Gb Proese Terjadinya Kitab Suci
KITAB SUCI TIDAK TURUN DARI LANGIT
Perhatikanlah Gambar di atas tentang alur cerita secara garus
besar terjadinya kitab suci di dalam Perjanjian Baru. Dari Gambar ini, maka
bisa ditarik kesimpulan bahwa Pilar Iman
Nasrani itu ada tiga, yaitu:
1.
Pewahyuan Suci
2.
Tradisi Nasrani (Tradisi Suci/Masora Qadosha/Oral Torah), dan
3.
Kitab Suci (Ketivim Qadosha/Written Torah).
SEMUA PENGAJRAN DIMULAI DARI PILAR
IMAN PEWAHYUAN SUCI
Semua pengajaran (Torah)
berasal dari Tuhan. Dalam Perjanjian Sinai, Tuhan mengirimkan Pewahyuan Suci kepada para nabi yang
dipilih-Nya sendiri, sementara di dalam Perjanjian Baru, Dia mengutus Sang Miltha (Sabda) untuk datang dan menjadi
manusia Yahudi di tahun 6 SM dan menjadi Nabi Terbesar Nasrani. Selain itu
Tuhan tetap memberikan wahyu kepada nabi lainnya. Salah satu nabi di dalam
jemaat Nasrani adalah Nabi Agabus, Kis 21:10.
Dia mulai mengajar di usia 30 tahun, seperti layaknya rabb-Rabbi Yehudim lainnya. Nabi-nabi sebelumnya hanya menerima penyingkapan
secuil dari pesan-pesan ilahi, mereka bukanlah saksi dari semua penciptaan.
Sementara dalam PB, Yeshua Sang Pencipta (dalam wajud manusia) itu sendiri yang
menyampaikan pengajaran. Pewahyuan yang Dia sampaikan begitu deras dan fresh! Sangat banyak sampai-sampai
murid-Nya menulis bahwa kalau itu dituliskan semua maka tidak akan ada kitab di
dunia ini yang bisa memuatkan (Yoh 21:25). Dia sudah menyampaikan
pengajaran-Nya SECARA LISAN kepada para saksi-Nya, kepada para murid (12
rasul dan 70 Murid).
DARI PEWAHYUAN SUCI MASUK KE DALAM
TRADISI SUCI
Pengajaran-Nya yang disampaikan secara lisan[1] itu disebut sebagai Tradisi (Masora/Oral Torah). Tradisi ini memiliki banyak perbedaan
dengan tradisi Farisi, makanya Rabbi
Yeshua sering bertikai dengan para Rabbi
Sekte Perushim lainnya. Maran Yeshua tidak menulis kitab! Tidak
pernah ada kitab PB sebelum Dia terangkat ke Shamayim (Sorga). Tradisi di dalam PB cukup berbeda dengan apa yang
terdapat di dalam PL (Perjanjian Sinai). Di saat munculnya Maran Yeshua, itulah momen peralihan ini. Maran sedang mempersiapkan para murid-Nya untuk melaksanakan Torah Mshikha (LAI: Hukum Kristus) dan semua kekayaan
tradisi di dalamnya. Perubahan tradisi yang mulai tercatat di keempat injil adalah
penekanan Shabbat tidak lagi pada
legalitas bukan berarti dihapuskan seperti banyak tafsiran dalam teologi
Pauline yang salah tafsir[2], adanya perubahan doa
harian dengan mengajarkan Doa Bapa Kami (Tefila
dMaran), dimulainya pengajaran tradisi qadishot
Perjamuan Suci dengan memakan daging dan meminum Darah-Nya (Yoh 6:53), mulai
cerita tradisi akan ada waktunya peribadatan tidak berfokus pada Yerusalem (Yoh
4:20-24), dan lain-lain. Semua tradisi lisan ini diajarkan siang-malam kepada
para murid dan mereka ingat.
DARI TRADISI SUCI MASUK KE DALAM
KITAB-KITAB SUCI
Paska kenaikan-Nya, kitab-kitab
(Ketuvim/written Torah) mulai dituliskan. Para murid-Nya, baik itu sebagai saksi
langsung, maupun yang tidak langsung kemudian menuliskan kitab-kitab Injil, Igeret (Surat-surat pengembalaan), kitab
sejarah, kitab pewahyuan, dan kitab-kitab pengajaran. Kitab-kitab yang beredar
di abad awal Masehi tidak semua ditulis dalam waktu dan tempat yang sama. Ada
rentang waktu dengan banyak penulis yang berbeda yang masing-masing menulis
hanya untuk jemaat yang ada saat itu, yaitu jemaat Gereja Rasuliah. Para
penulis kitab-kitab Nasrani tidak pernah bermaksud untuk membagi-bagikan karya
tulisannya kepada jemaat di luar Gereja Rasuliah. Semua yang menerima harus
membacanya di bawah pimpinan Uskup. Jika ada yang tidak paham, mereka bertanya
kepada uskup, mereka tidak menerka-nerka isi kitab, jemaat tidak punya hak
untuk menafsirkan ayat kitab suci, apalagi orang luar. Kitab-kitab yang ditulis
tidak untuk dibagi-bagikan kepada orang luar karena akan bisa salah paham.[3]
Saat kitab-kitab dituliskan, berbarengan ada banyak kitab yang
ditulis oleh para pengajar ajaran yang dianggap bias, oleh karena itu Gereja Rasuliah
merasa penting untuk menyeleksi kitab mana yang menurunkan ajaran Nasrani awal,
mana yang tidak. Itulah momen di mana terjadi kanonisasi kitab-kitab. Ini
bukanlah inisiatif Tuhan, hanya para pemimpin gereja saja. Karena Gereja
Rasuliah sudah berkembang dan berpencar serta dipimpin oleh uskup-uskup maka
semua uskup di masing-masing gereja merasa berhak untuk memilah-milah sendiri.
Tidak semua uskup bertindak dengan fair
dalam menyeleksi kitab-kitab, di era Politik Gereja, kanonisasi juga menjadi
alat untuk meraih atau mempertahankan kekuasaan. Contohnya, igeret Clementinus
dan injil Thoma yang menuliskan pusat kepemimpinan Nasrani adalah Uskup Yakub HaTzadiq di Yerusalem dan para
penerusnya, inilah alasan mengapa kitab-kitab ini tidak dimasukkan ke dalam
kanonisasi gereja rasuliah Roma dan Byzantium. Gereja Rasuliah yang sudah ternodai
oleh ajaran Helenisme juga membuang semua kitab yang bernuansa semitik, seperti
Injil Protoevangelion, Sefer Limudah,
dan Sefer Didaskalia. Oleh karena itu
jumlah kitab dalam kanonisasi setiap Gereja Rasuliah itu bisa berbeda-beda,
belum ada lagi ada istilah ‘kitab yang terlambat dikanon’.
Para sarjana teologia dan pengajar Kristen di luar Gereja Rasuliah,
tidaklah mengerti Tradisi Nasrani. Tidak ada Sekolah Teologia yang mengajarkan
hal ini. Tradisi Nasrani meliputi sejarah detail, perayaan-perayaan dalam PB,
jenjang keimamatan Melkisedek, siddur
(liturgi) ibadah, tujuh ritual penting yang disebut Qadishot (Sakramen), etos, pirkey
avot, dan lain-lain. Baptisan Air dan Roh Kudus adalah 2 dari 7 Qadishotim dalam tradisi ini. Qadishotim meliputi siddur dan pengajaran di dalamnya, ini sama sekali tidak dituliskan
di dalam kitab suci, hanya di dalam
misnah atau materi-materi seminari. Tradisi diajarkan dengan memberi
contoh, jadi sangat penting saat seorang jemaat diangkat masuk ke dalam jenjang
keimamatan, mereka diajarkan lebih detail tentang qadishotim yang sudah biasa mereka lihat, mereka hanya perlu
mendalaminya lagi secara khusus. Hal inilah yang menyebabkan para pengajar di
gereja Non Rasuliah di manapun tidak bisa mewarisi Masora Nasrani, karena mereka bukan jemaat Nasrani, mereka tidak
pernah melihat dan diajarkan hal detail perihal ritual-ritual dan ajaran lisan
lainnya. Tradisi adalah warisan tidak ternilai dari Gereja Rasuliah, ini tidak sembarangan
diajarkan, tidak untuk sembarangan dibagikan.[4]
JAWATAN NABI HARUS SELALU ADA
Seperti dijelaskan di atas bahwa Maran Yeshua yang berperan sebagai Nabi di abad 1, ditopang juga
oleh nabi lain di dalam setiap kumpulan jemaat. Pesan adanya peran kenabian untuk
membangun jemaat ini dicatatkan Mar
Shaul (Paulus) di dalam igeret-nya
untuk jemaat Gereja Rasuliah di Efesus.
Efesus 4:11 (LAI): Dan
Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun
nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan
pengajar-pengajar
Jawatan nabi tidak boleh hilang di
dalam jemaat rasuliah. Nabi adalah mereka yang
mendalami mistikisme, dunia spiritual dengan lebih mendalam dan berhati-hati.
Peran kenabian ini harus dipelihara, harus diajarkan turun-temurun. Seperti
halnya di dalam zaman Eliyahu di PL yang memiliki sekolah nabi-nabi. Di dalam
PB pun harus demikian. Para nabi, tidak perlu adalah seorang yang sudah
diangkat ke jenjang keimamatan, bisa datang dari jemaat Gereja Rasuliah dari
kalangan manapun tanpa melihat usia dan darah turunan. Tuhan bisa menyampaikan
wahyu-Nya melalui siapa saja yang Dia pilih. Tuhan tidak pernah berhenti
bicara! Jawatan nabi tidak pernah boleh dihentikan! Rahasia Sorga belum semua
disampaikan ke dunia ini! Kalau Tuhan berbicara, maka keuskupan harus bisa mengujinya dengan baik dengan memakai 3
pilar Iman, kitab suci, tradisi suci, dan pewahyuan suci sebelumnya yang sudah
lulus uji. Pewahyuan Baru tidak boleh bertentangan dengan 3 pilar Iman.
Jadi, apakah kitab-kitab sudah berhenti total dituliskan? Apakah
kitab dan tradisi yang ada sudah bisa menjawab semua pertanyaan perihal
rahasia-rahasia alam roh? Apakah ajaran Yeshua yang dikatakan tidak bisa dimuat
di dalam kitab manapun di dunia ini, Yoh 21:25 sudah bisa diketahui Gereja
Rasuliah-Nya? Jawabannya adalah belum semua.
Yoh21:25 (LAI): Masih banyak hal-hal lain lagi yang diperbuat oleh Yesus, tetapi jikalau semuanya itu harus dituliskan satu per satu, maka agaknya dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang harus ditulis itu.
PERBEDAAN PENGAJARAN DALAM SATU
DENOM AKIBAT AJARAN SOLA SCRIPTURA
Ajaran Gereja Modern atau Non Rasuliah, bertumpu pada ajaran Sola Scriptura. Ajaran ini seperti
halnya ajaran denom pecahan Protestan lainnya, tidak mengenal kekayaan tradisi
dan juga penyingkapan pewahyuan suci. Pengembangan penafsiran adalah upaya
utama untuk menggali dan mencari ajaran awal Nasrani abad 1. Tidaklah
mengherankan penafsiran masing-masing pengajarnya akan saling berbenturan. Semua
merasa berhak untuk menafsirkan ayat-ayat kitab suci yang sulit dipahami.
Di
antara denominasi Gereja Modern pasti berbenturan, bahkan di dalam satu
denompun bisa. Sebagai contoh dalam tubuh denom Kristen Mesianik, Pdt Ir
Benyamin Obadyah, memutuskan untuk keluar dari GBI (denominasi Pentakosta
Karismatik). Dia bersama bapak Eddy Hermanto Tjahjono, seorang pengusaha
perkapalan dan Pdt Niko Sumolang memimpin jemaat Mesianik. Perbedaan muncul, akibat
pak Benyamin tidak mau terseret Gerakan Nama Suci (Sacred Name Movement) dan memilih mengucapkan Nama Suci: ‘Adonai’ atau ‘Hashem’. Sementara pak Niko konsisten mengajarkan Nama Suci ‘Yahweh’.
Hal penafsiran tersebut dan lainnya membuat saat ini mereka memimpin komunitas
yang berbeda sesuai penafsiran masing-masing. Pdt Teguh Hindarto, MTh, yang
sempat belajar dari Ev dr Suradi di Jakarta, membuka pelayanan Mesianiknya,
Kehilat Nafiri Yahshua di Kebumen. Penafsirannya perihal nama Mesias sempat
membuat perdebatan a lot sekitar tahun 2013 dengan Pdt Dr Yakub Sulistyo yang
mengajarkan nama Mesias, ‘Yeshua’. Para pendeta Mesianik yang meyakini nama
Mesias itu ‘Yahshua’ antara lain: Dr Romeo Sahertian, Pdt Niko Sumolang, dan
Pdt Teguh Hindarto, MTh ini. Pada pertengahan th 2015, pak Maxi memposting di Facebook, adanya keretakan pengajaran di
dalam sinode yang berpusat di Manado ini. Dalam satu sinode ini, masih ada yang
beribadah dengan memakai nama Allah, yang satunya menolak. Jalan keluar yang
diambil bukannya saling berdiri sendiri, namun membuat sinode Baru, yaitu
Sinode Am yang menaungi dua sinode
yang bertentangan di dalamnya. Mungkin alasannya adalah pembuatan sinode baru
di Indonesia sudah tidak dimungkinkan lagi. Yang dipermasalahkannya adalah kepemimpinan
di dalam Sinode Am ini. Ini adalah
urusan rumah tangga Sinode Am, namun
sangat disayangkan terekspos di media sosial. Dalam kasus ini semua
bisa mengambil pelajaran bahwa sesama penganut Mesianik tidak bisa bersatu dalam pengajaran di bawah satu kepemimpinan. Ada yang menafsirkan boleh memakai nama ‘Allah’ dan ada yang sudah menyatakannya suatu tindakan melanggar perintah
Tuhan.
Semakin para pengajar Mesianik mendalami
ajaran Kitab suci maka pasti, akan semakin banyak ditemukan perbedaan di antara pengajaran mereka.
Bukan
tidak mungkin tahun depan akan muncul aliran baru lagi, yaitu KM Perjuangan
atau KM Ahmadiya, atau lainnya.
Dari asalnya percampuran antara ajaran Anti Allah dr Suradi ditambah
ajaran SNM+HRM,
akan berkembang lagi menuju ajaran Baru sesuai
penafsiran masing-masing.
Persamaan dan perbedaan ajaran dalam tubuh KM (Kristen Mesianik) ini
bisa dilihat pada tabel di bawah ini.
No
|
Persamaan
|
Perbedaan
|
1
|
Meyakini
Nama Kudus Tuhan 'Yahweh'
|
Ada
yang menolak Sacred Name Movement
(menyebut ‘Adonai/Hashem’),
kebanyakan menyebut ‘Yahweh’
|
2
|
Penganut
Sola Scriptura Martin Luther abad
16, tidak paham Tradisi Nasrani
|
Ada
yang menolak nama 'Yesus' namun ada yang tidak.
|
3
|
Hanya
memakai Kanon kitab 66 Protestan (Alkitab), tidak memahami sejarah penulisan
dan kanonisasi Kitab-kitab
|
Ada
yang memakai nama Mesias ‘Yeshua’, ada yang memakai ‘Yahshua’
|
4
|
Merayakan
7 hari raya Yahudi dengan liturgi modern, Anti Natal, Anti Easter, anti
Hellenisme, dan Anti Teologia Pengganti
|
Ada
yang meyakini tunduk pada HUKUM TAURAT dan ada yang tidak
|
5
|
Tidak
ada yang mengetahui dan memakai Siddur
(Liturgi) Mar Yakub dan Mar Addai-Mar Mari yang dibuat di abad 1
|
Memiliki
liturgi (siddur) peribadatan
masing-masing yang dibuat oleh pemimpin masing-masing
|
6
|
Anti
kata ‘Allah’
|
Ada
yang beribadah dengan nuansa Pentakosta dan sudah ada yang meninggalkannya
|
7
|
Meyakini
menjadi Jemaat Perdana Nasrani
|
Ada
yang melakukan Doa Harian (sholat harian) dan ada yang tidak
|
8
|
Meyakini
Ibrani supremasi (Kitab Suci PB asli berbahasa Ibrani)
|
Ada
yang menolak Tritunggal ada yang meyakininya
|
9
|
Menguduskan
Shabbat dengan beribadah
|
Ada
yang menolak ibadah hari Minggu, tapi banyak yang mempertahankannya
|
10
|
Tidak
ada yang memahami Qadishot Mikveh
(baptis) yang telah diformulasi di abad 1
|
Ada
yang meyakini perlu dibaptis lagi (Baptis Pembaharuan
dengan nama Yahweh) dan ada yang merasa tidak perlu,
cukup diselam saja
|
11
|
Suka
berpakaian ala Yahudi dalam peribadatan
|
Ada
yg mendalami Kabalah, banyak yang
tidak
|
12
|
Sama-sama
tidak tahu ritual Sunat Yahudi
|
Ada
yang meyakini harus disunat, ada yg tidak harus. Sunat dengan mantri/dokter
dianggap sudah melakukan Sunat Perjanjian
|
13
|
Tidak
paham sejarah penginjilan abad 1 Nasrani secara detail
|
Ada
yang masih memakai Bahasa Lidah (Pentakosta) dan ada yang meninggalkannya
|
14
|
Sama-sama
tidak tahu bahwa Martin Luther masih mengajarkan tradisi Tanda Salib
|
Ada
yang menolak Salib, ada yang masih menerimanya
|
Tabel menunjukkan perbandingan ajaran di antara penganut Kristen Mesianik
di Indonesia. Ini belum membandingkan dengan penganut SNM/HRM di seluruh dunia.
Hasilnya kalau dibanding dengan HRM di luar negeri maka akan semakin banyak
perbedaannya, misalnya untuk penyebutan Nama Suci, ada yang melafalkannya ‘Yahuveh’,
lalu nama Mesias menjadi ‘Yahushua’ atau ‘Yehoshua’ dan ‘Yahusha’. Di Indonesia, semua
penganut SNM hanya meyakini kanon
66 kitab Protestan, berbeda dengan penganut di luar negeri yang bisa mengadopsi
lebih banyak kitab sebagai perbedaharaan pengajaran mereka, salah satunya
adalah Worldwide Nazarene Assembly of Elohim yang dikepalai oleh James Scott Trimm. Organisasinya
memakai beberapa kitab yang berasal dari Dead
Sea Scrolls. Pencari kebenaran akan semakin
bingung untuk meneliti mana yang paling mendekati ajaran Nasrani kuno.
Pada poin #4 tabel di atas tercatat persamaan semua gereja
Mesianik yaitu sama-sama merayakan
7 hari raya Yahudi dengan liturgi modern, Anti Natal, Anti Easter, anti
Hellenisme, dan Anti Teologia Pengganti. Mereka meyakini bahwa semua Gereja
Rasuliah sudah melepaskan diri dari akar Ibrani (Hebraik Yudaik) dan mengadopsi
berbagai ibadah pagan yang dikristenkan, antara lain Easter, Epifani, dll.[5] Ini adalah suatu ciri yang
mudah diketahui sebagai pembeda di antara pecahan Protestan lainnya.
[1] Kalaupun Yeshua mengutip Kitab Perjanjian Lama hanya Kitab
Torah dan nabi-nabi (Mattai 7:12).
Kitab Tanakh (Torah, Nabi-nabi, dan Ketuvim/tulisan-tulisan
Suci) baru dikanonkan pada tahun 90 Masehi di Konsili Yavne. Jadi adalah sangat
mustahil Yeshua dan Para Rasul menggunakan Kitab terjemahan Yunani yang disebut
Septuaginta (LXX) pada waktu itu yang
sudah berisi ‘Ketuvim dan
Deuterokanonika’, ini biasanya dihembuskan oleh kalangan Gereja Ortodoks
Rasuliah Helenisme – Yunani yang absurd dan hanya pernyataan fiktif dan tak ada
bukti keotentikan sejarah sama sekali.
[2] Kitab
Injil Thomas 4:14, mencatat: Kemudian Yeshua berkata kepada murid-murid-Nya:
"Jika semua kamu tidak berhenti dari hal-hal perkara dunia ini, maka kamu
tidak akan bisa menemukan Kerajaan Sorga; jika kamu tidak menjalankan Shabbat
sebagai Shabbat, kamu tidak akan melihat sang Bapa.” Injil Thomas sengaja tidak
dikanonkan karena isinya memperlihatkan dukungan kepada Yudaisme Perjanjian
Baru yang mengarah kepada kedudukan Yerusalem, yang bisa berdampak menjatuhkan
supremasi Uskup-uskup Goyim dan juga
Kerajaan Byzantium Romawi Timur. Sehingga Kitab Injil Thomas tidak jadi
dikanonkan pada waktu itu dan dikalsifikasikan sebagai Kitab Apokrifa (yang
disembunyikan), bukan karena isinya tapi ada nuansa politik gerejawi dan Kekiasaran bermain dibelakang layar.
Injil Thomas bukan Injil gnostik seperti banyak difitnahkan secara membabi
buta.
[3] Lihat,
Surat-surat Paulus yang jatuh ke tangan non-jemaat Rasuliah. Shliakh Simon Keipha berkata: “Dalam
surat-suratnya [Surat Kiriman Paulus] ada hal-hal yang sukar dipahami, sehingga
orang-orang yang tidak memahaminya dan yang tidak teguh imannya,
memutarbalikkannya menjadi kebinasaan mereka sendiri, sama seperti yang mereka
juga lakukan dengan tulisan-tulisan lain.” (2 Petrus 3:16). Contoh riilnya,
sudah jelas dalam Kitab Suci ada ayat pentahbisan suksesi rasuliah tetapi
mereka tafsirkan berbeda dengan Jemaat-jemaat Rasuliah, pada hal sudah jelas ada
jabatan Uskup dan Diakon disebutkan Paulus. (1 Timotius 3:1-7; 1 Tim.3:8-13)
dan juga pentahbisan Para Penatua (Kisah 14:23; 13:1-3).
[4] Mattai
7:6 - “Jangan memberikan barang yang
kudus kepada anjing dan jangan kamu melemparkan mutiaramu kepada babi, supaya
jangan diinjak-injak dengan kakinya, lalu berbalik mengoyak kamu.” Itulah
sebabnya dahulu pada Abad Pertengahan umat dilarang membaca Kitab Suci, bukan
bertujuan agar para Imam membodohi umat, tidak, tetapi agar mereka jangan
sembarangan menafsir! Sayangnya, salah satu benda kudus ini adalah Kitab Suci
jatuh ke tangan orang-orang yang tak bertanggungjawab sehingga Gereja terpecah
belah dan membuat ajaran-ajarannya masing-masing lalu melawan Gereja-gereja
Rasuliah itu sendiri. Demikianlah Tradisi Suci lainnya tidak bisa diberikan
sembarangan agar jangan terjadi hal yang sama terhadap Kitab Suci.
[5] Teguh Hindarto,
Rekonstruksi Kekristenan & Kristen Rekonstruksi, Nafiri Yahshua Ministry,
hal 27
ARTIKEL TERKAIT:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar