbantoruan
Editor:
Shamasha
Aldo Tulung Allo
Dalam
kekuatan tangan Maran Yeshua Mshikha kami mulai menuliskan Kitab ini dinamai Marghianeetha,
(harafiah "Mutiara,") tentang kebenaran dari Agama Mshikhanuth (Nasrani).
Bagian I
PERIHAL ALAHA
PASAL I
Teori Mengenai Alaha
Alaha ada, dan dunia diciptakan, dibuat, dan
bersifat sementara
Rasul Shaul (Paulus) rasul
sorgawi, harta karun dari Ruakh Ha’Kodesh, filsuf spiritual; melalui sang Roh,
telah meletakkan sendi dasar inspirasi menakjubkan bagi teologi, melalui
perkataannya bahwa manusia “harus mencari Alaha dan merasakan Dia, serta
menemukan Dia[1]
di luar dari CiptaanNya.” Seniman dikenali melalui karya seni yang
dihasilkannya dan si pembuat melalui benda buatannya.
Dunia itu dibuat, diciptakan dan
dunia itu punya awal waktu yang jelas sebagai fakta, dunia itu
dicampur-baurkan, dibingkai dan ditata apik secara keseluruhan dalam semua
bagian-bagiannya. Segala sesuatu dicampur-baurkan, dibingkai dan ditata
pastilah ada pencampur-baurkan hal ini semua, pembingkai dan penata. Dunia
dicampur-aduk, dibuktikan dari keberadaannya yang tersusun dari banyak bagian
dan dari semua tubuhnya terdiri dari bendawi, spesies, segala yang bergerak
kelihatan dan tak kelihatan didalamnya. Namun, kesaksian yang paling pasti
bahwa keberadaan bingkainya adalah manusia, dia adalah dunia kecil dalam
dirinya sendiri dan dalam formasinya semua yang tercipta ada di dalamnya, sebagaimana
salah satu karya sastra sage mengatakan: “Manusia
itu ringkasan dari seluruh dunia dan keseluruhan bingkai alam ciptaan.”
Dunia ditata dengan teratur mengagumkan terdiri dari lapisan angkasa raya, planet, unsur-unsur dengan semua daya
kuasa produktif mereka, tumbuhan berkembang biak, pohon, barang-barang tambang
mineral di perut bumi, kawanan binatang liar ganas dan umat manusia; ini
merupakan tatanan keteraturan menakjubkan lintas batas kearifan berpikir dan
pengetahuan semua mahluk ciptaan. Para filsuf kuno menyimpulkan setiap gerak
haruslah memiliki penyebab bergeraknya hingga sampai menuju kepadaNya sang Dia
Tak Bergerak. Dia itu adalah Penyebab segala sesuatu, dan sang Dia itu mereka
tafsirkan pastilah Dia baik adanya, bijaksana dan maha kuasa. Dia disebut “Alaha”, sebab Dia telah
menciptakan dunia tanpa sebab (contoh, oleh karena gerakNya sendiri);
bijaksana, disebabkan keteraturan yang mengagumkan dan bingkai yang terhampar
dalam alam semesta; kemahakuasaan, dikarenakan kemampuanNya menangani segala
sesuatu yang secara alamiah sebenarnya saling menghancurkan satu sama lain dan
membawa mereka semua bersama dalam satu keharmonisan. Lebih lanjut, dunia ini
disusun terdiri dari kualitas dan kuantitas, mempertahankan nyawa dan tubuhnya,
persebaran dan dimensi berbeda yang kesemuanya itu pikiran manusia bisa
menyelidikinya, mengapa mereka tak sedikit jumlahnya atau lebih, lebih tinggi
atau lebih pendek dari pada lainnya. Rancang bangun yang begitu harmonis,
dimensi-dimensi dan kemiripan, terhadap satu sama lain, kelanjutan dan
eksistensi mereka sebagaimana mereka adanya. Hal itu semua diketemukan
jawabannya berasal dari intelegensi dan kehendak sang Pencipta yang telah
menciptakan dan mengatur mereka sesuai kehendakNya sebagaimana Dia mengetahui
akan hal yang terbaik dan yang paling cocok untuk semua. Seniman harus ada
terlebih dahulu sebelum lahirnya karya cipta. Kemudian, sang Pencipta menopang
semua yang tercipta itu serta yang tercipta itu mengikuti alur tatanan yang
telah digariskanNya dan semua yang tercipta memiliki awal waktu dan tidak
abadi. Dunia alam ciptaan itu juga mengikuti arus kehendak sang Pembuat semua
hal ini, Dia itu baik adanya, bijaksana, kekal, kuat dan memiliki kehendak.
PASAL II
Alaha itu Esa dan Tidak Banyak
Pencipta dunia adalah Esa dan
tidak banyak, demikianlah faktanya. Tak
mungkin yang “banyak” bisa memiliki; keesaan, sempurna, tak dapat berubah,
memiliki kehendak bebas, tak terikat dengan lainnya sebab mereka haruslah salah
satunya sama sejajar dalam hakikat dan dalam segala hal memiliki ini dan itu
yang identik sama menghancurkan pluralitas non-keberadaan yang berbeda, atau
sesuatu perbedaan, sama halnya itu adalah tidak konsisten mengadakan keberadaan
dari dua kegelapan, sama persis dalam setiap respeks, tidak dapat dibedakan,
memiliki tetapi kepemilikan tunggal dan substansi yang sama atau mereka harus
jelas dibedakan dari satu dengan lain dalam hakikat dan dalam segalanya,
memiliki fungsi yang sama dalam hal ini dan itu; karena mereka bisa
bertentangan dan saling menghancurkan satu sama lain.
Namun, hakikat yang sama tak bisa
eksis diantara dua pencipta yang saling bertentangan, tak juga karya sempurna
dihasilkan dari mereka. Oleh sebab itu, mereka haruslah persis sama dalam
hakikat dan jelas dalam hal ini dan itu, tiap keberadaan memiliki kualitas
tertentu sehingga melalui hal ini bisa dibedakan dari sekutunya; saat mereka
semua akan dileburkan dari semua hal-hal yang melekat pada dirinya
masing-masing dalam keserupaan dan sekaligus bisa dibedakan. Namun setiap
peleburan dilakukan harus ada pembuatnya dan si pembuat itu membuahkan
kebenaran seperti deklarasi berikut ini: “Maran Alaha kita adalah Alaha yang
Esa[2] dan meskipun banyak
ilah-ilah dan tuhan-tuhan, bagi kita hanya ada Satu Alaha saja.”[3]
PASAL III
Alaha itu Kekal
Segala sesuatu yang eksis harus
ada yang kekal dan fana; segala sesuatu yang fana memiliki penyebab dan
pembuatnya dan berada dalam ruang dan waktu, sang Pembuat itu haruslah
keberadaanNya pra-ada sebelum yang fana ada. Akan tetapi sang Penyebab segala
sesuatu itu harus ada tanpa sebab; sang Pencipta dari segala sesuatu tak
memiliki PenciptaNya. Setiap kebenaran dan pikiran yang tak berpihak akan
terjamin karena alamiah untuk menilai.
Kemudian, seiring dengan itu
Ada-Sendiri (Self-existent) adalah sifat sang Pencipta, Abadi, mendahului
waktu, oleh karena Dia Sendiri itu adalah sang Pencipta waktu dan ruang. Waktu
terhisab dari gerak-gerik raga dan sebagaimana kita telah buktikan bahwa Dia
adalah sang Penyebab dari semua, oleh karena itu “Dia bersifat kekal, tanpa
awal dan akhir.” Sekarang, kita tahu bahwa Dia tak ada awal, tak bisa ada akhir
dan harus punya dua hal ekstrim berlawanan ini apapun itu namanya Dia wajib
adalah yang maha tinggi dan maha mulia, sebagai kebenaran, terang, hidup dan
harus yang maha unggul, maha bijak dan maha kuasa.
PASAL IV
Alaha Tak Dapat Dipahami
Segala sesuatu yang bisa dipahami
baik itu melalui pemahaman rasa atau pikiran; yang dipahami olah rasa (panca
indra) pastilah berwujud raga atau kebetulan (accident). Tetapi Alaha yang
menakjubkan itu bukanlah “raga”; sebab setiap tubuh atau raga itu tercipta dan
setiap tubuh menempati ruang, setiap tubuh atau raga memiliki keterbatasan,
semua berlawanan terhadap Dia sang Maha Ada Sendiri (the Self-existent). Tidak
juga Dia adalah kebetulan; sebab suatu kebetulan tak bisa ada oleh dirinya
sendiri, namun, membutuhkan hakikat yang sudah ada eksis terlebih dahulu. Semua hal itu bisa dipahami oleh pikiran,
pikiran itu juga menjangkau keujung akhir yang luas dan panjangnya (bagian-bagian
batasan yang membedakan dari apa yang bukan) supaya hal itu bisa masuk kedalam
realitas pemahaman; tetapi, dengan demikian sesuatu itu suatu hal yang
terbatas, batas dan dimensi adalah asing terhadap kodrat sang Maha Ada Yang
Hadir Sendiri atau pikiran tidak menjangkau kepada ujung akhirnya, tak juga hal
itu bisa membatasi batasan-batasannya, sebab hal ini tak bisa dipahami, karena
hal itu mustahil bagi pikiran. Oleh karena Kodrat Ilahi tak dapat dimengerti
sama sekali, yakni keberadaanNya bagi akal maka mustahil bisa mengerti terhadap
segala pengetahuan sang Maha Ada Yang Hadir itu, terkecuali Dia mewahyukan
pengetahuanNya. Ungkapan yang disebutkan
filsuf besar, dengan selalu mendaraskan doa: “Oh, wahai Engkau yang menyebabkan
gerak jiwaku, beritahulah aku hakikat
yang menggerakkan aku meskipun itu hanya sekerdip mata, apakah itu dan seperti
apa. Tetapi, tidak sekilas pun hakikat itu disingkapkan kepadaku agar aku boleh
tahu dan paham apa Engkau itu dan bagaimanakah Engkau; tetapi Engkau ada
eksis.” Sekarang, saat kita katakan (tentang Alaha) bahwa Dia adalah tak dapat
dilihat, tak bercampur aduk, tak bisa ditembus dan abadi, kita tak
menggambarkan apa Dia, tetapi apa Dia bukan.
PASAL V
Alahota
(Keilahian)
Segala sesuatu yang eksis
pastilah berjasad ragawi yang memiliki eksistensi sebagai subyek dari kebetulan
(aksiden) dan perubahan, dan bereaksi atas apa saja yang bersinggungan
dengannya; atau bukan suatu jasad ragawi, dan konsekuensinya bukan subyek dari
permacaman ini. Sekarang, kita telah membuktikan bahwa Alaha (Dia Yang Maha
Mulia Tak Mungkin Terpahami) bukan raga atau tubuh dan oleh sebab itu bukan
subyek sesuatu yang menunjuk kepada bendawi, namun Dia Derajat Maha Tak
Terbatas. Apa saja yang menyangkut bukan bendawi dan tak tunduk kepada sesuatu
yang berkaitan dengan bendawi, tradisi kuno menyebutnya PIKIRAN (Mind). Apa
saja perkara eksklusif, tentang apa saja yang menopang ini dan itu harus di
ketahui dan harus mengetahui Dirinya Sendiri, sebab Dia sendiri selalu hadir
dan mengenal Diri dan Dia tak bergantung pada sesuatu tetapi pada Dirinya
sendiri. Apa saja yang mengenal hakikatnya pastilah hidup. Oleh karena itu,
Alaha itu adalah HIKMAT (Wise) dan HIDUP (Living). Sekarang, Dia yang adalah
“Hikmat” melihat karena kearifanNya (wisdom); Dia yang adalah “Hidup” sedang
menghidupi DiriNya Sendiri dan yang lain (ciptaanNya) karena Dia memiliki
Kehidupan (life). Ini adalah rahasia kegaiban sang Alahota, yang mana Jemaat
akui tentang Sifat Menakjubkan, Pikiran, Hikmat dan Hidup. Tiga sifat yang Esa dan Satu yang sama itu
dimuliakan dalam Tiga Sifat (properties). “Pikiran” itu disapa oleh Jemaat
sebagai “Ha’Av” (Bapa) dan Dia yang memper-Anak-kan, sebab Dia adalah sang
Penyebab dari semua dan yang Pertama. Sang Ha’Ben (Anak) disapa sebagai “Hikmat”,
karena Dia adalah diperanakkan oleh sang PIKIRAN dan melaluiNya segala sesuatu
telah diciptakan dan dibuat. “Kehidupan” disapa sebagai Ruakh Ha’Kodesh (Roh
Kudus) yang “mengalir keluar” (Proceeding), karena tak ada Ruakh Ha’Kodesh
lainnya tetapi Dia saja. Dia adalah “Kudus” tak bisa berubah, menurut tafsir
yang dipahami para Ahli Kitab Suci (Soferim); inilah yang disebut oleh Yokhanan
sang penyingkap Keilahian, anak Zebedeus: “Pada awal mulanya adalah sang Miltha
(Sabda atau Firman);[4]” dan, “Hidup adalah terang
manusia[5]”. Sekarang dalam perkara
jiwa yang dimiliki tiga lipat energi; Pikiran, Sabda dan Hidup, adalah Satu dan
bukan Tiga; sebab itulah kita harus memahami tentang TIGA DALAM SATU, SATU
DALAM TIGA. Mata hari juga, yang merupakan satu dalam cakra, nur cahaya dan
panas adalah kias yang diumpamakan oleh Shaul (Paulus) si pemikir Keilahian
kedua sang bejana terpilih[6]: “Dia adalah terang cahaya
dari kemuliaanNya dan ungkapan gambar keberadaanNya;[7]” dan, lagi pula: “Mshikha,
kuasa Alaha dan hikmat Alaha[8] “. Lebih lanjut, segala
sesuatu eksis baik itu kebetulan atau suatu substansi. Tetapi Maha Ada Sendiri
tak bisa kemungkinan ada kebetulan. Oleh karena itu, tiga sifat ini adalah sama
hakikat (consubstantial) dan hal ini disebut “Qnume” (istilah sempit kita
sebut; “hypostasis” atau “substansi”)
dan bukan kuasa-kuasa aksidental (kebetulan), atau pun Mereka tak melakukan perubahan dalam
KEILAHIAN yang sama tak juga kejamakan; sebab Dia adalah sang Pikiran, Dia Yang
Sama itu adalah sang Hikmat, Dia Yang Sama itu adalah sang Hidup, Dia yang
memperanakkan tanpa bisa dihentikan dan memperanakkan (mengadakan proses) tanpa
ada sesuatu pindah dari DiriNya Sendiri.
Berbagai hal ini (perubahan -
perpindahan) adalah perpindahan tak terbatas dari Dia karena tak ada kerupaan
yang riil diantara mahluk-mahluk tercipta dan keberadan sang Kodrat kekal dan
suatu kias sekalipun tak ada yang menyerupai yang bisa diperbandingkan melalui
hal yang tercipta (created); kias dan hal yang dipakai sebagai perbandingan itu
sendiri adalah benda tercipta dan kita (yang telah melembagakan beberapa
perbandingan) selalu suka mencoba memperbandingkan dengan hal-hal tercipta yang
ada. Rahasia keghaiban sang Alahota diekspresikan dalam kata-kata Perjanjian
Lama: “Marilah kita membuat manusia dalam gambar Kita sendiri, serupa dengan
Kita;” kejadian Surat tengah hari[9] tiga kali dalam kalimat
ini mengindikasikan tentang sang Alahota. Sang “Kudus” tiga kali berulang dalam
kidung malaikat Seraphim, sebagaimana disebutkan oleh Isha'ya, digabungkan dengan
Satu “Tuhan”, membuktikan Tiga Qnume dalam Satu Keilahian (Alahota). Ucapan
Daud, juga, mengungkapkan hal yang sama: “Melalui sang Sabda dari sang Tuhan
cakrawala tercipta dan semua penghuninya ada oleh nafas tiupan mulutNya;” dan
banyak lagi referensi seperti ini disebutkan.
Kemudian, biarlah orang-orang kafir dan Orang-orang Yahudi mencemooh
kebenaran Jemaat Semesta atas imannya dalam sang Alahota menjadi malu dan kacau
balau. Inilah akhir bagian pertama.
Bagian
II
PENCIPTAAN
Pasal
I
Penciptaan
Alam Semesta
Dia kepada Dia sebelum ada waktu Dia telah berkarya
dan langsung mulai bekerja, harus telah berkarya; baik itu melalui keharusan,
atau melalui kebutuhan, atau dikarenakan sesuatu motif kebaikan. Tetapi Alaha mencipta dunia tidak dengan keharusan
melainkan karena tidak ada Alaha lain kecuali Dia saja, tak juga karena ada Hakikat lain yang memaksa Dia untuk berkarya. Tak juga
disebabkan karena rasa butuh, karena HakikatNya adalah sempurna dan tak ada yang menginginkan, Dia adalah sang
Pemberi Yang Maha Sempurna, Dia Sendiri tak ada yang tak sempurna pada DiriNya,
baik itu HakikatNya atau yang berkaitan hal ini dan itu. Maka tegasnya,
Dia menciptakan dunia oleh karena kasih dan kebaikanNya semata, keberadaanNya
secara kodrat sebagai sumber asal usul semua yang baik dan segala sesuatu yang
berlimpah ruah.
Pertama Dia menciptakan para malaikat, lapisan
berbagai tingkat langit dan empat elemen, terang dan planet-planet. Setelah itu
pohon-pohon dan aneka macam tumbuhan; kemudian aneka macam kelas binatang yang
berbeda, dengan aneka jenisnya.
Dia memperindah alam semesta raya dengan setiap hal yang baik dan membuatnya
seperti ruangan pengantin dan Firdaus yang menakjubkan, pada hari keenam,
setelah langit dan bumi beserta semua penghuninya[10]
sudah rampung, Dia menciptakan Adam yang pertama, bapa leluhur ras manusia,
“dalam Gambar Alaha diciptakan[11]
dia”, menurut kesaksian Musa Terberkati yang pertama
diantara Para Nabi dan yang pertama diantara Para Ahli Kitab. Dan manusia
disapa sebagai gambar (dari Alaha) dengan tiga alasan: Pertama, berkenaan tentang “jiwa” yang diperlengkapi dengan “akal budi” dan dia adalah Gambar Ilahi dalam
respek dua kali lipat, pertama, dalam hal “spiritualitasnya” dan “kemampuan memahami yang sangat rumit dan tingkat abstraksi rumit
tinggi dan kemampuan menggabungkan hal yang terpisah-pisah menjadi satu
rangkaian yang utuh berkaitan satu dengan lain” (bandingkan dengan metode
sains!); dan lagi pula, karena (jiwa) dalam pikirannya, wacana (verba) dan
hidup, melambangkan Alahota. Kedua,
tentang “daya kuasa”[12]
atas segala sesuatu yang tercipta dan “kekuasaan”
dan “kehendak bebas”. Ketiga, karena Alaha memaksudkan menjadikan “bait suci”
atau “kemah suci” bagi kesatuanNya[13]
(ke situ dan ke sana) dan Alaha disembah oleh semua bersama dengan dia
sepanjang masa sampai selama-lamanya.
PASAL
II
Dosa
Manusia Perdana
Setelah Alaha usai menciptakan Adam, gambar yang berakal budi itu, bait atau kemah yang
menakjubkan dan terikat dengan hukum alam semesta, ringkasan dunia kecil yang
ada di dunia besar, Dia telah mengambil darinya tulang rusuk dan membuat dari
tulang itu seorang wanita dan menempatkan mereka di Taman Eden yang penuh
kenikmatan yang telah diperuntukkan bagi mereka dan menyuruh mereka boleh makan
semua buah pohon di Taman itu, tetapi buah dari pohon
pengetahuan yang baik dan jahat mereka tak boleh makan. Dan Dia selanjutnya
bertitah, bahwa pada saat mereka makan mereka akan mati mengalami maut[14].
Sekarang, dengan ini Alaha menyatakan kebebasan
kehendak manusia (ujian kehendak bebas sebagai gambar Ilahi!); tetapi sekaligus
tidak ada kebebasan mereka bertindak sebebas-bebasnya; karena Dia akan
mempersalahkan mereka atas pelanggaran terhadap perintahNya; kenyataannya
mereka bertindak berdasarkan kehendak bebas mereka sendiri dengan melanggar
kebebasan itu sendiri dan mereka pun dikutuk olehNya atas kecenderungan yang
jahat dan dalam roh kesombongan mereka sendiri. Mereka menginjak-injak dan
meremehkan titah sang Ilahi supaya mereka bisa menjadi ilah-ilah[15]
dan dibebaskan dari kungkungan ketertundukan yang mutlak kepada sang Pencipta mereka oleh hasutan licik si Setan yang memperdayai
mereka. Dikarenakan hal ini, mereka menjadi orang-orang yang berhutang kepada
maut, dan jatuh di bawah kekuasaan si Setan, kemuliaan yang mereka miliki dilucuti[16], dipermalukan, diusir dari kumpulan persekutuan
meriah para malaikat dan dicampakkan ke tanah yang terkutuk[17].
Juga anak-anak keturunan mereka sendiri, melakukan hal
yang sama, terikat lebih ketat lagi kepada perbudakan kuk si Iblis dan
kematian, terikat di leher mereka dan ini menyebabkan lupa terhadap sang
Pencipta mereka, mereka berjalan menuruti hawa nafsu hati mereka sendiri,
angan-angan pikiran mereka sendiri, terus berkubang dalam lumpur asusila dan semakin kuat memberontak, — “tak ada kesabaran,
larut dalam berbagai rupa hawa nafsu najis dan penuh ketamakan.” Terhadap semua
perihal ini keadilan bangkit dan mengajak Nuh serta keluarganya masuk ke dalam
bahtera yang mana telah lama mengalami pergumulan disebabkan pengharapan dari
hasil pertobatan mereka. Dan singkat cerita setiap yang hidup fana dilenyapkan
oleh Banjir Bah[18],
bumi pun dibersihkan dari kejahatan mereka. Kemudian, setelah dua ribu tahun,
kurang atau lebih, dispensasi kebiadaban telah berakhirlah sudah.
PASAL
III
Perintah
Ilahi dan Peraturan dan Nabi-nabi
Ketika Nuh keluar meninggalkan Bahtera, Alaha
memberikan dia peraturan-peraturan (Mitzvath)
yang disesuaikan dengan kodrat manusia yang masih bayi; tetapi, bertahap,
setelah ras manusia semakin bertambah, mereka lupa akan hal ini dan beberapa
diantara mereka menganggap itu baik dan benar dengan menyembah
gambaran-gambaran dari ilustrasi pemikiran manusia, yakni, terhadap mereka yang
dikasihi. Mereka menjustifikasi penyembahan, sementara itu yang lainnya
bergabung membentuk persekongkolan untuk membinasakan dan membentuk dewan
penasihat yang sia-sia yang mana mereka akan membangun menara dan sarana yang
dipakai untuk melawan Alaha; supaya kasus banjir bandang lainnya tidak
membinasakan mereka karena kegeraman amarah Alaha, menara itu barangkali bisa
dipakai tempat pengungsian; atau dalam kasus lain jika titah kehendakNya
dilanggar oleh mereka maka dengan adanya menara tersebut mereka bisa naik dan
memerangi sorga. Dengan alasan ini maka Alaha mengacaukan lidah-lidah mereka
(bahasa-bahasa) dan menyerakkan[19]
mereka ke empat penjuru mata angin, tetapi lebih lanjut penyembahan
gambaran-gambaran sesat semakin menjadi-jadi serta mengorbankan anak-anak
manusia kepada roh-roh jahat dan pada akhirnya mereka semakin ketakutan
sehingga mereka harus melayani mahluk ciptaan ketimbang sang Pencipta.
Kemudian Alaha memilih Abraham bapa kita, dari
benihnya Dia berencana mengambil bagi DiriNya Sendiri bait Alaha yang kekal,
memberikan dia perjanjian sunat dan masuk bersemayam tinggal bersama dia dan
dalam dia mulailah[20],
perihal rasa takut akan Alaha disebut “Ibrani.”3 Setelah itu, melalui keturunan-keturunan yang
berkembang cepat ini, Alaha memunculkan dari keluarganya orang-orang yang saleh
dan benar yang bekerja dengan susah payah mempertobatkan orang-orang kembali
kepada Tuhan. Kemudian Musa, penghulu para Nabi-nabi, telah dipilih dan
kepadanya diberikan Torah Tertulis[21]
dan Peraturan-peraturan, seperti contohnya tidak adanya informasi tentang tiga
dispensasi para pendahulu yang jelas (tentang masa penciptaan dan Adam-Hawa,
anak-anak Adam dan Nuh). Dan dalam Musa mulai dispensasi Orang Yahudi, seperti
layaknya seorang anak yang belum mendapatkan pengetahuan sempurna, dia
mentafakurkan Torah Lama bagi menghasilkan buah yang baik, mereka harus melakukan
yang baik dan yang se-irama dengan kebaikan dan para pelanggar kebaikan akan
diserahkan kepada yang jahat dan musuh[22].
Hal itu lebih lanjut menampilkan sosok Alaha dihadapan umat manusia, dengan
anggota-anggota jemaah, berdiam di Yerusalem, bermukim di Gunung Sion dan
diantara umat Israel[23].
Dalam kisah ini tak disebutkan tentang Neraka, atau
perihal Kerajaan Sorga; tetapi pewahyuan yang diturunkan lebih ditekankan pada
“ancaman-ancaman” bagi para pelanggar Torah atau Peraturan-peraturan dengan
hukuman-hukuman badaniah, contohnya; ditawan oleh musuh-musuh[24],
mereka diserakkan diantara bangsa-bangsa kafir (goyim)[25], dengan bencana kekeringan[26],
kelaparan, kemiskinan dan ketandusan[27];sementara
itu, sebaliknya, orang yang baik dihargai dengan berkat-berkat lahiriah dan
upah sementara. Semua Nabi-nabi yang menggantikan Musa mengikuti jejaknya dan
menyesuaikan diri dengan hal ini, karena mereka itu seringkali mengalami
pencobaan dan aniaya.
PASAL
IV
Nubuatan
Mengenai Mshikha
Semua Nabi-nabi kudus menubuatkan sang MESIAS (Aramaik, “Mshikha” dan Ibrani,
“Ha’Mashiakh”), Dia yang
menyelamatkan[28]
dunia, membuat semua yang tercipta menjadi baru. Agar tidak terlalu panjang
pembahasan kita, kita akan mengemukakan kesaksian enam hal yang paling besar
diantara mereka saja. Dalam tempat pertama Israel, bapa dari Nabi-nabi,
mendeklarasikan Ya’aqub
“tongkat lambang kekuasaan”, yakni seorang raja, “tidak akan lenyap dari Yehuda[29],
maupun pemberi peraturan” yakni, nabi “dari antara kakinya, hingga Dia akan
datang kepada milikNya dan bangsa-bangsa lain akan menunggu Dia” bersama dengan
sebagian yang tersisa dari umat itu. Musa berkata:
“Tuhan Alahamu akan memunculkan bagimu seorang Nabi
Besar dari tengah-tengahmu, dari saudara-saudaramu, sama seperti aku; kepadaNya
kamu harus mendengarkan[30]
dan jika ada jiwa yang tidak mau mendengarkan Nabi itu maka jiwa itu akan
dihilangkan dari antara umatnya”[31].
Lagi pula, kelepasan bangsa Israel, lepas dari tangan Firaun adalah bayangan
penebusan semua orang dari kuasa di bawah kekuasaan penghulu dunia ini. “Manna”[32],
juga, pra-bayang misteri Tubuh Tuhan kita; “Air” yang terpancar keluar mengalir
dari batu karang[33],
merupakan minuman DarahNya; dan “ular tembaga”,[34]
Kayu Salib pemberi kehidupanNya.
Demikian juga, Daud menubuatkan tentang MESIAS dalam
kitab Tehillim/Mazmur, “Mengapa orang-orang Goyim mengamuk?”[35]
dan diawali dengan “Oh Tuhan Alaha kami, betapa mulia NamaMu di seluruh bumi! “
dan, “dari hatiku mengalir rasa sukacita yang berlimpah ruah dengan kabar
baik”seperti juga dalam Tehillim (Mazmur), “Tuhan berkata kepada Tuhanku, duduklah Engkau di sebelah
kananKu.” [36]
Isha'ya menubuatkan: “lihatlah seorang Perawan akan mengandung dan melahirkan
seorang anak laki-laki dan mereka akan memanggil namaNya “Emmanuel”, yang
bermakna Alaha[37] bersama kita, dan lagi namaNya akan
disebut Penasihat dan Ajaib, Alaha Maha Kuasa, Pangeran Damai Sejahtera, Bapa
Kekal, Malaikat Cerdas Terunggul”. “Dia datang karena dosa-dosa kita dan dihina
karena asusila kita: Penyucian damai sejahtera kita ada pada Dia;” [38]hingga
kumpulan umat manusia terakhir.
Zekhar'ya berkata:
“Jangan takut, Oh putri dari Sion, lihatlah Rajamu datang kepadamu, Dia
rendah hati dan menunggangi se-ekor keledai dan di atas anak kuda jantan dari
seekor keledai”.[39]
Daniel, setelah menetapkan tujuh puluh Sha’wu’een yang
mendahului manifestasiNya berkata: Mesias akan dibunuh dan tempat (kota itu)
akan dihancur - leburkan; kota suci itu akan dihancurkan (bersamaan dengan sang
Raja yang datang itu) dan Dia akan menyebabkan pengorbanan[40]
dan persembahan korban sajian berhenti. Kemudian, aku melihat tahta-tahta
ditempatkan dan Dia sang Purbakala duduk
di tahta;[41]
dan aku melihat seseorang seperti Anak Manusia di atas awan-awan gemawan dari
sorga dan Dia datang kepada sang Purbakala
itu; dan kepadaNya Dia memberikan
penghakiman dan otoritas atas seluruh umat manusia, bangsa-bangsa dan
bahasa-bahasa dan mereka melayani Dia. KekuasaanNya adalah kekuasaan kekal dan
tidak ada akhirnya serta KerajaanNya tak bisa dihancurkan.[42]
Di sini, berakhirlah bagian Kedua bahasan kita.
________________________________________________
Berikut ini sebagai catatan kaki dari appendix bagian
II Pasal IV:
Dan setelah 62 sha’wu’een, Mesias akan dibunuh dan
kota itu akan diratakan dengan tanah; dan Kota Kudus dihancurkan bersama dengan
sang Raja yang akan datang dan akhir dari pada itu akan terjadi pengusiran
massal, pada akhir masa perang maka pemusnahan ditetapkan. (Daniel 9.26). Sha-wu-een. Kata
“sha-wu-a” berasal dari kata Aramaik “shau-a” yakni nomor 7. Elia [+] dari
Anbar memberikan arti kata itu ‘sha-wu-a’ dan asalnya sebagai berikut:
“Sha-wu-a, sha-wu-e (maskulin.) Sha-wu-ta, sha-wu-ata, yakni 7 hari. Lagi pula
anda berkata sha-wu yomatha, dan sha-wu-a dyomatha, sama dengan 7 hari. Lagi,
sha-wua-ta, sha-wu-ata (femina) dengan arti yang sama, Sha-wu-ta *, dari
periode 10 tahun”. (Kamus Tooma O’du, bagian ke-2, hal. 543). Kata atau angka Sha-wu-e, diramalkan oleh
Daniel mengenai Kedatangan sang Mesias, tak perlu diartikan minggu-minggu dan
ini tafsir yang terpercaya dalam istilah tahun-tahun atau periode khusus. Lebih
lanjut, fakta ini dikenal baik bahwa semua Nabi-nabi Besar dari Perjanjian Lama
menubuatkan dan menuliskan dalam bahasa Aramaik. Dalam kata – kata dari Ensiklopedia Britannica: “Bahkan dalam teks bahasa
Ibrani Alkitab masa kini, Pasal 1.VI. Dan Pasal VII-XII, dituliskan dalam
bahasa Aramaik” (Vol. 7, hal. 28), supaya kebenaran datang dari visi-visi ini
hanya bisa dilihat dalam arti dan konteks bahasa Aramaik.
Bagian
III
DISPENSASI
ORANG PERCAYA
PASAL
I
Menyongsong
Kedatangan Mshikha,
Dan
KesatuanNya
Keadilan adalah nilai keseimbangan semestawi, sebab siapa pun dia yang menyuruh orang lain
melakukan sesuatu untuknya, keadilan menuntut perlakuan yang sama diberlakukan
terhadap mereka; apa saja yang dia tidak ingin orang lain lakukan terhadap
dirinya, biarlah dia juga jangan lakukan hal itu kepada orang lain. Ada pepatah
mengatakan dicubit itu sakit, jadi jangan cubit orang lain. Inilah Torah dan Nabi-nabi,[43]
persis seperti yang diucapkan sang Juruselamat.
Tetapi karena nabi-nabi tak bisa menjadikan orang hidup sempurna dan membawa
mereka kepada pengetahuan sempurna dalam kebenaran dan menyingkirkan mereka
dari jerat penyembahan berhala agar mengikuti perintah-perintah Ilahi sehingga
mereka bisa diselamatkan, masih tetap tak ada jalan lain bagi pembaharuan
kodrat kita dan bagi reformasi kehidupan kita, oleh sebab itulah, ALAHA (Ibrani, “Alhym” atau “Elohim”) harus datang ke dalam dunia. Seperti seorang penguasa
yang telah mengirim banyak utusan-utusan untuk menyalurkan segala sesuatu yang
menyangkut mengenai kerajaannya dan mengembalikan mereka semua dalam keadaan
diperdamaikan, jika ini harus ditangani sendiri dikarenakan kelemaham mereka
dan ketidak-mampuan menghasilkan sesuatu, si raja itu turun ke jalan langsung
secara pribadi untuk menangani persoalan negeri itu agar pulih seperti
sebelumnya. Oleh karena ALAHA itu tak dapat dilihat dalam KodratNya[44]
dan dikarenakan mungkin bagi Dia masuk ke dalam alam tercipta sebagaimana Dia
adanya, namun efeknya semua Ciptaan akan hancur lebur oleh kegemilangan cahaya
TerangNya; oleh karena itu, Dia mengenakan pada diriNya Sendiri seorang manusia
bagi tempat tinggalNya[45]
dan membuat kemanusiaanNya itu sebagai bait suciNya dan tempat Dia bersemayam
dan dengan demikian menyatu-padukan kodrat keturunan mahluk fana kepada
keilahianNya dalam keabadian, kesatuan yang tak dapat dibagi-bagi[46]
dan menjadikannya ambil bagian bersama akan kemahakuasaanNya, otoritas dan
kedaulatan[47].—Yakni,
Kodrat Ilahi dengan mencerahkan kodrat manusia melalui adanya kesatuan, murni
dan mutiara yang tak bercacat cela dikemilaukan oleh cahaya matahari yang
menerpanya menimbulkan kodrat yang diterangi itu menjadi kodrat yang berkilauan
dan menimbulkan pemandangan cerah yang
diakibatkan oleh pancaran sinar cahaya dan kemilau yang bersumber dari
kodrat yang mengakibatkan pencerahan,
melalui kodrat itu mengkomunikasikan terang, tak ada perubahan apapun yang
terjadi pada sarana yang dicerahi melalui aksinya itu. Dan, hal itu seperti
pidato tersembunyi dalam jiwa disatukan dalam wacana tertulis melalui alur
pikiran dan diteruskan dari satu tempat ke tempat lain tanpa dia itu sendiri
bergerak, dari tempatnya, — begitulah sang Sabda dari sang Bapa menyatu dengan
manusia dari antara kita, melalui sarana agensi sang Pikiran dan datang ke
dalam dunia kita ini, tanpa lepas dari sang Bapa dalam hakikatNya[48].
“Sabda (Miltha) menjadi daging dan tinggal diantara kita[49].”
Orang saleh dan taat melakukan usaha penggalian makna arti selama
bertahun-tahun dalam doa kepada Alaha, agar Dia menyingkapkan kepadanya makna
arti pernyataan ini: Suara dari sorga mengatakan rentetan kata-kata yang
panjang kepadanya, katanya:
“Kaitkan daging kepada Sabda” “menjadi” dan kepada
“sang Sabda” kaitkan dengan “bersemayam”; dan demikianlah makna arti dipelihara
atau dijaga.
PASAL
II
Takdir
sang Mshikha
Dengan salam malaikat kepada sang Perawan Terberkati:
“Tuhan besertamu; terberkatilah engkau diantara para wanita; “[50]
ALAHA sang Sabda (Miltha), diluar segala keraguan, menyatukan DiriNya Sendiri pada
waktu itu dengan yang Dia bentuk secara simultan dan tanpa benih manusia dari
seorang ayah biologis (human seed),[51]
dalam rahim Perawan Kudus dan Dia memberikan nama “Paling Tinggi”[52]
dan Dia mengadakan mukjizat pada kelahiranNya[53]
dan menyebarkan Kabar Sukacita (Basora) ke seluruh dunia[54],
dan menjubahi Dia dengan ma’arifat dan hikmat yang tak terukur, penuh anugerah
dan kecerdasan yang melebihi siapa pun.[55]
Dan ketika Dia telah mencapai usia sekitar 30 tahun[56],
pada tahun ke-15 pemerintahan kaisar Tiberius[57],
dan tahun ke 341 sejak dari Alexander, Dia menampilkan DiriNya[58] dengan dimikvehkan oleh Yokhanan si Pemikveh.
DiriNya Sendiri tak butuh kemurniaan[59]
melalui mikveh air; tetapi agar Dia bisa menjadi pola dan contoh
teladan bagi kita[60]
dalam segala hal. Dia dimikvehkan dan Dia memerintahkan kita harus dimikveh[61]. Dia berpuasa dan menyuruh kita berpuasa[62].
Dia berdoa dan mengajar kita berdoa. Dia merendahkan diriNya Sendiri dan
menginstruksikan kita agar rendah hati[63].
Dia adalah orang yang sederhana dalam mempraktekkan segala kebajikan, dan
mengajak kita menjadi hidup sederhana.
Tetapi barangsiapa yang mengamalkan dan
mengajarkannya, akan disebut besar di Kerajaan Sorga[64].
Dan setelah Dia melakukan mukjizat dan tanda-tanda ajaib di tanah Yehuda
seperti; penyembuhan orang sakit, membangkitkan orang mati, mencelikkan mata
buta, orang lumpuh bisa berjalan, mengusir roh-roh jahat, dan menyingkapkan
misteri-misteri tersembunyi, Dia menarik waktu masa lalu kepada kekinian saat
Dia membayar hutang pelanggaran Adam manusia pertama, dan membatalkan
pelaksanaan hukuman terhadap ras umat manusiaNya, dan disingkapkan melalui
fakta misteri kebangkitan badan secara umum[65].
Dia menderita, dan disalibkan pada masa pemerintahan Pontius Pilatus,[66]
Dia wafat[67],
dan dikuburkan, dan bangkit kembali pada hari ketiga, seperti tercatat dalam
Kitab Suci[68].Setelah
kebangkitanNya,[69]
Dia menampakkan diri kepada murid-muridNya melalui banyak mukjizat selama
tenggang waktu 40 hari, kataNya kepada mereka: “Semua kuasa diberikan kepadaKu
baik yang ada di sorga dan di bumi. Sama seperti BapaKu mengutus Aku, Aku juga
mengutus kamu. Oleh sebab itu, pergilah, pertobatkanlah dan ajarlah semua
bangsa-bangsa, dan mikvehkan
mereka dalam Nama Ha’Av dan Ha’Ben dan Ruakh Ha’Kodesh dan ajarlah mereka melakukan
semua apa yang telah Aku perintahkan kepadamu; dan Aku bersamamu selalu hingga
akhir dunia, Amin.”
Dan Dia membawa mereka sejauh Bethany, dan Dia
mengangkat kedua tanganNya dan memberkati mereka; dan ketika Dia memberkati
mereka, Dia undur
diri dari mereka dan terangkat naik ke langit (sorga), dan
duduk di sebelah kanan ALAHA. Kemudian murid-murid pergi dan mewartakan berita Basora (Injil) ke segala tempat dan
sang TUHAN (Mar-Yah)
menolong mereka, dan meneguhkan perkataan-perkataan
mereka melalui mukjizat-mukjizat yang mereka tunjukkan”. Inilah awal tumbuhnya Orang Percaya Yahudi atau Agama
Nasrani (Mshikhanuth); kebenaranya kita akan ulas pada pasal berikut.
PASAL
III
Perihal
Kebenaran Agama Nasrani
(Mshikhanuth)
Mshikhanuth itu adalah keyakinan pada Satu Hakikat
Ilahi, dalam Tiga Aspek (Alahota),[70]
dan Pengakuan terhadap MSHIKHA[71]
sebagaimana telah dijelaskan, dan keyakinan pada kebangkitan orang mati,[72]
dan pengadilan yang akan datang[73],
dan pada suatu kehidupan abadi yang baru[74],
semua artikel-artikel iman adalah rohaniah dan tak mementingkan hal yang
bersifat duniawi. Sebab jiwa rasional punya tiga kelipatan kuasa, yakni nafsu,
rasa amarah, dan kemampuan membedakan nilai, dari ekses atau kehendak
melaksanakan proporsi baik itu aksi perbuatan jahat dan kebodohan-kebodohan,
dan dari keselarasan yang menghasilkan kebajikan. Lagi pula, Injil mewacanakan
perihal ini dalam relasinya terhadap kodrat. Dengan demikian, berkenaan dengan
Nafsu: “Barangsiapa melihat seorang perempuan[75]
dengan penuh nafsu birahi telah melakukan perbuatan zinah bersama dia dalam
hatinya.” Lagi: “Jadilah seperti
burung-burung[76]
di langit, dan seperti bunga-bunga liar.” Dan, lagi: “Jangan jadi cemas tentang
hari esok[77]
”. Tentang Amarah, “kasihilah musuh-musuhmu[78],
berkatilah mereka yang mengutuk kamu, dan berbuat baiklah kepada mereka yang
membenci kamu.” Tentang kemampuan membedakan nilai: bahwa Kerajaan ALAHA[79]
ada di dalam kamu dan hal itu merupakan bukti Kerajaan Alaha adalah Kehidupan
Kekal dan Kehidupan Kekal adalah pengetahuan kebenaran. “Inilah hidup kekal
itu, agar mereka boleh mengenal Engkau, bahwa hanya Engkau saja Alaha yang
benar, dan Dia yang Engkau telah utus Yeshua Mshikha”[80].
Doktrin apa lagi yang lebih agung dari pada ini! Atau kebenaran apa lagi yang
bisa lebih akurat dari pada ini, atau lebih hebat?
Kebenaran Mshikhanuth itu diindikasikan oleh hal ini
juga, itu sama seperti filsafat, kebenaran itu dibagi dalam teori dan praktek.
Hasil akhir teorinya adalah kebenaran, seperti yang kita telah perlihatkan, dan
akan selalu terus menerus diperlihatkan; dan akhir dari pada prakteknya adalah
kebajikan, seperti yang kita buktikan melalui apa yang kita telah katakan
tentang daya kuasa jiwa, dalam hal itu menuntut kemurnian berpikir, dan
penyucian roh, dan mengajak melakukan hal yang baik bagi para pelaku kejahatan,
kasihilah musuh-musuhmu, dan kita harus memberkati mereka yang mengutuk kita.
Iman Kebenaran Mshikhanuth masih terus dibangun oleh
kredibilitas mereka yang mewartakan hal itu, - yang memberitakan dan menuliskan
tentang MSHIKHA. - manusia, yang tidak mau mempraktekkan dengan rasa terpaksa,
dan tanpa diiming-imingi, akan diterima oleh orang-orang dari berbagai variasi
bahasa, oleh raja-raja, guru-guru, dan para filsuf; sebab barangsiapa saja
mencampakkan agama leluhurnya (kepercayaan lama), dan mengikuti Dia yang
memanggil dia untuk menganut keyakinan lain, haruslah melakukan hal itu dengan
penuh rasa takut, atau terpikat kepadaNya; atau dia dituntun oleh
keajaiban-keajaiban dan tanda-tanda adikodrati yang terbukti hasilnya. Tetapi
Para Rasul yang terberkati tak punya senjata maupun kuasa yang menakut-nakuti
orang lain; tak satu pun dari mereka ini terpesona dengan apa yang dimiliki
atau daya pikat kekayaan; kemudian, hasilnya, bahwa dunia menundukkan diri
mendengar mereka tentang kisah, tanda-tanda adikodrati dan keajaiban-keajaiban
yang mana mereka telah perbuat. Tetapi ALAHA tidak mengerjakan
mukjizat-mukjizat melalui tangan orang-orang sesat, sehingga tidak terjadi
kesalah pahaman terhadap hamba-hambaNya, dan akhirnya tidak mengkorupsi
karya-tanganNya; Oleh karena itu, Rasul-rasul itu adalah orang-orang benar dan
tidak sesat; dan jika mereka benar, hal-hal yang kita akui tentang MSHIKHA, dan
yang kita telah terima dari pewartaan mereka dan melalui tulisan-tulisan mereka
adalah benar, Oleh karena itu Mshikhanuth itu merupakan pengakuan dalam
verifikasi kebenaran-kebenaran, disebabkan mereka yang menyampaikan kebenaran
itu adalah orang-orang yang benar.
PASAL
IV
Sekte-sekte
Beda Pendapat
Ketika terang manifestasi Mshikha bersinar
menyingkirkan kegelapan yang kacau balau itu dari wajah dunia melalui para
pengkotbah yang benar ini; para berhala menjadi sia-sia, lukisan dan gambar
patung tuangan menjadi rubuh, dan bumi dibersihkan dari korban yang menjijikkan
dan dari ritus tak senonoh, dan para penduduk dunia belajar perihal kebaikan,
kesucian, kerendahan hati, dan kelemah lembutan, dan bumi penuh dengan
pengetahuan dari sang TUHAN (Maran Yahweh) seperti
air yang memenuhi lautan. Ini ditanggapi dengan penuh kebencian dan kegusaran
oleh Setan, dan dia langsung mengadakan perlawanan dengan membujuk kita sama
seperti yang dia lakukan terhadap Adam; agar supaya Para Rasul Kudus yang mulia
(Shlikhim), dan Murid-murid (talmidim), mereka dan semua
para pengganti mereka menjadi lengah dan tertidur pulas, Setan mulai
memprovokasi Orang-orang Percaya Mshikha bangkit
saling baku hantam satu sama lain, dan menciptakan perpecahan dan
kontroversi-kontroversi muncul diantara satu sama lain diantara mereka, dan
bidat-bidat sesat bermunculan bagaikan jamur di musim hujan jumlahnya semakin
bertambah-tambah dalam Jemaat
Mshikha, hingga mereka menjauh satu sama lain dan saling berusaha menghancurkan
diantara mereka sendiri, dan memandang kelompok lainnya sebagai para penghina
yang layak dimusnahkan. Betapa banyaknya bermunculan doktrin-doktrin sesat, dan
alangkah banyaknya ketaksenonohan dan penyelewengan dilakukan pada masa-masa
itu (dan sekarang), kita baca hal itu dari kisah catatan sejarah yang ditulis
oleh Eusebius. Tentang perihal ini, Konsili Ekumenis tahun 325 Masehi
diselenggarakan, oleh niat baik dan kasih Mshikha dan oleh Kaisar Konstantinus.
Pada tahun Alexander 636, dan melalui kuasa sang Roh, dan melalui bukti-bukti
yang dikemukakan dari Kitab Suci, mereka menyatakan, menafsirkan, mencerahkan,
menyingkap, memanifestasikan, dan mengkonfirmasi iman ortodoks; dan melalui
argumentasi kuat dan dengan kata-kata bernuansa doktrin, mereka mengutuk semua
bidat-bidat, mengekskomunikasi dan memotong tubuh Mshikha, dari semua bidat
anggota tubuh yang sakit tak bisa disembuhkan. Dengan demikian, Jemaat Semesta dimurnikan dari noda penyembahan yang sia-sia
dan doktrin palsu, dan seluruh dunia, dari tempat terbitnya matahari hingga ke
arah terbenamnya adalah sama, ada satu pikiran dan satu Jemaat.
Kira-kira 100 tahun setelah cekcok itu muncul
perselisihan antara Patriak Cyril dari Alexandria, dan Mar Nestorius Patriak
dari Byzantium, atas topik persoalan mengenai PENJELMAAN. Dalam Shahadat perihal Alahota
semua orang Nasrani dan Kristen setuju, karena semua menerima Shahadat Nikea, yang mana Shahadat
itu mengakui bahwa Alahota itu adalah sama kekal dalam hakikat, Ketuhanan,
kuasa dan kehendak; dan semua mengaku tentang MSHIKHA bahwa Dia adalah ALAHA
sempurna dan MANUSIA sempurna pula, seutuhnya didasarkan dari
deklarasi-deklarasi Kitab Injil, dan Surat Kiriman Rasul Paulus, dan 318 Para
Bapa Konsili.
Perselisihan yang sekarang muncul mengulas seputar
masalah Kesatuan, dan kata-kata yang digunakan untuk mengekspresikan hal itu.
Cyril bersitegang urat leher mempertahankan bahwa kita harus menyapa sang
Perawan sebagai “Bunda Alaha” (Theotokos), dan menuliskan 12 risalat
ekskomunikasi terhadap semua orang, dalam hal apa pun, yang menarik kesimpulan
perbedaan jelas antara Keilahian dan Kemanusiaan MSHIKHA setelah penyatuanNya.
Nestorius menimpali kalimat-kalimat ini, dan memperlihatkan bahwa mereka telah
melakukan kesesatan berpikir, dan dengan rasa hormat berlebihan kepada sebutan
gelar “BUNDA ALAHA “(Theotokos), dia membantah bahwa istilah itu tidak pernah
ada muncul dituliskan sebelumnya oleh Nabi-nabi dan semua Para Rasul Kudus.
Nabi-nabi menubuatkan tentang MSHIKHA[81]
akan datang, dan Semua Para Rasul memberitakan tentang MSHIKHA yang sama[82],
Dia yang diramalkan oleh Nabi-nabi datang ke dalam dunia ini, yakni Dia inilah
yang dilahirkan dari darah daging Marta Miriam (Maria) dan mereka menjelaskan
kepada kita bahwa Dia itu adalah Alaha dan Manusia. Sekarang, kita tepatnya
hanya menggunakan ekspresi sebutan untuk Miriam
itu adalah cukup dengan “Bunda Manusia” (Mother of Man), kita harus seperti
Paulus dari Samosata, dan Phontinus dari Galatia, yang telah berkata tentang
Tuhan kita, bahwa Dia seorang Manusia seperti salah satu dari Nabi-nabi dan
disebabkan oleh perkataan ini mereka diekskomunikasi; maka jika kita menggunakan
ekspresi serampangan ini, yakni “Bunda Alaha” kita menjadi sama seperti’ Simon
dan Menander, yang mengatakan bahwa Alaha itu tidak mengambil tubuh dari Miriam; tetapi bahwa dispensasiNya (hidup dan
tindakan-tindakanNya) adalah khayalan saja dan tidak nyata, dan atas perihal
pengajaran mereka ini pun akhirnya diekskomunikasi juga. Tetapi kita menyapa
dan menyebut sang Perawan “BUNDA MSHIKHA” (Aramaik, “ImatMshikha” dan Yunani, “Kristotokos”). Tetapi kita yang
setia pada pengajaran yang diwariskan kepada kita. Kita menyebut sang Perawan
itu adalah “Bunda Mshikha”
(ImatMshikha), NAMA itu sudah digunakan oleh Nabi-nabi dan Rasul-rasul, dan
yang mana menunjuk (denotasi) penyatuan umum. Cyril, dalam risalat yang dia
susun, dan dalam hal dia mengucilkan semua
orang siapa saja yang membedakan antara Keilahian dan Kemanusiaan dari MSHIKHA,
maka sesungguhnya Cyril itu sendiri dengan jemawa telah mengucilkan Kitab-kitab Suci itu sendiri, pada hal Rasul-rasul dan
Nabi-nabi dengan jelas membedakan antara kodrat-kodrat dari sang Pribadi
terhormat itu yang Dia sedang digugat, dan dari sinilah Para Bapa Kudus belajar
untuk mengakui tentang MSHIKHA bahwa Dia adalah ALAHA sempurna dan MANUSIA sempurna, keserupaan dari ALAHA dan keserupaan dari
seorang HAMBA[83], Putra dari keturunan Daud dan sang Putra dari Yang
Maha Tinggi,[84]
daging dan Sabda.[85]
Sejak mulai dari sinilah terjadi perpecahan Jemaat; beberapa mengikuti Nestorius, sementara yang lainnya
terseret dengan gelombang arus kesesatan yang ditiupkan oleh Cyril, kedua kubu
berseberangan ini saling kutuk mengutuk satu sama lain; imbasnya menyebabkan
perpecahan, saling jegal, diasingkan, dipenjarakan, dan dianiaya Para Bapa
pembela kebenaran, lebih kejam dari pada yang sebelumnya terjadi, peristiwa
tragis ini dicatat dalam tulisan sejarah oleh
Irenaeus, Uskup dari Tyre. Setelah ini, huru hara, perselisihan berlangsung
semakin menjadi-jadi hingga sekelompok Marcian yang
peduli keutuhan Jemaat dan cinta-Mshikha
mengadakan sidang Konsili Agung yang dihadiri sebanyak 632 orang di kota
Kalsedon, dan memerintahkan kedua kubu berseberangan itu diperiksa dan diadili,
dan barangsiapa saja tidak mengikuti kebenaran dan iman seperti yang
dideklarasikan oleh Konsili-konsili Ekumenis harus ditendang keluar dari Gereja (Jemaat), agar supaya Jemaat
bisa harmonis dalam satu iman dalam segala perkara.
Konsili ini menegaskan Shahadat, bahwa ada dua kodrat dalam MSHIKHA masing-masing kodrat
jelas berbeda sifat-sifatnya, dan juga dua kehendak, dan menganathema semua
yang berbicara tentang percampuran, yang mana menghancurkan kedua kodrat
tersebut. Tetapi sangat disayangkan, karena dalam bahasa Yunani yang miskin itu
tak ada perbedaan jelas antara Qnume
dan pribadi (hypostasis), mereka telah mengakui tetapi satu Qnume dalam
MSHIKHA. Dan, namun, kubu Cyril tidak merasa puas dengan ekspresi “dua Kodrat”,
dan kubu Nestorius pun tidak puas dengan ekspresi “satu Qnume”, tetapi akhirnya
edik penguasa kekaisaran mengeluarkan maklumat pernyataan bagi semua yang tidak
setuju terhadap doktrin ini dipecat
dari jabatan mereka. Banyak diantaranya
setuju tetapi memendam rasa melawan di hati; tetapi yang lainnya bertahan kukuh
dengan pendapat mereka sendiri.
Akibatnya, dunia Kristen
menjadi terpecah kedalam tiga pengakuan; sekte pertama, mengakui “Satu Kodrat (hakikat)
dan Satu Qnume (pribadi) dalam MSHIKHA”, keyakinan ini dianut oleh kaum Kristen
Koptik, Orang-orang Egyptian (Mesir) dan Abyssinian, setelah dari tradisi Cyril
Patriak mereka; dan yang ini disebut sekte Jakobit, dari seorang Doktor Suryaya
terkenal disebut Yakobus yang bekerja dengan giat menyebarluaskan
doktrin-doktrin Cyril diantara Kristen
Suryaye-Syria dan orang-orang Armenian.
Sekte kedua, adalah mereka yang mengaku dengan doktrin
“Dua Kodrat dan Satu Qnume [Pribadi] dalam MSHIKHA”, dan kubu ini ini disebut
“Malkaye” (Kerajaan: Romawi - Byzantium) karena doktrin itu dipaksakan dengan
tangan besi oleh raja. Doktrin ini diterima oleh orang-orang Roma disebut kaum
Franks (Gereja Latin), dan oleh orang-orang Konstantinopolitan (Gereja Ortodoks
Alur Hellenisme-Yunani) yang adalah orang-orang Yunani dan oleh semua
orang-orang yang berada dibelahan bumi Utara seperti bangsa Russia, Alani,
Circassian, Assai, Georgian dan negeri –negeri tetangga dekat mereka. Tetapi
kaum Frank berbeda dari yang lainnya ini karena mempertahankan Ruakh Ha’Kodesh keluar dari sang Ha’Av dan sang Ha’Ben [Filioque], dan
mereka menggunakan roti tak beragi bagi Perjamuan Kudus yang mereka sebut
Ekaristi. Kedua sekte ini juga menerima panggilan gelar bagi Miriam sebagai “BUNDA ALAHA” [Theotokos atau Mater Dei];
tetapi kaum Jakobit menambahkan pada kanon mereka; kata “Alaha Kudus”, dll.
“Dia yang telah disalibkan bagi kita.”
Kubu ketiga, mengaku
bahwa “dalam Mshikha ada Dua Kodrat, Dua Qnume, Satu Kehendak Satu Keputraan,
Satu Otoritas”; yang disebut Nestorian.
Namun, bagi kaum orang Timur, sebab mereka tak bersedia mengubah iman
benar mereka, malah justru semakin berpegang teguh dengan kokoh serta
menjaganya dengan rasa bangga luar biasa karena mereka mewarisinya langsung
dari Rasul-rasul, oleh karena kemiripan ini maka mereka secara tindakan
sewenang-wenang yang tak adil dijuluki sebagai kaum “Nestorian”, pada hal
Nestorius bukan Patriak mereka, bahkan tak ada dari mereka yang memahami
bahasanya si Nestorius; tetapi ketika mereka mendengar bahwa Nestorius
mengajarkan doktrin “Dua Kodrat dan Dua Qnume, Satu Kehendak, Satu Putra dari
Alaha, Satu MSHIKHA”, dan Nestorius mengakui Iman Ortodoks maka mereka dengan
bangga menjungjung dan membela Nestorius, kemudian, mendukung dia, dan tetapi
mereka bukan dia, dan terlebih khusus lagi dalam masalah istilah sebutan gelar
“Bunda Mshikha”. Oleh karena itu, ketika mereka ini diminta
kesediaannya turut serta mengucilkan Nestorius,
mereka menolaknya dengan keras,
sebab dengan bertahan mengekskomunikasi Nestorius itu sama dengan artinya
mereka menolak atau mengekskomunikasi Kitab-kitab Suci dan Rasul-rasul Kudus,
yang dari mereka inilah mereka mewarisi dan menerima apa yang mereka akui dan
bela dengan nyawa mereka, dan untuk alasan itulah kita dikecam bersama dengan
Nestorius, seperti yang kita akan ulas pada bagian pasal berikutnya.
----------------------------------------------------------------
Catatan: “Qnume” (Aramaik) dalam bahasa Yunani disebut
“hypostasis”, yakni, itu yang mendasari hakikat, melalui yang mana kodrat
dikenal. Dan “Parsoopa”: Orang-orang Yunani menyebutnya “prosopon”: Oleh karena
itu, kita Orang-orang Timur, mengakui bahwa Mshikha (Mesias) Tuhan kita adalah
Dua Kodrat (Qnumas) dalam Satu Pribadi. Tetapi pertanyaan tentang “Keilahian”
dan “Kemanusiaan” harus dibawa dalam diskusi agar supaya bisa membedakan
sifat-sifat (properties) alamiah dari masing-masing Kodrat (Nature), kemudian
barulah kita diajak memperbincangkan tentang Qnume (Esensi atau substansi yang
mendasari) melalui yang mana Kodrat dibedakan dengan jelas. Oleh karena itu,
inilah fakta-fakta yang mengarahkan kita kepada bukti yang tak terbantahkan
tentang eksistensi dari Dua Qnume yang mendasari sifat-sifat dari (dua) Kodrat
ini, dalam Satu Pribadi dari sang Putra dari Alaha. Untuk lebih rinci definisi
tentang “Qnume”, lihat Pasal yang mengulas “Perbedaan Kodrat Dari Qnume,
dll.” (On the Distinction of Nature from
Qnume, Etc.”, oleh Rabban Yokhanan Bar-Zubi (Lihat Diskusi Lampiran diakhir
artikel ini (*))
PASAL V
Pembuktian Kesalahan Shahadat-shahadat Terdahulu
Setelah
dengan cermat membedakan Pengakuan-pengakuan Iman (Shahadat) di atas, kita sekarang dengan ringkas membuktikan
kesalahan dua dari antara mereka.
PERTAMA:
Jika memang benar untuk mempercayai bahwa ada Satu Kodrat dan Satu Qnume dalam
MSHIKHA setelah penyatuan, baik itu kodrat kemanusiaan dan Qnume pastilah
dirusak oleh kesatuan itu – ini adalah kehancuran, bukan keselamatan. Atau,
Kodrat Ilahi dan Qnume dirusakkan atau dihancurkan – carut marut yang luar
biasa kacaunya. Atau, keduanya bercampur baur dan lebur bersama – sebab itu,
lihatlah ini merupakan korupsi! Tidak Keilahian maupun kemanusiaan dua
eksistensinya musnah ditelan peleburan. Mar Yokhanan Bar Pinkhaye mengemukakan
tentang nama dari MSHIKHA dituliskan dengan tinta hitam dan merah, dengan cara
ilustrasi yang seperti ini membingungkan kesatuan (union) yang diyakini kaum
Jakobit, dan “kesatuan” yang dengan setia terjaga pada posisinya masing-masing
kita pertahankan dan percayai; dengan demikian, MSHIKHA, lihatlah dikorupsi!
Lihatlah kekacauan! Apakah kesatuannya dalam tinta warna merah? Tentu saja
tidak. Apakah itu tinta warna hitam? Tentu saja tidak. Sekarang perhatikan
dengan baik-baik MSHIKHA ini lihat keindahanNya! Lihat terang CahayaNya! Apakah
Dia berwarna tinta hitam? Ya. Apakah berwarna tinta merah? Ya.
|
KEDUA:
Kodrat Ilahi dan Qnume, sebelum dan sesudah penyatuan, merupakan suatu
keabadian, Roh tak bisa bercampur. Tetapi kodrat manusia dan Qnume adalah
sementara atau fana (temporal) dan jasad tubuh yang bercampur. Sekarang, jika
kesatuan itu menghilangkan sifat-sifat (attributes) yang membedakan antara
Kodrat dan Qnume dalam MSHIKHA, baik itu yang satu ini atau yang lainnya itu
maka ini menjadi “tak ada artinya sama sekali”, atau keduanya itu menjadi
sesuatu hal yang bukan ALAHA maupun bukan Manusia. Tetapi jika kesatuan itu
tidak menghancurkan sifat-sifat yang melekat pada masing-masing kodrat yang
membedakan Kodrat dan Qnume dalam MSHIKHA; maka MSHIKHA harus eksis dalam Dua
Kodrat dan Dua Qnume, yang bersatu dalam Pribadi dari Keputraan.
KETIGA:
Injil[86]
menegaskan, bahwa sang kanak-kanak Yeshua “bertumbuh melebihi rata-rata usia
sebayaNya dalam hikmatNya, dan dalam kasih terhadap ALAHA dan sesama manusia.”
Dan shlyakh Keipha (Petrus)[87], ketua dari Rasul-rasul, berkata: “YESHUA, Manusia
dari ALAHA, muncul diantara kamu melalui mukjizat-mukjizat, dan tanda-tanda
ajaib, dan perbuatan-perbuatan yang mengherankan, yakni ALAHA melakukan hal itu
semua melalui Dia diantara kamu”. Dan,
lagi, rasul Paulus, pakar - pembangun dari Jemaat, bersaksi bahwa “ada satu saja Perantara antara ALAHA
dan manusia, yakni sang Manusia YESHUA MSHIKHA”. Tiga kutipan ini sangat jelas
menegaskan tentang MSHIKHA, setelah kesatuan, bahwa Dia eksis dalam Dua Kodrat
dan Dua Qnume, dan barangsiapa saja berani membantah kesaksian ini maka dia
murtad dari semua kebenaran.
--------------------------------------------------------------------------------------------
Catatan dari Mar Nicholas: Tesis ini membuka kedok kesalahan opini sekte kedua
di atas! Sekte kedua, percaya MSHIKHA: Dua Kodrat dalam Satu Pribadi. Mereka
berasumsi “Qnume” adalah pribadi (hypostasis) sehingga Qnume ALAHA dan Qnume
Manusia lebur jadi satu dalam Pribadi. Ini suatu kemusyrikan. Jika Qnume
IlahiahNya lebur dalam Qnume kemanusiaanNya yang disebut “SATU Pribadi” atau
“Satu Hipostasis” maka Ilahiah sama dengan Manusia dan Manusia jadi Ilahi
seperti cerita dewa dewi Yunani! Jika Manusia Mshikha tidak ada melainkan Qnume
Miltha maka Manusia Yeshua Mshikha itu bukan manusia sempurna, melainkan
manusia cacat, jika cacat, Dia tak bisa jadi “korban penebusan sempurna” karena
qnume semua umat manusia tak ditebus. Ini akan berlawanan dengan Sabda Ilahi
itu sendiri; “14 Oleh karena anak-anak manusia itu ambil bagian dalam daging
dan darah, Dia (Yeshua Mshikha) juga, dalam perihal yang sama; yakni, melalui
kematianNya, Dia bisa memusnahkan dia yang menguasai alam maut, yakni si Setan;
15 dan supaya dengan jalan demikian Dia membebaskan mereka yang seumur hidupnya
dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut. 16 Karena Dia tidak
mengenakan [kodrat] dari malaikat-malaikat, tetapi Dia mengenakan [kodrat] dari
benih Abraham. – (Peshitta, Igeret Ibrani 2: 14-16 AESV); oleh karena itu,
Yeshua Mshikha memiliki Dua Qnume dari Satu Keputraan dengan Dua Kodrat]
------------------------------------------------------------------------------------------
PASAL
VI
Gelar
“Pengandung dari Alaha”
PERTAMA: Jika sang Perawan adalah sang “Pengandung
dari ALAHA dan Pengandung Nama ALAHA” [Theotokos],[88]
kita tahu itu menunjuk (denotasi) “Bapa”,
“Putra” dan “Roh Kudus”
maka itu berarti dia (Miriam)
melahirkan sang ALAHOTA [dalam istilah yang salah digunakan orang Kristen:
Tritunggal,Trinitas, Trisuci, dll], dan bukan hanya Dia (Miltha) , yakni sang
PUTRA atau ANAK.
KEDUA: Jika sang Perawan itu adalah “Pengandung dari
ALAHA” (Begetter of GOD), dan Dia (Yeshua Mshikha) yang lahir, menderita, mati
dan dikuburkan, seperti empat Penginjil
bersaksi, entahkah anda menganut paham bahwa Dia mati dalam kenyataan yang
sebenarnya dalam sejarah; (dan Dia yang sungguh wafat tak punya kuasa apa pun
menghidupkan orang lainnya atau pun diriNya Sendiri, tetapi harus tetap mati
selamanya;) dan kemudian anda menyatakan bohong semua cerita tentang Dia
bangkit lagi: Atau, barangkali saja anda menganut paham bahwa Dia wafat secara
halusinasi, dan dalam cara yang sama bangkit kembali, (dalam artian di sini Dia
tidak bangkit dalam realitas yang nyata, percaya bahwa Dia tak mati dalam
kenyataan); kemudian pengharapan akan kebangkitan itu adalah sia-sia saja, oleh
sebab itu perkataan yang mengatakan “Dia membangkitkan kita dengan MSHIKHA”[89]
adalah omong kosong.
KETIGA: Jika Miriam
adalah sang “Pengandung dari Alaha”, dan Shimon Keipha (Petrus) bersaksi akan Dia
yang dilahirkan oleh Miriam,
katanya: “Engkau adalah sang MSHIKHA, sang PUTRA[90]
dari sang ALAHA yang HIDUP:”’ Kemudian menurut pernyataan anda Miriam bukan “Pengandung dari MSHIKHA”, TETAPI sang Pengandung dari BapaNya, dan MSHIKHA adalah cucu Miriam, bukan Putranya, dan karena Miriam itu adalah BUNDA dari BapaNya (Mshikha), yang kemudian adalah menjadi Bunda dari MSHIKHA?
--------------------------------------------------------------
Catatan
Mar Nicholas:
Gelar “Theotokos” benar-benar menyesatkan semua orang
Kristen dalam sejarah Kekristenan. Miriam
Ibunya ALAHA; berarti kedudukan Miriam
berada pada posisi terpuncak dari ALAHA sendiri. Miriam Bunda Alaha, Miriam menjadi Alaha Tertinggi dari pada Bapa, Putra dan Roh Kudus; Ketiga aspek Keilahian ini adalah “Anak-anak Miriam” dan Yeshua Mshikha adalah “cucu Miriam”; lalu dengan siapa Miriam kawin? Seperti cacing berkelamin ganda? Ini adalah penghujatan terhadap
Alaha!
PASAL
VII
Empat
Qnume (Hypostasis)
PERTAMA: Jika melalui pengakuan kita tentang DUA QNUME
dalam MSHIKHA maka itu akan berimbas ada “4 hypostasis” dalam ALAHOTA [Tiga Aspek Esa]; maka, melalui pengakuan kita tentang DUA KODRAT
dalam MSHIKHA maka haruslah ada hasil kesejajaran DUA KODRAT dalam Kilahian.
KEDUA: Jika sang ALAHOTA, seperti yang diakui oleh
semua orang Kristen pada umumnya, adalah baka dan tak bercampur (uncompounded),
dan Qnume manusiawi adalah fana (temporal) dan bercampur (compound), bagaimana
ini bisa dalam suatu hal, dipandang sebagai 4 Qnume kepada sang ALAHOTA?
KETIGA: Jika kita mempertahankan DUA PUTRA dalam
MSHIKHA, ini akan berakibat kesesatan fatal bagi kita dan banyak orang akan
melawan kita (Nestorian); sebab sang BAPA dan sang ROH, dengan ditambah DUA
PUTRA, akan membentuk jumlah 4 PRIBADI. Tetapi ketahuilah bahwa Shahadat kita mengatakan hanya ada Satu PUTRA, Satu MSHIKHA, Satu
Pribadi, sehingga kita tak perlu khawatir telah melakukan kesalahan
penghujatan.
PASAL
VIII
Gereja
(Jemaat)
Istilah “Gereja”
secara tidak langsung menunjuk Jemaat atau Umat, dan suatu Kumpulan yang bertemu bersama menyatukan diri dalam aksi-aksi pesta
perayaan. Ini merupakan perlambangan hal di atas; Sebab
sebagaimana Susunan Sakral diperuntukkan melayani Dia sang Maha Tinggi dibagi
kedalam tiga tingkatan, begitulah Jemaat
itu. Patriak, Metropolitan, dan Uskup menempati tempat dari Kherubim, Seraphim,
dan Tahta-tahta; Diakon Utama, periodeute,[91]
dan Imam, tempat dari Dominion (penguasa), Otoritas, dan Daya Kuasa;
Diakon-diakon, Subdiakon, dan Pembaca, tempat dari Malaikat-malaikat Penghulu
Pemerintah-pemerintah, dan Malaikat-malaikat. Nama “Jemaat” sebagaimana kita telah
katakan tadi, punya makna arti signifikan, karena MSHIKHA tidak memanggil
batu-batu dan bahan fondasi bendawi[92]
sebuah “Jemaat” tetapi semua umat
yang percaya kepadaNya. Bagian ruang tengah dan Ruang Maha Kudus disebut Jemaat secara metaforis, dan bersamaan itu juga nama kota
dapat dipakai bagi mereka yang tinggal di tempat itu, seperti dikatakan: “semua
kota datang menemui YESHUA”. Dan ketika itu dalam gedung-gedungnya seperti yang
dikatakan: “Dia masuk ke dalam kota”. Dan pada pasal-pasal berikut ini akan
diringkaskan kembali mengenai risalat Bagian ketiga ini.
Bagian
IV
QADISHOTHIM
JEMAAT
PASAL
I
*Jumlah
Qadishothim Dalam Jemaat
Kata Ibrani, “Qadishoth-qadishoth”;
Latin: “Sakramen”; Yunani: “Misterion”,
Aramaik: “Raza”. Bagi Jemaat sesuai dengan Kitab Suci Ilahi, ada Tujuh jumlahnya (Dalam paradigma Kaum Jemaat
Assyria Timur):
1). Keimamatan, yang
merupakan pelayanan bagi semua Qadishoth-qadishoth lainnya 2) Mikveh Kudus. 3) Urapan Minyak Kudus
(Mshikna). 4)
Persembahan Korban Kudus Ilahiah dari Tubuh dan Darah MSHIKHA
(Qurbana Qadisha). 5) Pengakuan
Dosa (Absolusi). 6) Ragi Kudus (Melka); yakni, sang Baginda Raja.[93]
7) Salib Tanda Pemberi Kehidupan.
Ini adalah perlu karena kebutuhan-kebutuhan manusia
dalam dunia kedagingan ini. Agar supaya manusia menjadi, dan bisa eksis dalam
dunia, dia harus dilahirkan dari ibu kedagingan melalui ayah kedagingan pula,
namun gambar dan kesempurnaan manusia datangnya dari Terang Kemuliaan sang
Bapa. Sehubungan dengan perihal seperti itu, agar dunia fana ini punya hal
tersebut di atas, maka perlulah dilahirkan dari rahim mikveh rohaniah, melalui agensi ayah rohaniah (spiritual)
yakni sang Imam, meskipun begitu bentuk dan kesempurnaan itu
dikerjakan oleh sang Ruakh ha’Kodesh dan oleh
kuasa sang Maha Tinggi. Selanjutnya, wajib bagi setiap orang yang hidup di
dunia ini mempertahankan keberlangsungan hidup temporalnya melalui makanan
sementara yang lahiriah, dan minuman bumiah. Maka, dalam hal semacam itu,
makanan rohaniah dan minuman ilahiah ditujukan bagi mereka yang telah dimikveh bagi mempertahankan keberlangsungan hidup kekalnya
dalam Alaha.
Sekali lagi, sebagaimana halnya setiap orang yang
dalam tubuh jasmaniahnya, melalui perubahan-perubahan waktu, dan
kondisi-kondisi buruk, tunduk terhadap penyakit dan kerapuhan fisik yang fana,
dan butuh tabib jasmaniah yang memulihkan kesehatan jasmaniahnya bila mereka
mengikuti amaran-amaran mereka; begitupun manusia dari Alaha, melalui efek-efek
dosa, dan kehidupan tak bermoral, jatuh kedalam berbagai rupa kehidupan yang
tak pantas, dan dia ini harus menerima pemulihan hidup rohaniah yang sehat dari
Imam-imam Jemaat, tabib-tabib rohaniah, jika dia mematuhi aturan resep
yang diberikan oleh tabib-tabib rohaniah tersebut maka dia akan pulih kesehatan
rohaniahnya yang berimbas kepada jasmaniah dan seluruh aspek kehidupan.
Pengurapan Minyak Kudus (Mshikna) digunakan dalam
kelahiran yakni pada upacara mikveh,
dan Ragi Kudus digunakan sebagai makanan rohaniah Tubuh dari MSHIKHA. Salib
Tanda Pemberian Kehidupan yakni melalui pola hidup Mshikhani[94]
selalu dipertahankan dan dipelihara dengan baik, dan melalui hal itu semua
Qadishoth-qadishoth lainnya dimeteraikan dan disempurnakan. Tetapi beberapa
Orang Percaya
yang tak memiliki Ragi Penggabungan, yang sesuai
menurut Amanah MSHIKHA, (di mana yang lainnya wafat yang lainnya dilahirkan),
tujuh Qadishoth. Seharusnya tanpa mempertanyakan kelembagaan kudus apa dan
sifat sakramental tiap Tujuh Qadishoth ini, kita merujuk bahwa tiga hal ini
yang menguduskannya sebagai pra-syarat mutlak harus ada: Pertama, seorang Imam yang benar, dia wajib mendapatkan tahbisan keimamatan Suksesi Rasuliah yang
benar, menurut persyaratan-persyaratan Jemaat.
Kedua, Sabda dan Perintah Agung Tuhan
tentang Qadishoth-qadishoth,[95]
yang mana telah ditahbiskan oleh Dia keduanya.
Ketiga, intensi yang benar dan
menegaskan iman pada bagian itu terhadap mereka yang ambil bagian terhadap
Qadishoth tersebut, meyakini bahwa efek Qadishoth-qadishoth terkait erat dengan
kuasa-kuasa sorgawi. Kita, sekarang, kita membabarkan secara ringkas tiap
Qadishoth-qadishoth secara terpisah dibawah ini.
PASAL
II
Keimamatan
(Kohanim)
Keimamatan (Kohanim) adalah
mediasi pelayanan[96]
antara ALAHA dan Manusia dalam kaitannya ambil bagian dalam pengampunan
dosa, menyampaikan berkat-berkat (brakhoth) dan menghindarkan murka[97].
Hal ini dibagi kedalam ketak-sempurnaan, seperti apa yang ada pada Torah; dan
kesempurnaan, seperti yang ada pada Jemaat.
Dasar Keimamatan dalam Jemaat dilandaskan
pada pernyataan dari Maran Yahweh (Mar-Yah)
tentang Keimamatan kepada Qadisha Mar Keipha (Petrus), di wilayah Kaesarea
Filipi: “Kepada
kalian (jamak) Aku akan memberikan kunci-kunci[98]
Kerajaan Sorga; apa saja yang kamu akan ikat di bumi akan
terikat di sorga; apa saja yang kalian lepas di bumi akan dilepaskan di sorga”. Super-strukturnya datang dari perintah lainnya:
“Berilah makan domba-dombaKu[99].
Memberi makan dombaKu. Memberi makan domba-dombaKu adalah kewajiban dan tanggungjawab akhir dan kesempurnaan untuk hal itu Dia
menghembusi[100]
mereka seraya berkata: “Terimalah bagimu
sang Ruakh ha’Kodesh; jika kalian mengampuni dosa seseorang
yang berdosa, maka dosanya akan diampuni; dan apa bila dosanya tetap kalian
nyatakan ada, maka tetaplah ada dosa-dosa mereka itu.”
“Keimamatan Lama” adalah satu generasi,[101]
dan bukan keimamatan yang didasarkan pada cara hidup dan keinginan, tetapi
“Keimamatan Baru” melalui Suksesi Rasuliah, dan dilakukan dalam Jemaat melalui penumpangan tangan[102],
diberikan kepada mereka yang dianggap berlayak dan pantas menerimanya lewat
berbagai ujian cara hidup dan pemikiran mereka -- "Biarlah ini menjadi
ujian pertama[103],
dan kemudian biarlah mereka didapati melayani dengan layak.”Oleh sebab itu,
kesempurnaan akan hal ini dan ketidak-sempurnaan dari Keimamatan menjadi bukti
jelas, karena kita tahu bahwa banyak anak-anak jahat terlahir dari leluhur
saleh, seperti Kain, Kham, dan anak-anak Lot, dari Musa, Eli, dan lain-lain;
anak-anak saleh terlahir dari leluhur termashyur, seperti Melkhizedek, Abraham, dan lain-lainnya. Lagi pula, Keimamatan
sebelumnya itu ditahbiskan oleh minyak bendawi saja[104]
; tetapi keimamatan yang terakhir ini oleh pengurapan minyak non-bendawi dari
sang RUAKH (sang ROH),[105]
melalui penumpangan tangan. Tentang perihal aturan-aturan yang berkaitan dengan
hal itu bagi orang yang menghendaki jabatan Keimamatan haruslah melalui tahapan
beberapa ujian, apakah dia berlayak atau tidak, biarlah dia yang menghendaki
hal itu tahu seperti yang dijelaskan oleh Rasul Paulus, penyambung lidah dari
sang RUAKH: benarlah perkataan ini:
“Jika orang (laki-laki) menginginkan jabatan Imam
(Kahein) dia berniat berkarya yang
baik. Dia yang menjadi seorang imam harus tak bercacat-cela, suami dari satu
istri, sehat mental, teladan, bertingkah laku yang baik, ramah tamah, cakap
dalam hal mengajar; tidak suka minuman yang memabukkan, tidak ringan tangan
memukul, tetapi penyabar, bukan seorang yang suka bertengkar, tidak rakus
dengan uang. Orang yang mengatur rumah tangganya dengan baik, anak-anaknya
tunduk kepadanya dan membimbing mereka semua kepada kemurnian hidup. Sebab jika
orang tak tahu bagaimana mengatur rumah tangganya sendiri, bagaimana bisa dia
bisa mengurusi Jemaat dari Alaha? Dia janganlah orang yang baru bertobat,
karena bisa berakibat menjadi sombong dan mudah jatuh dalam kutukan Setan. Lagi
pula, dia harus memiliki laporan berkelakuan baik dari pihak luar; sehingga
kelak dia tak mudah jatuh dalam cercaan, dan kena jerat perangkap setan.
Demikian juga para Diakon (Sh’masha) harus hidup murni, tidak lidah bercabang, tidak suka
minuman keras, dan mereka tak suka perihal kenajisan; memegang teguh misteri
rahasia Iman dalam hati nurani yang murni. Dan biarlah ini, “semua perihal
rupa-rupa tingkatan Keimamatan, yang paling pertama wajib dibuktikan, dan
kemudian tujuan mereka hanya melayani, dan didapati tak bercacat-cela.[106]”
PASAL
III
Mikveh
(Baptisan)
Mikveh atau Baptisan adalah menyelamkan diri ke dalam
air dan membasuh dengan air[107]
dan ini dibagi dalam 5 hal: Pertama, membasuh kotoran yang lekat di
badan, sebagaimana halnya umum dilakukan oleh semua manusia. Kedua,
pembasuhan menurut tata cara Torah[108],
di mana hal itu dimaksudkan dan dipercaya memurnikan diri di hadapan Alaha dari
semua kotoran kedagingan yang melekat. Ketiga,
tradisi-tradisi mandi dari para tetua, seperti “membasuh cangkir, bejana,
bejana tembaga, bagian bawah alat- alat makan”, dan seperti “ketika barang-barang
baru dibeli dari pasar, kecuali telah dibersihkan, mereka tidak akan makan jika
belum di basuh[109].”
Keempat, mikveh
Yokhanan[110], dia gunakan mikveh
hanya untuk Warta Pertobatan dan Pengampunan dari dosa-dosa. Kelima, mikveh dari sang Juruselamat
kita[111],
yang mana diterima, melalui sang Ruakh Ha’Kodesh, untuk
karunia adopsi[112]
sebagai anak-anak Alaha, bagi kebangkitan
dari mati[113],
dan bagi hidup kekal; yang mana “penyunatan dilakukan tanpa tangan lahiriah,
memotong tubuh dari kedagingan dosa-dosa melalui sunat Mshikha.”[114]
Sebab sebagaimana sunat dari kedagingan diberikan untuk suatu tanda menunjuk
(dalam arti denotasi) mereka yang adalah keluarga Israel lama menurut
kedagingan; maka mikveh Mshikha adalah suatu tanda hubungan rohaniah (a sign
of spiritual relationship) terhadap Israel Baru (Nasrani), viz., mereka yang terpanggil, dan anak-anak Alaha. “Tetapi mereka yang menerima Dia, kepada
mereka Dia memberi kuasa menjadi anak-anak Alaha[115].
Wujud bendawi Mikveh
menggunakan air murni atau bersih. Apa bila orang tidak dilahirkan dari air dan
sang Ruakh[116],
dia tidak bisa masuk Kerajaan Alaha”. Bentuk
atau Rumusan, dari mikveh
yakni: “Dalam Nama sang ha’Av, ha’Ben, u’ Ruakh ha’Kodesh[117].”
Menurut kata-kata dari sang Juruselamat kita. Ada juga Mikveh Keenam, yakni Mikveh
Darah, seperti Tuhan kita telah mengindikasikan: “Aku harus dimikvehkan[118]
dengan (darah), dan betapa susahnya hatiKu
sebelum hal itu terjadi”.
Ada juga Mikveh
Ketujuh, yakni mikveh air
mata pertobatan, seperti perkataan para bapa. Keduanya ini dimanunggalkan
terhadap Mikveh Kelima, yang merupakan lambang kematian dan
kebangkitan.
PASAL
IV
Minyak
Urapan Kudus
(Mshikna)
Minyak Urapan Kudus (Mshikhna) merupakan Tradisi
Rasuliah[119],
berasal-usul dari minyak konsekrasi oleh Para Rasul sendiri, dan yang melalui
suksesi diwariskan turun temurun dalam Jemaat
Alaha hingga sekarang. Tujuan penggunaanya kita belajar dari khasiat fisiknya
sendiri, dan dari Kitab-kitab Suci. Kitab Ilahi (Alkitab) menginstruksikan
kepada kita, menurut Torah, dikhususkan bagi Simbolis Keimamatan[120],
atau kuasa bumiah[121],
diurapi dengan minyak urapan. Dan dengan cara seperti itulah bagi kita; seperti
diperuntukkan bagi Kerajaan Sorga dan bagi keimamatan sejati yang benar, kita harus diurapi
dengan pengurapan simbolis semcam ini; agar mereka sungguh diurapi dari yang
satu itu dan dari saudara-saudara Mshikha[122],
yang melalui kesatuan yang tunggal dan kesatuanNya bersama dengan Alaha adalah
sungguh dan urapan adikodrati. “Oleh
karena itu, lihatlah sang Tuhan AlahaMu mengurapi Engkau[123]
dengan minyak sukacita atas teman-teman sekutuMu.” Dia adalah sang
Pengurapi dan sang Terurapi: sang Pengurapi melalui KeilahianNya, dan yang
Terurapi melalui KemanusiaanNya.
Seperti halnya khasiat alamiah minyak, kita tahu
kebanyakan seniman ahli lukis terkenal, setelah selesai melukis dengan semua
bahan pewarna catnya, mengolesinya dengan minyak, hal itu dilakukan agar tidak
cepat pudar dan rusak warnanya, atau tidak mudah rusak ketika bersentuhan
dengan benda-benda lain. Dalam hal cara yang sama, mereka yang telah dihisabkan
dalam keserupaan Raja Sorgawi maka dengan alasan yang sama diurapi,
menghindarkan mereka dari kerusakan sepanjang masih menjalani kehidupan di
dunia ini dan dari serangan perlawanan dari si Jahat. Benda Minyak Urapan
berasal dari minyak zaitun murni. Rumusan Doa Rasuliah.
PASAL
V
Persembahan
Persembahan (the oblation) adalah suatu upacara yang
dilayankan oleh mereka di bawah ini terhadap mereka yang di atas, melalui
unsur-unsur bendawi, dalam harapan pengampunan dosa-dosa dan jawaban dari doa.
Persembahan kuno terdiri dari persembahan binatang-binatang[124]
dan curahan darah dari tubuh hewan tersebut, tetapi sekarang bagi kita sang
Anak Alaha Yang Tunggal (Miltha)[125],
Dia mengambil bagi DiriNya Sendiri rupa seorang hamba[126],
Dia korbankan tubuhNya Sendiri sebagai persembahan[127]
kepada BapaNya bagi kehidupan dunia, dan
oleh sebab itu Dia disapa oleh Yokhanan sebagai, “Anak Domba Alaha[128]
yang menghapus dosa-dosa dunia.” Dan
juga disebutkan akan DiriNya, bahwa “DarahNya[129]
adalah Perjanjian Baru (Brith Chadasha), yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan
dosa-dosa.” Dan lagi pula: “Begitu besar kasih Alaha[130]
terhadap dunia sehingga Dia telah memberikan PutraNya yang tunggal,” Yang
dipersembahkan kepada Bapa-Nya (ha’Av) sebagai korban persembahan yang hidup[131],
persembahan korban rasional bagi semua yang tercipta, dengan demikian
memperdamaikan[132]
dunia dengan KebesaranNya, dan membawa keselamatan bagi malaikat-malaikat dan
manusia. Sekarang, melihat hal itu adalah tidak mungkin persembahan
pengorbananNya di Kayu Salib bagi keselamatan semua umat manusia bisa identik diulang
kembali, di setiap tempat, sepanjang abad, dan bagi semua umat manusia, tetapi
hanya satu kali itu saja, tanpa adanya perubahan, Dia menatap dengan mata penuh
kasih karunia, dan melakukan penuh kasih sayang dan dengan kearifan yang tidak
terjangkau akal manusia; dan pada malam itu di mana Dia dikhianati demi
kehidupan dunia, Dia mengambil roti dan meletakkan di tanganNya yang tak bernoda, kudus dan murni; kemudian
memberkati, memecah-mecahkannya seraya memberikan roti itu kepada
murid-muridNya dan Dia berkata kepada mereka, “…inilah tubuhKu yang sedang
dipecah-pecahkan demi kehidupan dunia bagi pengampunan dosa-dosa, demikian
pula, Dia memberkati cawan dan memberikannya kepada mereka seraya berkata “Inilah DarahKu dari Perjanjian Baru, yang
mana ditumpahkan bagi banyak orang demi pengampunan dosa-dosa. Oleh sebab itu,
ambillah, kamu
makanlah semua roti ini, dan minumlah dari cawan ini,
dan perbuatlah hal ini, kapan saja kamu berkumpul bersama, dalam mengingat akan
Aku.” Melalui perintah Ilahi ini roti diubahkan[133]
menjadi Tubuh KudusNya, dan anggur ke menjadi Darah MuliaNya, dan mereka memberikan kepada semua
yang menerimanya dalam iman dan tanpa keraguan, pengampunan dosa-dosa,
penyucian, pencerahan, dimaafkan, harapan kebangkitan besar dari mati, mewarisi
sorga, dan kehidupan baru. Kapan saja
kita bersentuhan dengan Qadishoth-qadishoth ini kita bertemu dengan MSHIKHA Dia
Sendiri dan Dia kita tatang dengan tangan kita dan cium dan ambil bagian, kita
sedang disatukan bersama Dia, Tubuh KudusNya bercampur dengan tubuh-tubuh kita,
dan bercampur dengan DarahNya yang tak bernoda[134]
dengan darah kita, dan melalui iman kita tahu bahwa Dia yang di Sorga dan Dia yang ada di Jemaat,
menjadi tetapi satu Tubuh.
Unsur bendawi dari Qadishoth ini MSHIKHA mentahbiskan
unsur gandum dan anggur, sebagai yang paling cocok merepresentasikan tubuh dan
darah. Bentuk Rumusan yang Dia titahkan melalui pemberian sabda
hidupNya, dan melalui turunnya Ruakh Ha’Kodesh.
PASAL VI
Ragi Kudus
(Melka)
Rasul-rasul (Shlikhim) Terberkati dan kudus, Thoma dan Bartholomeos dari yang Dua Belas Murid, Adai[135]
dan Murid dari Tujuh Puluh, yang merupakan Murid-murid Timur (Talmidim),
diperuntukkan bagi semua Jemaat-jemaat “Ragi
Kudus” di Timur, dipelihara bagi kesempurnaan administrasi pelaksanaan
Qadishoth dari Tubuh Tuhan kita hingga Maran Atah! Dan seharusnya orang-orang
Kristen
di luar Jemaat Nasrani menjadi iri hati dan
sadar akan kemiskinan mereka terhadap fakta perihal yang disebutkan di atas
bahwa hal ini dilakukan oleh Rasul-rasul (Shlikhim) bagi mereka yang di Timur saja sebagai Ragi Pemurnian ini,
dilandaskan bahwa Shimon Mar Keipha, tetua
Rasul-rasul, dan rekan-rekannya tidak melaksanakan Ragi Kudus itu bagi Jemaat-jemaat di Barat[136],
dan seharusnya mereka keberatan terhadap
kita dengan kata bijak ini: “Jika apa yang anda katakan itu benar adanya,
kemudian satu dari dua konsekuensi harus dihasilkan: salah satunya Para Rasul
tidak setuju dalam cara pemuridan mereka, yang mana tampaknya tidaklah demikian
pemikirannya, atau tradisi yang anda pegang ini
adalah sesat”. Membantah hal ini
kita menjawab: Orang-orang Timur sejak dini dalam pemuridan mereka hingga
sekarang tetap memelihara iman mereka sebagai kepercayaan suci, dan melaksanakan tanpa diubah-ubah. Kanon-kanon Rasuliah:
Meskipun semua menganiaya mereka, mereka mengalami siksaan dari banyak
raja-raja, mereka ditindas dengan membebankan kuk berat oleh penguasa asing,
mereka tetap setia tidak mengubah shahadat mereka maupun
kanon-kanon mereka.
Hal semacam itu diketahui dengan baik tentang mereka
sebagai hamba-hamba yang setia dan seharusnya orang-orang Kristen wajib
mengikuti kanon-kanon yang mereka bela ini. Terlebih lagi melestarikan Ragi
ini, di negeri yang penuh dengan penganiayaan, di mana tidak ada orang-orang
Kristen yang punya pengaruh dan kekuasaan menolong mereka ini, tak ada juga
komando kekuasaan yang menyokong mereka, di manapun mereka ini selalu berada
dalam aniaya, disakiti dan dipersulit.(*). Tanpa memiliki Ragi Kudus ini maka
tidak ada kelanjutan
suksesi rasuliah, sangat pasti,
orang-orang Timur telah menyeberangi semua terpaan arus kesusahan dan
penderitaan demi mempertahankan Ragi Kudus itu bersamaan dengan iman yang
ortodoks. Kemudian, sebagaimana hal argumentasi mereka yang menarik garis dari
Mar Keipha dan Rasul-rasul Besar yang memuridkan orang-orang di Barat (dunia Romawi),
kita memiliki warisan ini untuk melawan mereka, --- bahwa memang Rasul-rasul telah menerus-sampaikan (mengamanahkan) hal yang sama kepada orang-orang di Barat tetapi mereka mengubah iman yang satu itu, kanon-kanon juga
dikorupsi oleh mereka yang ditundukkan
kepada keinginan raja-raja yang bidat. Dan, atas bukti pernyataan ini, kita
meminta apa bila mereka semua memegang teguh adat istiadat dari Rasul-rasul, maka orang Jerman
tidak akan mempersembahkan Roti Tak Beragi, dan orang-orang Romawi (Yunani) tak mempersembahkan Oblasi Ragi; karena Rasul-rasul
tidak mengajarkan
seperti hal itu dalam dua hal yang berbeda di atas. Oleh
karena itu, orang-orang di Barat telah mengubah
iman dan kanon-kanon, dan bukan orang-orang Timur.
PASAL VII
Pertobatan dan Pengampunan Dosa-dosa
Ras manusia sudah sesat dan cenderung mudah jatuh
dalam dosa, semua orang sudah jatuh dalam pencobaan dan rohaniahnya terjangkit
berbagai rupa penyakit; maka sehubungan dengan hal ini keimamatan dibutuhkan
untuk menyembuhkan penyakit rohaniah tersebut dengan gratis. “Jika anda
mengampuni dosa-dosa orang lain[137],
mereka akan diampuni”. “Mereka yang sehat tak butuh tabib[138];
tetapi mereka yang sakit itulah yang sungguh-sungguh membutuhkannya“. Dan,
lagi: “Aku datang bukan untuk orang benar, tetapi bagi orang-orang berdosa yang
butuh pertobatan.” Tiga perumpamaan yang saya kutip ini ada efek pembaharuan
hidup, yakni Anak yang Boros[139],
Seratus Domba[140],dan
Dua Orang Berhutang[141],
yang dimaksudkan menambah pengharapan orang-orang berdosa, dan membuka bagi
mereka pintu gerbang pertobatan yang menuju ke sorga dan mengambil bagian
kebahagiaan sorgawi. Dan contoh yang terlihat langsung, tentang kasus Shimon Keipha (Petrus) saat dia menyangkali
MSHIKHA, dan Shaul (Paulus) setelah
penganiayaannya, dan wanita yang berdosa, si Pemungut Cukai, dan si
Pencuri di kayu salib. Namun, hal itu wajib dilakukan banting setir segera atas
orang-orang percaya ketika mereka jatuh dalam kelemahan-kelemahan kodrat
manusiawi mereka, semua kita tak bisa tetap tegak berdiri, mereka terkadang
jatuh dalam kuasa dosa juga, saat mengalami kejatuhan dalam dosa mereka butuh
Toko Obat Mshikhani, dan memberitahukan penyakit-penyakit mereka kepada Tabib-tabib rohaniah, bahwa
melalui absolusi (pengampunan dosa) dan pertobatan mereka bisa mendapatkan
penyembuhan jiwa-jiwa mereka, dan setelah itu pergi dan ambil bagian Pesta
Perjamuan Tuhan dalam kemurnian, patuh terhadap aturan resep dokter yang
terkenal, yang menuliskan demikian: “Tuhan kami telah memberikan ramuan
resep-resep obat pertobatan kepada
tabib-tabib yang terpelajar, Imam-imam dari Jemaat. Oleh karena itu, siapa saja, mereka yang telah kena
wabah penyakit yang disebarkan oleh Setan, biarlah dia datang dan menunjukkan
luka-lukanya kepada murid-murid dari sang Tabib Ajaib yang akan menyembuhkan
dia dengan obat rohaniah”[142].
Hal-hal ini akan berkhasiat ampuh jika mereka melakukannya dalam iman yang
sungguh[143],
dan bukan dengan cara – cara duniawi, sebab “apa saja yang dilakukan tidak
dengan iman adalah dosa”sama seperti beberapa orang yang melakukannya hanya
demi uang, sehingga membuat hal yang suci ini
menjadi dagangan, dan sebagai sumber keuntungan mata pencaharian sementara.
PASAL VIII
Pernikahan dan Keperawanan
Pernikahan setelah menerima pemberkatan dari MSHIKHA,
mereka masuk demi kepedulian dan kerajinan seorang istri mengurus rumah tangga,
membesarkan anak-anak dalam rasa takut akan Alaha, tanpa lalai atau berkeluh
kesah, mata mereka jangan ditujukan kepada apa yang di miliki tetangga, Kitab
Suci menyebutkan hal ini keadaan kudus: “Pernikahan itu mulia[144]
dalam semuanya dan tempat tidur mereka adalah murni”. Paulus (Shaul)
menjelaskan hal itu sebagai misteri segala sesuatu jauh di atas dunia ini: “Ini
adalah rahasia besar[145],
tetapi aku berkata mengenai Mshikha dan JemaatNya”.
Oleh karena itu perceraian itu melanggar hukum kecuali karena disebabkan
perzinahan, atau hal itu (ada alasan kuat) yang berkaitan dengan membahayakan
jiwa melalui tiga bukti yang terlihat:
ilmu sihir (klenik), mengkhianati iman[146],
dan pembunuhan. Atau yang bertautan dengan tubuh: “Siapa saja menceraikan
istrinya[147],
kecuali karena kecemaran, menyebabkan dia melakukan zinah; dan siapa saja yang
menikahinya terjerat dalam perzinahan[148]”.
Sehubungan dengan Keperawanan, pelayan dari bait Alaha
berkata: “Aku tak punya perintah dari Tuhan[149]”. Sebab perintah dari Tuhan menitahkan manusia
menikah. Tetapi orang harus berkeinginan memelihara
keperawanannya-keperjakaannya, dan mengikuti teladan ini dengan penuh hormat,
mencontoh Yokhanan
sang Pemikveh, sang Juruselamat (Maran Yeshua Mshikha
bar Alaha), Eliyah dan Shaul, diperkenankan melakukan hal semacam ini, bisa diterima
atas ada izin, bukan perintah dari Alaha, lagi pula, bukan berarti disebabkan
perkawinan itu sesuatu yang najis atau tak suci dan hina, tetapi perkawinan itu
menuntut perhatian dan tanggungjawab besar, sementara itu jika dia ingin terjun
langsung melayani beraneka macam orang maka pernikahan itu akan menjadi suatu
hal yang membebani dan menyita banyak perhatian dan hal ini merintangi kemajuan
pertumbuhan jiwa rohaniah orang itu dengan berbagai ikatan duniawi. Akan tetapi, meskipun begitu, dia yang membuat
janji kaul keperawanan tidaklah menjadi malaikat rohaniah dalam teori dan
praktek, dia tetaplah mudah jatuh dalam kelemahan manusiawi; sebab “setiap
orang yang berperang dalam medan perjuangan haruslah membebaskan pikirannya
dari hal-hal lainnya”.
[3] I Igeret
al'Korintim 8: S-6
[4] Basora
Mar Yokhanan 1:1
[5] Basora
Mar Yokhanan 1:4
[6] Ma'asei
Shlikhim 9:15
[7] Igeret
al'Ivrim 1:3
[8] 1 Igeret
al'Korintim 1:24
[9] Neabed
Masha Bealman Akh D’Mutan (Bereshet 1:26)
[10] Bereshet
(Kej) 2.1
[11] Bereshet
1.27
[12] Bereshet
1.26
[13] Igeret
al'Ivrim 2.16-17. Basora Mar Yokhanan (Yoh) 2.21.
[14] Bereshet
2.7-17
[15] Bereshet
3.5
[16] Bereshet
3.7-11
[17] Bereshet
3.1 7-19
[18] Bereshet
7.25
[19] Bereshet
11.1-9
[20] Bereshet
17.10
[21] Shmot
20.1-1 7
[22] Devarim
23.7-6
[23] Tehillim
41.10-11
[24] I.Malakhim
8.27. 1 Divrei ha'Yomim (Tawarikh) 2.6, 6.18; Ma'asei Shlikhim 17.24, Devarim
28.25
[25] Devarim
4.27
[26] Devarim
28.23-24
[27] Devarim
28.38
[28] Igeret
al'Efesim 1.7-10
[29] Bereshet
49 10-12
[30] Devarim
18.15
[31] Devarim
18.19 Ma'asei Shlikhim 3.23
[32] Kohelet
16.4. Basora Mar Yokhanan 6. 31-34-49-50
[33] Kohelet
17.6. Igeret al'Korintim 10.4
[34] B'midbar
21.8-9
[35] Tehillim
2.9: 10-45
[36] Tehillim
110.
[37] Iss.
7.14
[38] Iss.
53.5 to the end.
[39] Zekhar'ya
9.9
[40] Daniel.
9 .26-27
[41] Dan.
7.9
[42] Dan.
7.13-14
[43] Basora
Mar Mattai 7.12 Basora Mar Lukas 6.31
[44] Iyov
23. 2-9. Yokhanan. 1.18. 5.37. 1. Tim. 1.17. 6.16
[45] Yoh.
1.14.Yokhanan 2.21-22. Ma'asei Shlikhim 17.31.
[46] Igeret
al'Ivrim 13.8
[48] Yokhanan
10. 30-38. 12.45. 14. 7-10. 11.7. Yokhanan 1.14. Igeret al'Ivrim 5.7. 10.5
[49] Igeret
al'Korintim 5.21. Igeret al'Galatim 3.13
[50] Basora
Mar Lukas 1.28
[51] Basora
Mar Mattai 1.20 Basora Mar Lukas 1.34-35
[52] Basora
Mar Lukas 1.32
[53] Mattai
2.1-2
[54] Lukas
2.10, 11, 14, 31.32
[55] Lukas
2.40-52
[56] Lukas
3.23
[57] Lukas
3.1-9 Lukas 3.1
[58] Mattai
3.13
[59] Mattai
3.14-15
[60] Igeret
Petros 1.15-16
[61] Mattai
3.13 . Yoh 3.5
[62] Mattai
4.2 6.16-18 9.15 Lukas 5.35 Mattai 11.1-14 17.21 6.5-13
[63] Mattai
12.19-20 5.39. 11.29-30 Yokhanan 13.14-15 Igeret al'Pilipi'im 2.5-8
[64] Mattai
5.19-20
[65] Kolasim
2.14 Ef. 2.13-19 15.1 al’l Korintim 15.3-8 12-20
[66] 1. Tim.
6.13 juga 15.15
[67] Ma'asei
Shlikhim 1.3. Mattai 28.18
[68] Lukas
24.50-51
[69] Basora
Mar Markus 16.19-20
[70] Mattai
28.3
[71] Yokhanan
17.3
[72] Mattai
22.29-32 Lukas 14.14 Yokhanan 28-29. al'Ivrim 6.2
[73] al'Ivrim
6.2 Ma'asei Shlikhim 17.31 Romanim 2.16
[74] Yokhanan
6.68. 17.3
[75] Mattai
5.28
[76] Mattai
6 26-28
[77] Mattai
6.34
[78] Mattai
5.44
[79] Lukas
17.21
[80] Yokhanan
17.3
[81] Daniel
9-25
[82] Mattai
16.16
[83] al'Pilipi'im
2.6-7
[84] Lukas 1
.32-35
[85] Yokhanan
1.14
[86] Lukas
2.52.
[88] Shemot
1.1. Yokh. 1.1. al’Ivrim 1.10. Ma’asei Shlikhim 17.24. Kolasim 1.16-17
al’Ivrim. 11.3. Hitgalut (Wahyu) 4.1I. al’Ivrim 3.7-1I. Ma’asei Shlikhim 5.3-4
[89] Igeret
al'Efesim 2.4-6.
[90] Mattai
16.16
[91] Periodeute,
suatu kunjungan Imam yang bertindak mewakili kehadiran Uskup (Sukana) dalam kunjungan
Jemaat-jemaat dan Biara-biara.
[92] Ma’asei
Shlikhim 2.47, .5.11, 8.1-3, 9.31
[93] Ragi
Kudus biasanya mengacu sebagai Malka
“sang raja”.
[94] I.
Igeret al'Korintim 1-18
[95] I.
Igeret al'Korintim 10.15-17
[96] B'midbar
Pasal. 16.17.26, v. 9.27.3. Yudas, 11
[97] B'midbar
16.46-sampai selesai. Ma'asei Shlikhim 5.1-16
[98] Mattai
16-19 dan 18.18. Yokhanan 20.23
[99] Yokhanan
21.15-17
[100] Yokhanan
20.22-23
[101] B’midbar
16.40
[102] 1.
Tim. 4.14, 5.22. Titus 1.5-dst. Igeret al'Ivrim 6.2. Ma’asei Shlikhim 6.6
[103] I.
Tim. 3.1-13. Ma’asei Shlikhim 6.3
[104] Shemot
30.22-33, 29.7. Vayikra 8.12
[105] Ma’asei
Shlikhim 2.4 6.6, 8 .15-18
[106] I.
Tim. 3.1-10.
[107] Mattai
3.6-16, Markus 1.5, Yokhanan 3.22-23,
Bandingkan dengan Ma’asei Shlikhim 16.13 dan 16.15,
Igeret d'Roma'im 6.4-5, Igeret al'Kolasim 2.12, Igeret al'Titu 3.5, 1.
[108] Devarim
23.11, Vayikra 15.5, 17.15-16
[109] Mattai
1.5.2-3, Markus 7.3-5-8
[110] Mattai 3.5-12, Yokhanan 3.23, Ma’asei Shlikhim
13.24: 19.4
[111] Mattai
3.11, Yokhanan 3.5, Yokhanan 1.33
[112] II
Igeret al'Korintim 6.18, Igeret al'Galatim 3.29, Igeret al'Galatim 4.4-7, Ef.
1-5,
[113] d'Roma'im
6.3-5: 23, Cot. 2.12
[114] Cot.
2.11
[115] Yokhanan
1.12
[116] Yokh.
3.5, Ma’asei Shlikhim. 8.36: 10.47
[117] Mattai
28.29
[118] Lukas
12.50
[119] Igeret
d'Ya'aqub 5.14, Markus 6.13
[120] Shemot
30.22-30 & 29.7. Vayikra 8.12
[121] 1.
Shemuel 10.1, 16.13, I Malakhim 1.39, II. Malakhim 9.6, 11.12
[122] al'Ivrim
2.17
[123] Psi.
45.7, al'Ivrim 1.9.
[124] Vayikra
4.4, dll..
[125] Yokh.
3.16
[126] al'Pilipi'im
2.6-7
[127] al'Ivrim
9.14
[128] Yokh.
1.29
[129] Mark
14.24 dll
[130] Yokh.
3.16 dan al'Ivrim 12.24
[131] al'Ivrim
12.24
[132] d'Roma'im
5.10, al'Efesim 2.16, II al'Korintim 5.19
[133] Perubahan
yang pengarang maksudkan, bukan fisik, tetapi lebih mengarah kepada kuasa yang
ada menyertai Qadishoth Kudus ini bagi pengampunan dosa-dosa mereka yang
ambilbagian Qurbana dalam iman yang sejati.
[134] I
al'Korintim. 10.15-17
[135] Mar
Addai, menurut opini umum adalah sama dengan panggilan sebagai
"Taddai" satu dari murid Dua Belas, tetapi menurut orang lainnya, dia
bersama dengan “Mar Man” (Mar Mari) disebut-sebut sebagai murid dari Tujuh
Puluh.
[136] Istilah
Barat (Western) di sini menujuk (kata tunjuk denotasi) semua Kekristenan yang
tunduk dalam kekuasaan Kekaisaran Romawi, disebut Kristen Barat. Dan Jemaat
Timur, Jemaat - jemaat yang tak pernah tersentuh oleh tangan besi kekuasaan
Romawi: Jemaat Yerusalem Semitik Kuno dan Gereja Assyria karena mereka berada
di wilayah kekuasaan raja-raja wilayah Timur yang tidak takluk kepada
Kekaisaran Romawi. Mereka umumnya berada di wilayah Timur: Asia Timur Jauh,
Asia Tenggara, dan Timur Jauh. Jemaat - jemaat ini selamat dari infiltrasi ragi
tercemar dari Barat. Mereka tidak ada kontak hubungan sejak awal hingga
sekarang, sebagai dua pemikiran umat yang berbeda dan bertolakbelakang satu
sama lain. Perbedaan itu bagaikan bumi dan langit. Kristen Barat sudah mengalami kerusakan
Ajaran-ajaran Rasuliah karena ketidaksetiaan mereka memeliharanya, tidak ada
rahmat Ruakh Ha’Kodesh lagi didalamnya, kecuali sebagai agama manusiawi yang
kosong, seperti Wahyu-wahyu yang disampaikan Tuhan kepada Jemaat Yerusalem
sejak zaman kuno hingga sekarang, dan Gereja-gereja Kristen Barat ini (pengaruh
Romawi-Byzantium) seperti “Pot Bunga yang didekorasi indah, namun di dalamnya
kosong, tergantung selera si empunya mau meletakkan aneka bunga fana di
dalamnya, sebentar mekar dan layu dan dibuang ke api…” Itulah sebabnya begitu
banyaknya muncul berbagai pengajaran sesat didalamnya, celakanya apa yang
mereka pikirkan ini berasal dari Tuhan dan sesuai dengan Kitab Suci, kesudahannya
mereka ada dalam penghakiman Tuhan kelak.
[137] Yokh.
20.23
[138] Mattai.
9.12-13
[139] Lukas
15.11-32
[140] Lukas
15.3-7
[141] Lukas
7.41
[142] Ini
adalah kutipan dari Mar Narsay, dikenal luas sebagai Doktor (Teologi) dari
Jemat Timur yang hidup di abad ke-5 dan banyak menuangkan hasil pemikirannya
dalam tulisan. Ini juga dikutip dalam ibadah khusus dalam Khudra, untuk
dibacakan pada hari pertama Mengingat dari Puasa Niniweh.
[143] Roma’im
14.23
[144] al'Ivrim
13.4
[145] al'Efesim
5.32
[146] I.
al'Korintim 7.10-18
[147] Mattai
5.32
[148] Dalam
bahasa Aramaik kata-kata “d’share” dan “ shwiqta” seperti yang digunakan oleh
Maran Yeshua Mshikha bar Alaha menunjuk (denotasi) arti berbeda, terdahulu
adalah ‘menceraikan’, yang kemudian ‘ memisahkan’, dipisah tetapi tidak
diceraikan, demikian juga hal itu menunjuk kepada perkawinan pasangan berdosa
dikarenakan perceraian.
[149] I.
al'Korintim 7:25
ARTIKEL TERKAIT:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar