Dengan otoritas dari Maran Yeshua dan semangat menginjil ke berbagai bangsa, Gereja Nasrani Indonesia sebenarnya meneruskan usaha penginjilan Church of the East (COE) yang sempat masuk Nusantara. COE adalah suatu Gereja Rasuliah yang didirikan oleh Mar Thoma (Rasul Thomas)-Mar Addai (Thadeus), pemilik Peshitta Aramaik. Dari Palestina, mereka memberitakan Injil ke berbagai daerah sampai akhirnya tiba di India. Metropolitan dari Seleusia-Ktesiphon memerintah Gereja Persia ini dari sejak zaman awalnya, dua kota kembar Kerajaan Persia, yang tunduk kepada Patriakh Antiokia dan dari Timur. Karena mengalami hambatan komunikasi, jurisdiksi Kepatriakhan didelegasikan kepada Metropolitan yang ditetapkan menjadi ‘Katolikos dari Timur’ dan Patriakh. Dari sana Gereja Syro-Kaldea (resmi terbentuk Katolikos Timur) pada satu waktu menjadi tubuh terbesar Mshikaye (Kristen) di dunia. Sempat menempatkan wakilnya, Uskup Mar Aprim pada Konsili Nikea 325 Masehi di Kontantinopel, kemudian sejak tahun 431 Masehi terpisah dari gereja lain di daerah Roma (Gereja Roma Katolik) dan Byzantium (Gereja Byzantium Yunani) sampai sekarang.
COE tersebar luas sampai seluruh Persia, Mesopotamia, India dan Cina, Asia Tenggara, Jepang dan pernah ada di Nusantara berkembang di daerah Barus, Sumatera Utara di abad 7 (tahun 645 Masehi) sampai 8 Masehi[1] tapi menjadi semakin berkurang akibat penganiayaan. Cabang India tetap dalam persekutuan hingga tahun 1599, ketika para misionaris Gereja Latin memaksa orang-orang Nasrani India memutus hubungan mereka dengan Keuskupan Seleusia-Ktesifon dan tunduk kepada Gereja Roma. Sejumlah kelompok dari mereka bergabung dengan Kepatriakhan Ortodoks Syria-Antiokia pada tahun 1665 dan melembagakan diri sebagai Gereja Ortodoks Syria Malabar. Selama 250 tahun, terputus dari pusat jurisdiksi bersejarah mereka, sekelompok sisa yang setia terus bertahan, dan bertahan sampai tahun 1862 jurisdiksi Syro-Kaldea di India dipulihkan.
Di dalam kekurangan dan masa penganiayaan dari Gereja Rasuliah lain, para missionaris COE berjalan dengan sandal dan tongkat di tangannya, menggendong keranjang di punggung di mana mereka letakan naskah-naskah kitab dan salib[2]. Menyebar tanpa membonceng armada-armada Kekaisaran untuk menjajah daerah-daerah yang kaya akan rempah-rempah. Murni dalam misi pemuridan. Di era modern ini, Gereja Asyria berkembang di Iraq, Iran, Syria, Lebanon, Kuwait, Yunani, Italy, Swedia, Rusia, USA, Canada, dan Australia.
Dari Benua Australia inilah muncul Uskup-uskup yang berdiri mandiri dari COE dan Gereja rasuliah lain, bersatu membentuk keuskupan mandiri yang kuat dengan ajarna mitikanya. Mandiri artinya tidak putus mata rantai tahbisan, melainkan tidak meminta dukungan dana dan mandiri dalam organisasi. Keuskupan ini bernama Orthodox Catholic Church of the New Age yang sejak tahun 2014 menaungi Gereja Nasrani Indonesia (GNI) dengan mentahbiskan Mar Nicholas Lumbantoruan menjadi Uskup untuk wilayah Indonesia.
GNI juga merupakan cikal-bakal keuskupan mandiri yang hanya berhutang tahbisan karena semua pelayanan dan pengabaran injil sejak awal tidak bergantung dari keuskupan. Keuskupan Catholic Orthodox the New Age adalah keuskupan kecil Mandiri yang dipimpin oleh tujuh orang uskup dan mengangkat satu Uskup Kepala (Uskup Agung). Berbeda dengan kepatriakhan besar yang memiliki banyak Uskup Agung sehingga di antaranya diangkat menjadi seorang Patriakh, keuskupan GNI ini belum memiliki jabatan Patriakh. Kesukupan mandiri artinya tidak mendapatkan dukungan dana dari pusat kepatriakhan besar manapun, mandiri mengurus rumah tangga dan pemuridannya sendiri. Keuskupan kecil hanya berhutang tahbisan kepada kepatriakhan besar sehingga keuskupan ini bisa mewarisi tradisi yang mengalir melalui kepatriakhan tersebut. Dengan memiliki banyak mata rantai tahbisan, itu artinya keuskupan ini memiliki kepustakaan tradisi yang kaya dan beragam. Berbeda dengan kepatriakhan besar, yang hanya mewarisi satu tradisi dari atas. Itu karena memang rantai tahbisannya hanya satu.
Di saat jawatan kenabian sudah banyak ditinggalkan oleh banyak Gereja Rasuliah, peran mistikis yang cukup tinggi ada di dalam keuskupan Catholic Orthodox Australia ini. Tercatat beberapa Mistikis sebagai berikut: St Francis dari Assisi. 1181-1226; St Thomas Aquinas 1225-1274; St Terese of Avila 1515-1582; St Therese of Liseaux. 1873-1897; St Serapha. 1886-1965; dan JSM Ward. Ada sekitar 38 Pakar Mistik yang kesukupan Catholic Orthodox akui sejak abad 1 hingga tahun 1942. Mereka ini disebut juga Para Nabi yang meneruskan jawatan kenabian Nasrani awal.
Jemaat Gereja Nasrani Indonesia ini dipimpin oleh Uskup Mar Nicholas Hotman Lumbantoruan. Mar Nicholas H Lumbantoruan memiliki hubungan sejarah dengan Mar Keipha (Petrus) dan dengan Mar Thoma serta Mar Addai bahkan Mar Yakub yg menjadi Uskup I Yerusalem. Perhatikan Gambar rantai tahbisan di bawah ini. Penerus Uskup Mar Nicholas akan ditahbiskan di pertengahan Tahun 2016 ini oleh Uskup Agung John Cuffe kembali.
Dari
Gambar di bawah, maka
diketahui bahwa para rasul digantikan oleh para Uskup. Lalu para uskup tersebut
digantikan dengan uskup berikutnya. Antara uskup yang satu dan yang lain
terhubung dengan Tahbisan Rasuliah (Semikha
HaSliakhanuth). Untuk melihat detail Tahbisan Rasuliah dari Mar Keipha (Petrus) di Gereja Syria
Ortodoks Antiokia bisa dilihat pada LAMPIRAN I. Dan
untuk mengtahui mata rantai Tahbisan Rasuliah Church of The East (Gereja Timur) bisa dilihat pada LAMPIRAN II. Semua uskup yang hidup sekarang, memiliki hubungan
sejarah dengan para rasul awal.
Selain mendapatkan tahbisan dari Syaria dan Asyria, jemaat Nazarene di Indonesia juga memiliki hubungan tahbisan dari Gereja Uniat Katolik Armenia, Kaldea, Gereja Katolik Roma dari jalur Gereja Katolik Lama (Utrecht), dan Anglikan. Tabel suksesi Kepatriakan Antiokia menunjukkan pengembangan Baratnya. Kepatriakan ini tidak pernah berhenti memilih dan mengkonsekrasi Patriaknya sendiri dan mempertahankan Suksesi Rasuli tak putus. Keuskupan ini adalah Gereja non-Yahudi pertama didirikan oleh Shliakh Mar Shimon Kefa (Petrus) tahun 35 Masehi menurut catatan Sejarah Anglo-Saxon, dan pada keuskupan inilah para pengikut Yeshua Mshikha pertama kali disebut ‘Mshikhaye’ (dalam bahasa Aramaik) atau ‘Kristen’ (dalam bahasa Yunani).
Biasanya kami menerima komentar-komentar negatif yang berasal dari Gereja Rasuliah Besar yang merasa dirinya adalah TUAN dan PEMILIK Tahbisan sah. Mereka berpikir jika keluar dari sistem administrasi dan organisasi mereka, maka otomatis Tahbisan Batal dan Tak Sah. Kita harus waspada agar jangan jatuh dalam dosa PENGHUJATAN ROH KUDUS tanpa disadari, sebab yang melahirkan Suksesi Rasuliah adalah sang Roh Kudus yang adalah Alaha sendiri sebagai Bunda Ilahi, bukan manusia, bukan Patriak, bukan Paus, bukan Uskup. Aliran ‘Lidah-lidah Api’ Roh Kudus dalam prosesi pentahbisan ini tidak pernah diberikan menjadi properti suatu lembaga gerejawi manapun. Dia bebas berdaulat dan tak bisa dihambat oleh usaha manusia. Jika seorang uskup ditahbisan secara sah menurut konsensus Rasuli dalam ritual yang sesuai kaidah awal Rasuliah maka tahbisan itu pastilah SAH di mata Alaha. Ritual pentahbisan tersebut dirangkai dalam bentuk Form, Matter, Inten yang tepat yakni; dihadiri oleh Penahbis dan Tertahbis secara fisik, diselenggarakan dalam ibadah Liturgi Ekaristi, tata cara pentahbisan yang sudah dibakukan, adanya tumpang tangan dan pengurapan, penahbis utama dan asisten pentahbis memiliki tahbisan sah, adanya saksi mata, adanya intensi dari orang yang tertahbis maupun penahbis, dan diselenggarakan sesuai aturan berlaku. Jika semua itu terpenuhi maka itu adalah suatu tahbisan yang sah, tidak bisa diragukan kendati tanpa adanya foto dokumentasi.
Jika ada orang terlalu lancang dan berani berkata bahwa tahbisan salah satu dari mereka tersebut dibawah ini batal dan kosong maka akan membatalkan seluruh mata rantai sampai kepada Rasul sendiri dan bahkan keimamatan Melkisedek Yeshua sendiri. Ini resiko besar bagi siapa saja, entahkah dia Patriak, Uskup, Imam, atau Orang Awam akan menerima kutuk Ilahi karena berani menyatakan tahbisan itu tidak sah. Hujatan terhadap karya Roh Kudus tidak bisa dipermainkan.
Organisasi lembaga Gereja Roma Katolik yang begitu besar saja dengan bijaksana mengeluarkan pernyataan mengakui sahnya tahbisan dan semua sakramen dari Gereja Katolik Lama[3] yang memisahkan diri dari keorganisasian Roma Katolik sejak Konsili I Vatican tahun 1870. Konsili tersebut mengesahkan ajaran Papal infallibility, atau Paus tidak bisa salah saat mengajar.
Kami menyediakan salinan garis silsilah lengkap dari Shliakh Simon Mar Keipha (Petrus) di Antiokia. Kebetulan garis ini bisa juga ditelusuri kembali kepada Alexandria melalui Mar Theodosius, Patriak Alexandria, yang ada di Konstantinople pada tahun 544 M., bertindak sebagai pentahbis bagi Sergius, Patriak baru bagi Antiokhia. Garis silsilah Suksesi ini secara tehnis dikenal sebagai SYRIAN-MALABAR dan juga memiliki hubungan dengan Shliakh Mar Thoma, yang pertama kali menginjili India pada pertengahan abad pertama Masehi. Sebagai kelompok minoritas yang sering teraniaya, ‘orang-orang Nasrani Mar Thoma’ sebagaimana mereka dikenal, berjuang untuk bertahan hingga pada abad ke-17 Masehi banyak dari mereka, menjadi tanpa seorang Uskup yang menempatkan diri mereka sendiri dibawah yurisdiksi dari Kepatriakan Ortodoks Syria dari Antiokhia pada tahun 1665 M. Dari sejak saat itu mereka menerima hierarki Uskup-uskup dan menjadi dikenal sebagai Gereja Ortodoks Syria Malabar.
Garis silsilah Antiokhia ini, melalui Gereja Ortodoks Syria, (Jakobit) adalah garis silsilah mayoritas kami, tapi sebagaimana diketahui kami juga memperoleh sejumlah garis silsilah tambahan melalui berbagai macam Tahbisan-tahbisan kondisional dari Uskup Agung John Sebastian Marlow Ward pada tahun 1945 dan lain waktu. Kebanyakan tahbisan ini akhirnya kembali kepada, Antiokhia, Alexandria atau Roma. Daftar-daftar Para Patriak Awal dari Alexandria dan Roma sudah ada tersedia di internet jika anda membutuhkan hal itu.
[1] Abu Salih The Armenian, The Churches and
Monastries of Egypt and Some Neighbouring Countries. Edited by B.T.E. Evvets
(Oxford:At the Clarendon Press, 196), hal.16. Sejarah ini telah tercatat oleh ulama Syaikh
Abu Salih al-Armini dalam bukunya dengan judul FIBA “Tadhakur Akhbar min
al-Kana’is wa al-Adyar min Nawabin Mishri wa al-Iqta’aih” (Daftar berita pada
gereja-gereja dan monastries di provinsi-provinsi Mesir dan sekitarnya). Daftar
gereja-gereja dan monastries dari naskah asli dalam bahasa Arab dengan 114 halaman
ini berisi berita tentang 707 gereja-gereja dan 181 monastries Kristen yang
tersebar di sekitar Mesir, Nubia, Abysina, Afrika Barat, Spanyol, Arab dan
India . Dalam bukunya (Abu Salih), tanah Indonesia masih dimasukkan dalam
wilayah India (al-Hindah). Tentu saja pada waktu-waktu, negara laut terjauh
juga disebut Hindia dan Samudra dimasukkan ke Selatan India sampai ke Timur
disebut laut India. Setelah itu Abu Shalih menuliskan tentang gereja-gereja di
Kullam (Quilon) dan gereja-gereja di Fansur (Barus). Jika kita membaca
penjelasan Abu Shalih dalam teks bahasa Arab:
“Fansur, fiha ‘iddah Biya’ Jami wa ‘min min Biha sebuah NashaTorah-Nashara, wa Hal fiha kadzalika. Wa Hiya allatiy yasala minha al-Kafur, Hadza wa al-Sinfu yanbuka min al-khasah. Wa hadzihi al-Madinat Biha bi’at wahidat ‘ala Ismi mar’at Sittna al-Saydat al-Adzra’ Maryam. (Di Fansur, ada beberapa gereja dan orang Kristen dan mereka adalah orang kristen dari Nestorian [Suriah Timur] dan jadi ini adalah kondisi gereja-gereja. Di kota itu ada didirikan gereja dengan nama: Sayidatina Siti Maryam al-Adzra [Bunda Maria, Perawan Maria yang Murni])."
Abu Shalih al-Armini yang bekerja pada saat ketiga dari
khulafat terakhir/khalifah dari Fatimiyah di Mesir (115-1171 M) yang menulis
buku berdasarkan sumber Arab di luar waktu, seperti: Abu al-Hussain ‘ Ali bin
Muhammad al-Shabushti, Kitab al-Adyar (990 M) dan Abu Ja’far Ath Thabariy,
Tarikh ar-Rasul wa al-Muluk (923 M). Di kota-kota pusat pengetahuan Kristen di
masa lalu seperti, Nisibis, Harran, Yundi Shapur dan Baghdad, para ulama
Kristen bekerja sama dengan ulama. Pencapaian atas hubungan antara
Kristen-Islam itu dalam perkembangan ilmu di tanah Arab itu terjadi ketika
waktu khalifah al-Ma’mun 833 M telah membuka “Bait al-Hikmah” (Rumah Kebijaksanaan), yang dipimpin oleh dua
pendeta Kristen: Yusuf bin ‘Adi dan Hunain bin Ishaq. Sisi Kristen telah
membuka harta karun budaya/Suriah Aram dan telah menerjemahkan Filsafat dan
Seni Yunani ke dalam bahasa Arab. Ada cerita lain Kristen di Indonesia menurut
sejarah Indonesia sebelum dan setelah 645 Masehi. Seperti sebagai Mar Abdhi’sho
(Arab: ‘Abdi’ Isa) telah ditahbiskan sebagai Metropolitan Gereja Khaldea (Rules
of Ecclesiastical Judments 1318 Masehi sudah menyebutkan bahwa “Metropolitan
Kepulauan Laut … Dabag, Sin dan Masin” diakui tertulis dalam teologi dan dalam
hukum kanonik gereja dalam bahasa Aram/Syriac dan Arab Dabag,. kadang juga
dieja sebagai Dabag dan Jabag itu adalah kata Arab untuk Jawa dan Sumatera pada
satu waktu sejak abad 10 Patriarkh Elias. V di tahun 1503 Masehi telah dikirim
3 Metropolitan di India dan pulau laut antara Dabag, Sin dan Masin. Mereka
adalah Mar Jab ‘Alaha, Mar Ya’qub Denha.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar