Berikut adalah LAMAN tentang TANYA
JAWAB (Frequently Asked Questioned) yang
sering diajukan oleh para pembaca atau rekan-rekan yang belum mengenal umat
Nazarene di Indonesia ini.
Ini adalah tulisan dari Uskup
Agung John Cuffe, Alm Uskup Nicholas Lumbantoruan, dan Shm Sem Aldo yang
diposting di website resmi Nazarene Indonesia, yaitu www.nasraniindonesia.org untuk tujuan
mereka yang sering bertanya kepada pihak GNI. Pertanyaan mereka dibagi menjadi
beberapa kategori pertanyaan, yaitu:
1. Keyakinan, seputar ajaran dasar
dan peristilahan semitik yang dipakai yang sulit dipahami orang awam.
2. Gereja, seputar organisasi
Nazarene di Indonesia dan Kesukupan di Australia.
3. Keimamatan, seputar keimamatan
di dalam GNI, perbedaannya dengan imam di PL dan lan sebagainya.
4. Peribadatan, seputar
peribadatan Sabbath dan Minggu.
5. Spiritual, seputar hal-hal yang
berbau roh, yang sulit dipahami oleh indera manusia.
6. Menjawab Kristen Mesianik,
seputar perbedaan dengan denom Kristen Mesianik yang juga mengaku-ngaku sebagai
kaum Nasrani, pewaris ajaran AKAR.
7. Perayaan, seputar perayaan yang
dilakukan di GNI.
Tulisan ini berguna bagi semua
Shamasha untuk memberikan jawaban singkat bagi si penanya atau juga berguna
bagi jemaat baru yang ingin tahu komunitas Nazarene Indonesia lebih mendalam.
Semua pertanyaan tentu ada jawabannya, namun di sini hanya ditulis jawaban
singkatnya saja. Ulasan lebih jauh dan mendalam bisa berada di dalam Materi
Pengajaran GNI dan tentunya Materi Seminari St Basil.
Penyusun,
Selamat
datang di Laman TANYA JAWAB dengan kategori KEYAKINAN. Semoga dari sini, para
pembaca bisa memahami ajaran GNI itu yang sering dipertanyakan oleh pihak luar.
1. Apa
itu MARYAH?
Jawab:
Itu adalah pelafalan dari Nama Suci YHWH yang menjadi
tradisi dalam Gereja Asyria Timur (Church of the East). Pelafalan ini diucapkan
di dalam peribadatan oleh jemaat untuk menghormati Alaha. Kata ‘MARYAH’ itu
berasal dari 2 kata, yaitu MAR (Tuan/Tuhan/Pemilik) dan YAH (artinya HIDUP).
Nama
YHWH dalam tradisi Yahudi Farisi diucapkan HASHEM atau ADONAI. Ini adalah
tradisi pengucapan yang berbeda dengan umat Nasrani.
2. Apa
itu MAR dan MARAN?
Jawab:
MAR dalam bahasa Aramaik artinya TUAN (Inggris: The Lord), MARAN dalam Aramaik
juga berarti yang sama, hanya saja sering disematkan untuk Yeshua.
3. Apa
itu ALAHA?
Jawab:
Tuhan dalam bahasa Aramaik, God dalam bahasa Inggris.
4. Apa
itu MARYAH ALAHA?
Jawab:
YHWH Tuhan.
5. Apa
itu MESHIKHA?
Jawab:
Mesias dalam bahasa Aramaik.
6. Apa
itu TLITHAYUTHA?
Jawab:
Triune GOD dalam bahasa Inggris. Tiga aspek Tuhan yang SATU.
7. Apa
itu PESHITTA?
Jawab:
Itu adalah kitab suci berbahasa Aramaik, arti kata ‘Peshitta’ adalah Yang
Lurus.
8. Apa
itu ALAHA EKHAD?
Jawab:
Alaha yang SATU.
9. Siapakah
Yeshua itu? Apakah Dia Alaha juga?
Jawab:
Yeshua adalah Anak Alaha (Alaha juga), Anak Manusia, Sang Miltha/Sabda, Rabbi
Besar, Imam Besar Melkisedek, Metatron, Pencipta, Yang Sulung dari semua jiwa,
Sang Pintu, Sang Tunas, Sang Gembala Agung, Nabi Besar, Mesias (Meshikha), dan
lain-lain.
10. Mengapa
YESHUA bukan YESUS?
Jawab: Sama
saja. Kami menyebut nama Ibrani-Nya, dalam bahasa Aramaik ditulis: EASHOA.
11. Jika
Yeshua itu Alaha/Tuhan, mengapa Dia bisa mati di kayu salib?
Jawab:
Yang mati di kayu salib adalah kemanusiaan Yeshua, bukan Keilahian-Nya.
Keilahian-Nya itu tidak akan bisa mati.
12. Apakah
GNI meyakini Alaha TRITUNGGAL juga?
Jawab:
Dalam Pengakuan Iman Rasuli tegas dinyatakan perihal “Aku Percaya…”:
Aku
percaya pada Alaha sang Bapa Mahakuasa, Pencipta Langit dan Bumi, Dan pada
Yeshua Mshikha, Anak Tunggal-Nya, Maran Kita…Aku percaya pada Roh Kudus……
Frasa
kata “Aku Percaya pada Alaha sang Bapa Maha Kuasa, pada Yeshua Mshikha, dan Roh
Kudus” ADALAH Alaha Ehad. Pada Pengakuan Iman Rasuli dijelaskan dalam keyakinan
Gereja Nasrani Katolik Ortodoks bahwa:
Kami
percaya pada Satu Keilahian Tak Berwujud, Tak Terbatas, Kekal dan mencakup
Semua; Dia yang sebelum semua Waktu, Menjelma langsung sebagai sang Tlithayutha
(Tritunggal) dari Hakikat Ehad, agar Alaha bisa berkarya dalam Ciptaan: yang
pada Mulanya sang Ehad menjadi Dua, Bapa dan Bunda, dan dari Mereka
Diperanakkan sang Anak melalui Dia diciptakan Waktu dan Ruang dan
semua Ciptaan, lima belas Alam keberadaan: dan ketika itu Menjelmakan langsung,
Alaha berdiam dalam Alam-alam tertinggi ini.
Kata “Satu” di
sini dimaknai sebagai “Yachid”dalam bahasa Ibrani, yakni Tunggal.
Dalam bahasa Aramaik kata “Satu” ini dimaknai sebagai “Kyana” yaitu
Blue Print (rancang bangun) Keilahian itu tunggal adanya dan kata Ibrani, “Echad” dalam
bahasa Aramaik disebut “Qnume” yaitu “Aspek.” Alaha itu
Tunggal bermanifestasi dalam Tiga Aspek. Satu Alaha Maha Kuasa Tiga Aspek:
Bapa, Bunda, dan Anak. Inilah yang disebut Tlithayutha atau
Tritunggal.Jadi Alaha itu Satu Kyana Tiga Qnumas, itulah Alaha Kudus Pencipta
segala sesuatu baik yang kelihatan dan yang tak kelihatan.
Frasa
kata, “Dia yang sebelum semua Waktu, Menjelma langsung sebagai sang
Tlithayutha (Tritunggal) dari Hakikat Ehad,”…Artinya ketika Alaha sebelum
adanya ruang dan waktu (yakni Kekekalan)
dalam lingkaran kasih pada diri-Nya sendiri meluap kasih itu sehingga
mengalirlah kasih itu “keluar” dari diri-Nya sendiri sehingga Ia mencipta.
Dalam proses ini Alaha yang Tunggal tersebut ‘bermanifestasi menjadi Ehad,
yakni Bapa, Bunda, dan Anak. Karya Penciptaan ini semuanya terjadi dalam diri
sang Anak yang diperanakkan oleh Bapa dan Bunda (Yoh 1:3).
13. Apakah
GNI yakin bahwa Yeshua akan datang kedua kali? Kapan?
Jawab:
Ya, Visi dari keuskupan GNI adalah mempersiapkan jemaat untuk kedatangan Yeshua
kedua kalinya. Kapan tepatnya, tidak ada yang mengetahui dengan pasti.
14. Mengapa
Roh Kudus disebut sebagai BUNDA ROH dalam ajaran Nazarene?
Jawab:
Sebab kata ‘ROH’ dalam Ibrani dan Aramaik bergender FEMINIME, bukan netral,
bukan maskulin. Roh inilah yang menghidupkan manusia dan melahirkan mereka
menjadi jemaat Nasrani pada ritual pengentenan (Baptis Air dan Roh Kudus).
15. Mengapa
GNI mengatakan bahwa Kitab Suci itu BUKAN FIRMAN TUHAN?
Jawab:
Firman Tuhan adalah Yeshua. Yeshua bukan Kitab Suci. Kitab Suci itu adalah
sebagian Ajaran Lisan (tradisi) yang dituliskan. Isi Kitab Suci antara lain, sejarah,
Sabda Tuhan di berbagai zaman melalui para nabi, Kidungan Mazmur, Hikmat atau
petuah kuno, nasehat para rasul, dan pewahyuan.
16. Apa
itu PILAR IMAN?
Jawab:
Pilar kebenaran yang membuat suatu ajaran diyakini adalah benar.
17. Mengapa
Pilar Iman Nasrani ada 3? Apa saja?
Jawab:
Ada 3 Pilar Iman, karena memang semua kebenaran itu berasal dari PEWAHYUAN,
lalu diterima oleh nabi lalu DIAJARKAN SECARA LISAN (TRADISI), kemudian
sebagian tradisi tersebut dituliskan dan menjadi KITAB. Jadi yang menjadi
pegangan sbg kebenaran ada 3: Pewahyuan, Tradisi, dan Kitab.
18. Mengapa
Nazarene Indonesia menolak ajaran SOLA SCRIPTURA?
Jawab:
Sola Scriptura adalah ajaran 1 PILAR IMAN, yaitu HANYA KITAB, membuang tradisi
dan pewahyuan. Sola Scriptura bukanlah ajaran awal Nazarene, itu adalah ajaran
abad 16 yang dicetuskan oleh Martin Luther.
19. Apa
itu NASRANI? NAZARENE?
Jawab:
Nazarene atau Nasrani berasal dari kata Nazareth, kota Yeshua dibesarkan. Dan
berasal dari kata ‘Netzer (Sang Tunas), Yes 11:1 yang mengacu kepada Yeshua.
20. Apa
itu KRISTEN? Mengapa memilih kata NASRANI bukan Kristen?
Jawab:
Kristen (Aram: Mshikaye) artinya pengikut Yg Diurapi. GNI memilih
kata NASRANI karena komunitas Yeshua pertama kali disebut NAZARENE, nama
KRISTEN baru muncul kemudian di Antiokia.
Selamat
datang di Laman TANYA JAWAB dengan kategori GEREJA. Semoga dari sini, para
pembaca bisa memahami siapa GNI itu sebenarnya.
1. Apa
yang disebut sebagai 'Gereja Rasuliah' (GR) itu sebenarnya?
Jawab: Gereja
Rasuliah (GR) adalah jemaat yang dibangun oleh para rasul (uskup). GR bisa
berdiri sejak abad 1 atau setelahnya. Sebagai contoh GR yang berdiri di abad 1
adalah Gereja Antiokia dan Gereja Asyria Timur. Kedua gereja kuno ini adalah
asal mata rantai tahbisan umat Nazarene di Indonesia. Contoh GR yang muncul
setelah abad 1 adalah Gereja Ortodoks Etiopia di abad 4, Gereja Byzantium di
abad 4 juga, lalu ada Gereja Ortodoks Rusia sebagai Putri Byzantium, kemudian
ROCOR sebagai Putri Ortodoks Rusia, dan lain-lain.
Kalau GR itu
dibangun oleh para rasul atau uskup. Jemaat Yerusalem itu adalah Gereja
yang dibangun oleh Maran Yeshua sendiri. Jadi hanya ada satu jemaat yang
dibangun oleh Yeshua, yaitu Gereja Yerusalem. Para rasul adalah jemaatnya.
Jemaat itulah yang menyebar dan kemudian membangun GR-GR ke mana mereka diutus.
Gereja Roma yang berani klaim bahwa mereka adalah gereja yang dibangun oleh
Yeshua itu adalah suatu bentuk kesombongan. Usaha meninggikan diri di antara
semua GR yang ada.
2. Apa
buktinya GNI adalah suatu Gereja Rasuliah?
Jawab: GNI
dipimpin oleh Uskup. Uskup adalah penerus dari tahta para rasul awal di abad 1
Masehi. Para Rasul adalah para Uskup atau Imam-imam yang memiliki hak untuk
mentahbiskan. Lalu para uskup mentahbiskan uskup penerusnya, demikian
seterusnya. Uskup demi uskup mengembalakan jemaat dari abad ke abad sampai
sekarang. Jadi karena GNI dipimpin oleh Uskup maka komunitas ini termasuk ke
dalam GR.
3. Mengapa
Nazarene Indonesia memakai kata 'Gereja' bukan 'Jemaat' saja yang lebih tepat?
Jawab: Sama
saja sebenarnya. Kata ‘Gereja’ sudah melekat di semua komunitas GR di diseluruh
dunia. Umat Nazarene juga menyematkan kata ‘Gereja’ dalam namanya karena semua
komunitas Kristen di Indonesia baik itu GR dan non GR juga memakai kata
‘Gereja’. GNI juga merupakan Jemaat (Aramaik: Idtah). Jemaat itu mengacu kepada
suatu komunitas pemuridan dan pewartaan.
4. Mengapa
GNI yang baru berdiri di tgl 13 Maret 2016 berani klaim sebagai Gereja
Rasuliah?
Jawab: Yak
arena GNI dipimpin oleh Uskup! Tanpa uskup maka tidak ada jemaat, tidak ada Gereja
Rasuliah. GNI adalah GR yang berdiri setelah abad 1. Di mata Alaha, semua Uskup
adalah sama. Jadi semua GR itu pada hakikatnya adalah sama juga. GR adalah
komunitas Perjanjian Baru.
5. Apa
bedanya GNI dengan Kristen Mesianik (KM) karena sama-sama klaim sebagai umat
Nasrani?
Jawab: GNI
bukanlah KM, dan KM bukanlah GNI. Ada jurang perbedaan di antara keduanya. GNI
dipimpin Uskup, KM dipimpin oleh Pendeta. Tidak ada satupun Pendeta yeng pernah
memimpin jemaat Nazarene di abad 1. GNI memakai siddur (liturgy) ibadat
Nazarene abad 1 yang disusun oleh Uskup Mar Yakub, KM tidak. GNI adalah pewaris
Tradisi-tradisi Nazarene awal, KM sama seperti Protestan, tidak mewarisinya
malah membuangnya. Sebagai ganti tradisi tersebut mereka banyak mengadopsi
tradisi Yahudi Farisi seperti melakukan Hukum Taurat.
6. Apa
bedanya GNI dengan Gereja Roma Katolik (GRK)?
Jawab:
Kendati sama-sama merupakan GR yang dipimpin Uskup, di dalam ajaran ada banyak
perbedaan di antaranya. GNI bercorak semitik seperti Nazarene awal, sementara
GRK bernuansa latin. Uskup GNI tidak selibat, GRK selibat. GNI menolak ajaran
Paus tidak pernah salah mengajar, sementara GRK meyakininya. GNI menolak ajaran
Maria (Miriam) sebagai RATU SORGA sperti yang diajarkan GRK. GNI adalah Sabbath
keeper (pemelihara Sabbath), GRK memindahkan Sabbath ke hari Minggu. Dan masih
banyak yang lain.
Perbedaan di
atas tidak membuat GNI memandang rendah GRK. Semua Uskup adalah sama di mata
Alaha, semua adalah Wakil Maran Yeshua di muka bumi ini. Kendati memiliki
banyak perbedaan ajaran, dan keduanya masing-masing meyakini paling benar, GNI
tidak tertarik untuk menyombongkan diri apalagi di Indonesia, GNI baru saja
hadir dibanding mereka sudah beberapa abad.
7. Mengapa
GNI tidak bergabung dengan GOI di Indonesia? Bukankah semua Gereja Rasuliah di
Indonesia harus masuk ke dalam Sinode sesama Ortodoks yaitu GOI?
Jawab:
Bergabung dengan sinode GOI yang didirikan Imam ROCOR? Ini tidak pernah
terbersit di dalam pikiran Uskup GNI. Kami lebih tertarik untuk memiliki sinode
sendiri atau membuat agama tersendiri di Indonesia nantinya yang sejajar dengan
Protestan dan Roma Katolik. Pemikiran yang mengharuskan semua Gereja Rasuliah
(GR) di Indonesia untuk bergabung dengan Sinode GOI pernah dicetuskan oleh
seorang Diakon ROCOR. Ini ditepis dengan bijak oleh rekan-rekan Gereja Coptik
juga.
8. Termasuk
ke dalam SINODE manakah GNI ini?
Jawab: Belum,
kami masih terdata di dalam Pemerintahan Australia sebagai cabang dari Catholic
Orthodox Church of The New Age di Queensland. Di tahun 2016 ini kami sedang
menjajaki untuk bergabung atau mengakuisisi suatu SINODE yang tidak aktif. Dan
jika suatu saat GNI memiliki sinode sendiri, bukan berarti umat Nazarene di
Indonesia ini menjadi pecahan dari Protestan. Kepemilikan sinode hanya dalam
arti bahwa GNI ingin memiliki legalitas yang lebih kuat di Indonesia. Sampai
suatu saat Nazarene atau Nasrani bisa menjadi satu agama sendiri di republik
ini.
9. Adakah
Gereja Semesta di dunia ini seperti yang diklaim oleh seorang Diakon Gereja
Rasuliah yang besar?
Jawab: Tidak
ada! Ini adalah klaim dari suatu GR besar yang menyangka bahwa karena jumlah
mereka banyak lalu mereka meyakini diri mereka adalah Gereja Semesta, GR
lainnya harus masuk ke dalam mereka untuk diselamatkan. Jumlah bukanlah
parameter sesuatu bisa dianggap benar.
10. Mengapa
GNI bisa memiliki Mata Rantai Tahbisan banyak? Mengapa tidak hanya satu saja
seperti Coptik atau Roma Katolik?
Jawab: Karena
ada beberapa Uskup yang bisa mendapatkan beberapa Tahbisan dari beberapa Gereja
Rasuliah, contohnya adalah Alm. Uskup Agung John Ward yang mendapatkan tahbisan
dari Gereja Syria, Anglikan, dan Asyria. Dari beberapa tahbisan ini, GNI bisa
memiliki berbagai tradisi, kaya akan tradisi yang tidak didapatkan oleh GR yang
hanya punya 1 Rantai Tahbisan Rasuliah saja.
11, Kalau
keuskupan GNI di Australia memakai nama ‘ortodoks’, apakah GNI juga berhaluan
HELENISME seperti GOI yang sudah terlebih dahulu ada di Indonesia?
Jawab: Arti
kata ‘Ortodoks’ tidak ada hubungannya dengan ideology HELENISME. Kata
‘Ortodoks’ artinya adalah Ajaran yang Lurus. GNI tidak memiliki rantai TAHBISAN
yang berasal dari Gereja Byzantium, sama sekali tidak mewarisi tradisi dan
budaya HELENIS mereka. GNI bercorak semitik bukan Yunani dalam pengajaran kami.
12. Apakah
GNI adalah bagian dari Gereja Nestorian?
Jawab: GNI
memiliki rantai TAHBISAN dari Gereja Nestorian (Asyria) memang, namun tidak
bisa dibilang bahwa kami adalah bagian dari mereka. Keuskupan GNI di Australia
adalah suatu keuskupan yang MANDIRI. GNI berhutang tahbisan dari mereka. Dari
semua GR yang ada di muka bumi ini, kami paling menghormati Gereja Church of
the East (Nestorian) pemilik Peshitta Aramaik ini.
13. Mengapa
GNI bukan merupakan pecahan Protestan?
Jawab:
Protestan dan pecahannya adalah penganut SOLA SCRIPTURA atau ajaran yang
membuang TRADISI. Sementara GNI dan semua GR lain yang sudah ada sejak abad 1,
semua adalah pelestari TRADISI (Oral Torah). Semua Qadishotim (sakramen) dan
sejarah itu ada di dalam TRADISI bukan di Kitab Suci (written torah).
14. Dimana
saja Kehila atau Paroki GNI sekarang ini?
Jawab: Sampai
tahun 2016 ini, GNI memiliki paroki di Cibubur-Jakarta, Medan, Madiun, dan
Jogyakarta. Paroki lain menyusul.
15. Apa
persyaratan untuk berjemaat di GNI?
Jawab:
Simple, mereka yang menerima Yeshua sebagai Tuhan dan Juruselamat. Lalu mau
menyerahkan diri kepada Uskup sebagai Wakil Maran Yeshua untuk dibaptis.
16. Apa
persyaratan bagi seorang Pendeta untuk mendapatkan TAHBISAN RASULIAH di GNI?
Jawab: Mereka
memiliki peundukan diri terhadap Uskup.
17. Apakah
GNI itu masih menjadi bagian dari Assembly of Jerusalem (AoJ) seperti tahun
2006?
Jawab: Sudah
tidak. GNI sama sekali tidak ada hubungan apa-apa lagi dengan mereka.
18. Apa
yang dimaksud dengan ‘New Age’ dalam nama Gereja Keuskupan Agung di
Australia: Orthodox Catholic Church of the New Age? Apakah ini artinya GNI
memiliki ajaran New Age Movement (NAM)?
Jawab: New
Age artinya adalah Zaman Baru (Ibrani: Olam Haba), tidak ada hubungan sama
sekali dengan New Age Movement (NAM).
Kita
mendapatkan bimbingan dari Uskup Mar Nicholas demikian:
Zaman Baru
yang dimaksud disini adalah ‘Dispensasi Perjanjian Baru’ terhitung sejak
Dispensasi Yudaisme dicabut YHWH dengan Pembuangan Bangsa Israel sejak Kerajaan
Israel Utara (abad ke-7 SM) dan Kerajaan Yehuda (abad ke-6 SM); masa Zaman Para
Rasul sampai Jemaat Perjanjian Baru sekarang ini disebut Era Zaman Baru yang
dipenghujung Zaman Akhir ini Yeshua sang Mshikha segera Datang kedua ke bumi,
Maranatha!
19. Apakah
di dalam GNI terdapat suatu ordo juga seperti halnya di dalam Gereja Roma
Katolik?
Jawab: Ordo
adalah suatu terekat atau kelompok yang memiliki suatu tugas khusus, menghidupi
tuga stersebut sebagai suatu visi atau tujuan hidup bersama. Keuskupan GNI yang
terletak di Australia memiliki satu Ordo bernama Confraternity the
Christ of King (CKC) yang didirikan juga oleh Alm Uskup Agung John
Ward di abad 19. Suatu saat nanti di Indonesia, memungkinkan terbentuknya ordo
baru yang menekuni suatu tugas khusus yang berbeda dengan ordo CKC tersebut.
20. Apakah
Ordo Confraternity the Christ of King (CKC) ada kaitan dengan
kaum Esseni?
Jawab:
Dilihat hubungan sejarah tahbisan tidak ada keterkaitan, namun kedua komunitas
ini memiliki kesamaan visi dan aturan komunitas. Secara Visi yaitu sama-sama
mempersiapkan kedatangan Yeshua. Kaum Esseni sejak abad 2 SM menantikan
kedatangan Yeshua sebagai Imam Besar Melkisedek, sementara CKC berdiri dengan
tujuan mempersiapkan kedatangan Yeshua kedua kali sebagai Raja di Yerusalem.
Sedangkan secara aturan komunitas (Ibr: Yahad), kedua komunitas ini sama-sama
memandang semua jemaat terikat dengan tali persaudaraan yang dipimpin oleh
seorang pemimpin (Uskup) yang independen dengan Uskup lainnya.
21. Bagaimana
sejarah terbentuknya Ordo CKC?
Jawab: Ordo
Persaudaraan Kerajaan Meshikha (CKC) terinspirasi dari visi John dan Jessie
Ward (abad 19) dalam mempromosikan keyakinan kembalinya Meshikha ke bumi . Saat
ini ada tiga 'Tingkatan' dari ordo ini. Tingkat Pertama dan Kedua, tingkat
anggota yang tinggal dalam sebuah lahan membentuk suatu komunitas . Sekelompok kecil
anggota Ordo Ketiga tinggal secara lokal . Para anggota ini membuat komitmen
untuk pengembangan lebih lanjut spiritual mereka sementara juga membantu
pekerjaan ordo ini.
Para anggota
komunitas berusaha untuk menjalani kehidupan yang seimbang yang berkisar
menghadiri palayanan gereja, pengabdian dan doa pribadi dan kegiatan lainnya
dalam kehidupan sehari-hari. Empat bidang utama pekerjaan ordo ini antara lain:
Gereja , lahan perkebunan, Pendidikan Kampus dan Museum. Lainnya adalah
menjalankan pelayanan publik , mengunjungi orang sakit, melakukan aktifitas
karya amal dan memberikan kuliah umum merupakan bagian dari pekerjaan yang
sedang berlangsung dari anggota Persaudaraan ini.
Persaudaraan
ini diatur oleh suatu Pemimpin yang dipilih dari salah satu anggota dari dalam
jajarannya untuk membimbing dan memimpin. Pemimpin (Chaplain) tersebut
ditugaskan sebagai mentor spiritual untuk semua anggota. Komunitas ini
menempati lahan St Michael dengan luas 135,2 hektar termasuk Abbey House atau
tempat tinggal terpisah.
22. Apakah
GNI terbuka untuk jemaat dengan kelainan sexsual seperti kaum LGBT?
Jawab: Ya,
asal mereka mau berubah sesuai gaya hidup Limudah yang menolak LGBT. Semua
berhak dipulihkan, semua akan disempurnakan seperti jemaat yang sudah ada di
dalam umat Nazarene ini.
23. Apakah
GNI termasuk ke dalam bilangan Gereja Ortodoks Oriental?
Jawab: Tidak,
kendati memiliki kesamaan pengajaran namun GNI tidak tercakup ke dalam
Oriental.
24. Bagaimana
jika ada yang tertarik menjadi jemaat GNI namun belum ada paroki di kotanya?
Jawab: Mereka
bisa belajar secara online. Jika mereka masih berkomunitas di jemaat lain itu
adalah hak mereka. Bahkan sampai mereka dibaptis juga mereka diberi kebebasan
untuk mengikuti ibadat di gereja lain. GNI tidak bisa menutup kebebasan mereka
untuk berkomunitas. Jika suatu saat GNI memiliki Paroki terdekat maka mereka
bisa berkumpul bersama di paroki terdekat.
Selamat
datang di Laman TANYA JAWAB dengan kategori KEIMAMATAN. Semua hal tentang
keimamatan di Perjanjian Baru yang sering ditanyakan akan diulas di sini.
Semoga dari sini, para pembaca bisa memahami keimamatan dalam GNI.
1. Mengapa
jemaat tidak secara otomatis adalah seorang Imam seperti tercatat dalam 1 Pet
2:9?
1Ptr 2:9 Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Alaha sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib.
Jawab: Ayat 1
Pet 2:9 tidak menjelaskan bahwa jemaat Nazarene itu secara otomatis adalah
Imam-imam tertahbis juga. Ini adalah kesalahan dalam menafsirkan ayat karena
terpengaruh ajaran Sola Scriptura (Hanya Kitab Suci) yang diajarkan oleh Martin
Luther di abad 16. Ajaran Nazarene abad 1, sama sekali tidak mengenal ajaran
Sola Scriptura ini. Mengapa? Karena Pilar Iman bukan hanya Kitab Suci,
melainkan juga Tradisi Suci. Dan jenjang keimamatan itu ada di dalam Tradisi
Suci, sudah dibentuk oleh Maran Yeshua sejak abad 1 Masehi.
2. Apa
yang dimaksudkan dengan Keimamatan Melkisedek?
Jawab:
Keimamatan Melkisedek adalah Keimamatan Universal yang tidak bersifat Tribal
(kesukuan). Contoh dari mulai zaman Adam sampai Perjanjian Sinai, seluruh dunia
di bawah Torah Nuh dan sistem Keimamatan Melkisedek. Oleh karena terjadinya
distorsi, baik pengajaran Torah dan Keimamatan maka Alaha membuat perencanaan
contoh keimamatan melalui keturunan Yisrael dengan memilih Suku Lewi. Suku
inilah yang mewarisi keimamatan tribal khususnya keturunan Harun.
Sementara Keimamatan
Melkisedek dan Torah Nuh tetap berjalan di luar bangsa Israel, sehingga kita
menemukan artefak keimamatan yang mirip dan moral Torah yang sama di seluruh
dunia. Sedangkan Torah Musa dan Keimamatan Harun bersifat Tribalisme yang
disebut Masa Dispensasi bagi Umat Pilihan Israel. Masa Dispensasi Yisrael
berakhir pada zaman Yokhanan Ha-Mikveh (Lukas 16:16), lalu masuk kedalam
dispensasi Keimamatan Melkisedek dalam Diri Yeshua yang diterus sampaikan
kepada para rasul-Nya dan para uskup hingga masa kini. Keimamatan ini bersifat
universal atau katolik. Sehingga Mar Saul (Paulus) menulis tidak ada lagi
perbedaan Yehudim dan Goyim.
3.
Bagaimanakah jenjang keimamatan di dalam Nazarene?
Jawab:
Jenjang Keimamatan di dalam GNI terbagi 2:
- Tahbisan Minor (dari bawah ke
atas): 1. Kleris, 2. Verger, 3. Khazan, 4. Shaman, 5. Akolid, 6. Sub
Shamahsa.
- Tahbisan Mayor (dari bawah ke
atas): 7. Shamasha (Diakon), 8. Qashisha (Imam/Elder/Kohen/Presbiter), 9.
Uskup (Mebaqqer/Pastor/bishop).
4. Mengapa
Imam dan Uskup GNI tidak selibat?
Jawab: GNI
mengikuti pola keimamatan abad 1 Nazarene bukan pola pengembangan di abad 2 dan
seterusnya. GNI berusaha melestarikan ajaran abad 1 sampai 3 di mana pengajaran
masih bercorak semitik dan tidak terpengaruh ajaran lainnya.
Keimamatan dalam
PB adalah terusan atau kelanjutan dari Keimamatan Lewi-Harus di PL. Kalau di
dalam PL, tidak ada pantagan untuk menikah, maka di dalam PB juga demikian.
Tugas seorang imam adalah untuk menjadi perantara antara jemaat dan Alaha
(Tuhan), jadi tidak ada sangkut-pautnya dengan selibat atau menikah. Para rasul
yang ditahbiskan Maran Yeshua juga banyak yang menikah, salah satu contohnya
adalah Mar Kefa (Petrus), Uskup Antiokia. Nama ‘Petrus’ kemudian dicatut oleh
Gereja Roma Katolik menjadi Uskup pertama mereka untuk menegaskan bahwa mereka
adalah Gereja yang paling Utama atau Bunda Gereja. Kemudian di dalam ajaran
Roma inilah dikembangkan ajaran para Imam dan Uskup itu harus Selibat. GNI
bukanlah Roma Katolik.
Para Uskup
dan Imam adalah para contoh teladan jemaat. Bagaimana mereka bisa menjadi
contoh sosok kepala keluarga yang baik kalau tidak menikah? Bagaimana cara
mereka memberikan konseling jika mereka tidak pernah mengajar anak dan istri?
5. Apa
perbedaan antara Imam dan Uskup?
Jawab: Imam
(Elder) memiliki semua hak dalam keimamatan kecuali MENTAHBISKAN. Hanya Uskup
yang berhak melakukannya. Dari jemaat biasa, seseorang bisa ditahbiskan hanya
oleh Uskup masuk ke dalam jenjang keimamatan dari Minor lalu masuk ke Mayor.
Seorang Imam kemudian bisa ditahbiskan menjadi Uskup oleh beberapa Uskup,
biasanya lebih dari satu Uskup kecuali dalam keadaan genting.
6. Apa
perbedaan antara Uskup dan Uskup Agung? lalu bagaimana dengan Paus dan
Patriakh?
Jawab: Di
manta Alaha (Tuhan), Uskup, Uskup Agung, Paus, dan Patriakh adalah Uskup saja.
Uskup adalah jenjang keimamatan yang paling tinggi. Jika jemaat menjadi sangat
banyak maka dibutuhkan banyak uskup, maka akan dipilih KETUA USKUP, jadilah
USKUP AGUNG. Di antara USKUP AGUNG bias dipilih menjadi PATRIAKH. Perhatikan bahwa
tidak ada TAHBISAN lagi dari jenjang Uskup Agung dan lainnya, semua Tahbisan
hanya berakhir sampai ke Uskup. Proses pemilihan Uskup Agung atau Patriak
adalah seperti proses pemilihan yang dituakan.
7. Apa
perbedaan antara Keimamatan di dalam Gereja Rasuliah dan Keimamatan Lewi-Harun?
Jawab:
Sebenarnya Keimamatan Melkisedek (K PB) yang ada di dalam Gereja Rasualiah
(Perjanjian Baru) adalah KELANJUTAN dari Keimamatan Lewi-Harun di PL (K PL).
Adapun perbedaan di antaranya adalah sbb:
- K PB tidak dialirkan berdasarkan
darah suku (tribalisme), K PL hanya suku Lewi saja yang berhak menjadi
Imam.
- K PB bertugas sejak abad 1, sejak
kedatangan Maran Yeshua untuk menggantikan keimamatan Lewi (K PL).
- K PB bertugas di depan Mezbah
sebagai ganti Bait Suci yang hancur, sementara K PL tidak bisa bertugas
tanpa adanya bangunan Bait Suci Yerusalem.
- K PB terikat pada Perjanjian
Baru, K PL tentunya terikat pada Perjanjian Sinai/Musa/Lama.
- K PB melakukan qadishot
(sacrament) dalam Torah Mshikha (LAI: Hukum Kristus). Sementara K PL
melakukan semua ritual dalam Torah Sinai di dalam Bait Suci.
- Kepala atau Imam Besar K PB
adalah Mesias (Meshika) yang adalah Putra Alaha, sementara K PL dipimpin
oleh Imam Besar manusia.
- K PB mempersembahkan kurban Darah
Yeshua, sementara K PL mempersembahan darah hewan saja.
8. Apakah
seorang Pendeta itu adalah setara dengan seorang Imam?
Jawab: Tentu
tidak. Sejak abad 1 sampai 21, tidak ada jabatan KEPENDETAAN di dalam struktur
keimamatan Perjanjian Baru. Nama PENDETA itu muncul saat Gereja non Rasuliah
masuk ke Nusantara dan terkontaminasi ajaran Hindu. Pendeta adalah guru agama
Hindu bukan pengajar ajaran Nazarene. Pendeta tidak pernah punya hubungan
dengan Jemaat Perdana sekalipun mereka pandai berbahasa Ibrani dan Aramaik,
sekalipun mereka pandai menafsir ayat-ayat Kitab Suci.
9. Apakah
Tahbisan seseorang itu bisa hangus jika seseorang itu berdosa? Mengapa?
Jawab: Tidak
akan hangus. Seorang Uskup sekalipun adalah manusia yang bisa jatuh ke dalam
dosa juga. Yang membuat seseorang menjadi Uskup itu sebenarnya adalah ROH Kudus
bukan Uskup lain. Uskup lain tidak pernah bisa melakukan semua ritual tanpa ada
peran dari Roh Kudus ini. Semua Uskup harus mempertanggungjawabkan
pengajarannya langsung kepada Maran Yeshua di pengadilan saat dia sudah wafat
nanti.
Sebagai
jemaat GNI, kami semua terus menghormati semua Uskup sekalipun mereka jatuh ke
dalam dosa. Siapa yang berhak menghakimi kecuali Alaha? Semoga mereka bertobat.
Maran kasihanilah kami semua..
10. Apakah
Tahbisan seseorang itu bisa hangus jika seseorang itu mengajarkan hal yang
salah? Mengapa?
Jawab: Tidak
juga hangus. Seorang Uskup juga adalah manusia. Dia mendapatkan atau mewariskan
ajran dari para Uskup terdahulu yang juga adalah manusia yang bisa salah. Semua
manusia, semua Uskup bisa salah, bahkan konsili bisa salah dan ada contohnya
dalam sejarah (selidikilah Konsili Florence Italia, Juni 1493).
Sebagai
jemaat GNI, kami semua terus menghormati semua Uskup sekalipun mereka memiliki
pengajaran yang berbeda dengan kami. Kami menghormati setiap perbedaan yang
ada. Maran kasihanilah kami semua..
11. Apa
pandangan GNI terhadap para imam dan uskup di Gereja Rasuliah lain yang berbeda
pengajaran?
Jawab: Kami
menghormati mereka sesame pewaris tradisi suci dan kitab suci Jemaat Awal. Kita
harus mengucap syukur bahwa ajaran Nazarene yang berusia 21 abad ini masih
terus ada, tidak punah di makan waktu atau kalah ‘bersaing’ dengan agama modern
lainnya.
12. Apa
pandangan GNI terhadap keimamatan di dalam gereja protestan dan pecahannya?
Jawab: Pada
dasarnya kami menghormati semua rohaniawan termasuk yang ada di dalam Gereja
Non Rasuliah seperti Protestan dan pecahannya. Kendati kami meyakini bahwa
otoritas ilahi itu tidak ada pada mereka sejak era Martin Luther yang membuang
Tradisi termasuk Tradisi Keimamatan, kami juga meyakini bahwa banyak di antara
mereka yang berhati tulus melayani, berkorban banyak hal dalam mengajar apa
yang mereka yakini sbg suatu kebenaran. Semua itu bernilai dalam kekekalan.
Keberadaan
GNI di Indonesia adalah untuk mendorong mereka terus melayani Tuhan, tidak
stop. Keberadaan GNI adalah untuk memperlengkapi mereka sehingga mereka bisa
benar-benar menjadi para Imam atau bahkan Uskup yang ditahbiskan. Sehingga juga
kita bisa sama-sama mewariskan ajaran kuno Nazarene dan bersama melestarikannya
di Nusantara ini.
Keberadaan
GNI bukan untuk menghakimi mereka, kendati banyak yang salah artikan kehadiran
kami di Indonesia. Kami tidak berniat untuk berdebat, kami berniat untuk
berdiskusi. Jika ada yang menolak, itu kami hormati, jika ada yang tertarik
maka kami terbuka.
13. Apakah
GNI juga memperbolehkan Imam dan Uskup wanita?
Jawab: Tidak.
Tidak pernah ada Imam wanita di PL, demikian juga di dalam PB. Sekali lagi
keimamatan PB adalah kelanjutan Keimamatan di PL. Peran wanita hanya bisa
sampai jenjang Diakonisa.
14. Apakah
GNI mentahbiskan Imam gay dan lesbi juga?
Jawab: Tidak,
semua LGBT hendaknya bertobat, mengakui kesalahan dan sungguh-sungguh berniat
untuk hidup normal. Tidak pernah ada imam gay dan lesbi dalam jenjang
keimamatan keuskupan kami, dan tidak akan pernah ada.
15. Mengapa
topi imam dan uskup GNI mirip dengan Roma Katolik?
Jawab: Itu
hanya topi saja. Topi Uskup atau para Imam GNI bisa berganti-ganti sesuai
budaya local yang ada, bisa pakai peci, bisa blangkon, atau topi sesuai tradisi
local lainnya. Itu tidak masalah. Kalau Uskup GNI ditahbiskan dengan
menggunakan topi keimamatan Roma Katolik itu karena di keuskupan Australia
memakai tradisi Roma Katolik. Perhantikan bahwa kami memiliki berbagai rantai
tahbisan, dari Roma Katolik juga ada. Selain itu dari Syria dan Asyria. Kami
kaya akan tradisi. Mengikuti pakaian keimamatan Roma Katolik dalam satu atau
dua kegiatan bukan berarti kami mewarisi ajaran mereka.
16. Mengapa
GNI bisa memiliki Uskup berdarah Indonesia padahal di Gereja Rasuliah lain
sulit seorang Imam Indonesia naik ditahbiskan menjadi seorang Uskup?
Jawab: Imam
dan Uskup di dalam PB memang terbuka untuk semua ras manusia. Jika ada Gereja
Rasuliah yang masih mempertahankan Uskup harus dari negara tertentu, itu hak
mereka. Itu bukan ajaran awal Nazarene. Orang Jawa, Ambon Batak, Manado, Nias,
Aceh, Padang, Bali, Kupang, manapun berhak untuk masuk ke dalam keimamatan PB
termasuk untuk menjadi Uskup jika memang dipilih.
17. Mengapa
GNI tidak punya seorang Patriakh?
Jawab: Ini
hanya masalah kuantitas. Komunitas GNI masih terbilang kecil, jika 10 tahun
lagi di setiap propinsi di Indonesia ada paroki, bukan tidak mungkin kami
memiliki banyak Uskup dan beberapa Uskup Agung kemudian memiliki 1 Patriakh.
18. Apakah
para Imam Nazarene Indonesia juga menerima persepuluhan seperti halnya para
Imam Lewi di PL?
Jawab: Bisa.
Yang berhak untuk menerima persepuluhan atau Buah Sulung adlaah para imam, baik
itu di PL dan di PB. Di dalam Sefer Limudah, jemaat dianjurkan untuk memberikan
Buah Sulung kepada para imam atau uskup atau para nabi. Jika tidak ada maka
bisa diberikan kepada jemaat yang hidupnya kurang mampu, atau sedang ditimpa
musibah.
Untuk
persepuluhan, tidak ada ayat Kitab Suci yang mengharuskannya. Namun sempat
tercatat di dalam kitab Kejadian bahwa Abraham menyerahkan persepuluhan kepada
Imam Melkisdek. Ayat tersebut dijadikan dasar oleh Uskup Agung John Cuffe sebagai
landasan diperbolehkannya jemaat untuk memberikan persepuluhan mereka kepada
para imam atau Uskup GNI dengan sukarela, tanpa ada pemaksaan dan tidak
diharuskan.
Dalam tradisi
GNI yang diajarkan oleh Alm Uskup Mar Nicholas, jemaat hendaknya memenuhi
kebutuhannya masing-masing terlebih dahulu baru kemudian bisa memberikan
persepuluhan kepada Uskup melalui bendahara paroki yang ditunjuk.
19. Apakah
para Imam Nazarene menyunatkan jemaat?
Jawab:
Sunat-menyunat jasmani tidak lagi ada di dalam PB. Dalam konsili I Yerusalem th
50 Masehi, di mana semua rasul masih hidup, mereka sempat membicarakan hal ini.
Keputusannya adalah sunat jasmani bukanlah bagian dari tradisi suci Nazarene.
Jika ada orang yang menyunatkan anaknya hendaknya mereka sadar bahwa itu
diperbolehkan untuk hal kesehatan bukan dengan alasan teologia seperti di PL.
Jemaat Nazarene adalah jemaat BP bukan PL.
Jika ada
komunitas yang mewajibkan sunat dan mengaku-ngaku Nasrani itu bukanlah kami.
Itu pasti hanya komunitas Yg Mirip Nasrani saja. Kalau ada Imam Nazarene yang
mengajarkan hal sunat jasmani itu merupakan ajaran wajib maka dia pasti akan
ditegur.
20. Mengapa
para Imam atau Uskup GNI itu bekerja sekuler juga?
Jawab:
Bekerja sekuler atau tidak itu sama sekali tidak melanggar aturan kejemaat
Nazarene. Mar Shaul (Paulus) juga berkerja sembari mengajar padahal dia adalah
Uskup Vagante (Uskup yang berkelana, tidak menetap). GNI adalah Gereja Rasuliah
(GR) yang tidak mengedarkan proposal keliling untuk menjalankan pemuridannya,
GNI juga tidak ditopang dana oleh pihak keuskupan Australia dan pihak Luar
Negeri manapun. Jadi, demi berlangsungnya semua rangkaian pewartaan injil di
Nusantara ini, kami bekerja. Keberadaan Full Timer bisa saja ad ajika suatu
saat divisi atau unit usaha kami sudah maju. Maran Kasihanilah kami.
21. Apa
saja bentuk pelayanan para Imam dan Uskup GNI?
Jawab:
Seperti layaknya para Imam dan Uskup lainnya, memuridkan, meminpin peribadatan,
sakramen, menikahkan, dan lain-lain. Bisa dilihat lebih detailnya di sini.
22. Apakah
para Imam dan Uskup GNI mau melayani non Jemaat?
Jawab: Tentu
saja, kami ada untuk semua yang terbuka untuk berdiskusi yang ingin ikut serta
mewariskan ajaran kuno Nazarene atau kepada mereka yang masih dalam tahap
menjajaki.
23. Berapakah
batasan usia seseorang untuk bisa menjadi Imam dan Uskup di GNI?
Jawab: Untuk
Tahbisan Minor, bisa ditahbiskan jika mereka sudah akil balik. Untuk Tahbisan
Mayor Shamasha di atas 20. Untuk Tahbisan Imam saat berusia 26 tahun sudah
bisa, dan untuk Tahbisan Uskup bisa saat usia 30 tahun. Yeshua ditahbiskan
menjadi pengajar atau gembala saat Dia dibaptis oleh Mar Yuchanan (Yohanes) di
usia sekitar 30 tahun.
Selamat
datang di Laman TANYA JAWAB dengan kategori PERIBADATAN. Semoga dari sini, para
pembaca bisa memahami siapa GNI itu sebenarnya.
1. Apakah
GNI juga doa menghadap ke Yerusalem seperti Yahudi? Mengapa?
Jawab: Tidak,
GNI bukanlah kaum Yahudi yang terus berdoa menghadap reruntuhan Bait Suci
Yerusalem. GNI adalah pewaris ajaran Nazarene awal. Bait Suci Rohaniah kami
adalah Maran Yeshua sendiri. Dia akan datang dari arah TIMUR sehingga kami
beribadat baik itu Doa Harian dan Ibadat Sabbath serta Hari Maran itu menghadap
TIMUR, itulah kiblat kami.
Mat 24:27 (LAI) Sebab sama seperti kilat memancar dari sebelah timur dan melontarkan cahayanya sampai ke barat, demikian pulalah kelak kedatangan Anak Manusia.
2. Apakah
benar bahwa siddur (Liturgi) Ibadah Nazarene Indonesia itu memakai siddur Nasrani
Kuno abad 1? Seperti apakah siddur tersebut?
Jawab: Ya,
dalam peribadatan Doa Harian 7x Nazarene Indonesia memakai siddur (liturgy)
Gereya Syria Antiokia yang kami warsikan dari jalur Jakobit. Untuk peribadatan
Sabbath dan Hari Minggu (merayakan kebangkitan Maran Yeshua), kami memakai
siddur Mar Yakub yang dibuat pada tahun 50 Masehi. Siddur Mar Yakub adalah
siddur Nasrani paling kuno. Mar Yakub sendiri adalah Uskup I Yerusalem berdarah
Yehuda yang ditahbisan langsung oleh Yeshua.
Nazarene
Indonesia tidak memakai siddur yang dibuat para rabbi Messianic Judaism, atau
pengajar modern lainnya yang awam dalam tradisi suci Nasrani. Siddur ini tidak
pernah dicatat di dalam suatu Kitab Suci khusus, hanya ada di dalam Tradisi.
Jadi banyak umat Kristen yang tidak mewarisinya karena memang menolak adanya
Tradisi sejak menganut ajaran Sola Scriptura. Banyak yang tidak sadar bahwa
Tradisi adalah SUMBER DARI KITAB SUCI. Tidak ada kitab yang turun dari langit,
semua berasal dari Tradisi Lisan (Oral Torah).
3. Mengapa
siddur peribadatan Nazarene banyak mengandung doa-doa yang sudah dibakukan?
Bukankah itu seperti MANTRA yang diucapkan berulang-ulang?
Jawab: Umat
Yahudi paska pembuangan juga membakukan Doa Harian yang dikenal dengan Semoneh
Esrei (Doa Berkat 18). Ini adalah doa yang diulang-ulang seperti MANTRA dengan
maksud menyelipkan ajaran di dalamnya sehingga para pewaris ajaran ini memahami
ajaran ini dengan baik.
Saat masuk ke
dalam masa Perjanjian Baru, Doa Harian Semoneh Esrei tersebut diganti dengan
Doa Bapa Kami (Tefila dMaran) oleh Maran Yeshua. Lalu doa ini dimasukkan ke
dalam siddur peribadatan baik itu Doa Harian dan juga siddur peribadatan untuk
Perjamuan Suci. Jadi doa-doa yang dibakukan bukan bermasuk negative seperti doa
dukun-dukun, ini adalah cara bagaimana ajaran Yeshua terus bisa dilestarikan
dan diajarkan secara tidak sadar diucapkan terus oleh para pewarisnya.
4. Apakah
diperbolehkan musik di dalam peribadatan Nazarene? Apakah alat musid trasional
diperkenankan?
Jawab: Tentu
tidak masalah asalkan suasana teduh dan himat bisa dipelihara. Peribadatan
Nazarene adalah peribadatan Timur yang tenang bukan peribadatan Barat yang
hingar bingar. Musik bukanlah inti dari peribadatan. Penyembahan bukanlah inti
peribadatan. Inti peribadatan umat Nazarene sejak abad 1 sampai 21 ini
adalah QURBANA QADISHA (Perjamuan Suci).
Adanya
pergeseran dari inti ibadat itu dikarenakan dibuangnya ajaran tradisi dari
dalam gereja. Sejak abda 16, banyak gereja hanya memegang Kitab Suci sebagai
satu-satunya pilar iman. Jadi, gereja-gereja tersebut membuat tradisi
peribadatan masing-masing, sebagian dengan menitikberatkan pada music. Inilah
yang menjadi biang masalah, tidak adanya tradisi lagi.
Alat music
tradisional tentu diperboleh juga, tidak ada masalah. Alat music itu bersifat
netral, tidak ada yang salah.
5. Apakah
kaum wanitanya harus berkerudung dalam peribadatan? Di luar ibadat bagaimana?
Jawab: Ya.
Dalam ibadat, kaum wanita Nazarene berkerudung. Dari yang kecil hingga yang
dewasa, namun di luar peribadatan itu bisa dilepas. Ini adalah tradisi kuno
yang terus dilestarikan sampai ke Indonesia saat ini. Kerudung adalah tanda
penghormatan wanita kepada suami atau kaum Adam di kehila (1 Kor 11:5-6).
1 Kor 11: 5 (LAI) Tetapi tiap-tiap perempuan yang berdoa atau bernubuat dengan kepala yang tidak bertudung, menghina kepalanya, sebab ia sama dengan perempuan yang dicukur rambutnya. 6 Sebab jika perempuan tidak mau menudungi kepalanya, maka haruslah ia juga menggunting rambutnya. Tetapi jika bagi perempuan adalah penghinaan, bahwa rambutnya digunting atau dicukur, maka haruslah ia menudungi kepalanya.
6. Apakah ada
banyak patung dan lukisan ikon dalam ruang ibadat Nazarene?
Jawab: Tidak.
GNI bercorak semitik bukan Helenis yang memiliki budaya patung dan banyak
lukisan/ikon. Sebelum masuknya ajaran para rasul ke Roma dan kata
Konstantinopel, mereka adalah penyembah pagan. Ada banyak kuil berhala dengan
banyak patung dan ikonisasi di dinding kuil. Jadi saat mereka menerima Kristen
menjadi agama negara, ajaran pagan itu dibuang, namun budayanya tetap.
Kuil-kuil megah pagan hanya diganti saja patung dan dekorasinya. Tempat ibadah
dibuat megah bak istana, ini bukan tradisi awal semitik Nazarene. Kaum Nazarene
bisa beribadah di manapun dengan hanya membangun mezbah. GNI mewaris ajaran semitik
bukan lainnya. Kami tidak membangun istana untuk beribadat. Ruang ibadat
paroki-paroki kami pun minim lukisan dan patung.
7. Apakah GNI
juga menyembah patung?
Jawab: Tidak.
Sebenarnya tudingan ini banyak diarahkan kepada penganut Roma Katolik yang menurut
kamipun itu tidak tepat. Mereka memang membuat patung, namun tidak
menyembahnya.
8. Apakah GNI
juga akan membangun gedung peribadatan seperti istana raja yang megah?
Jawab: Tidak.
Jemaat Perdana hanya berupa rumah-rumah biasa. Yang terpenting adalah ada
MEZBAH dengan segi empat (mewakili YOH HE WAW HE) yang bermakna semua
pengajaran bermula dari Dia. Para Imam Tertahbis hanya menyampaikan ajaran
turun-temurun saja yang berasal dari Yeshua Sang YHWH.
9. Apakah
Roti Qurbana di GNI itu memakai ragi? Mengapa?
Jawab: Roti
Perjamuan Nazarene Indonesia TIDAK MEMAKAI RAGI tepat seperti Perjamuan Pesakh
terakhir yang dilakukan oleh Yeshua dan para rasul (Mat 26:17-29). Ajaran GNI
mengacu kepada ajaran paling awal.
10. Mengapa
Perjamuan Suci lebih penting daripada Kotbah?
Jawab:
Perjamuan Suci-lah yang membuat seseorang itu mendapat kehidupan KEKAL, bukan
kotbah.
Yoh 6:54 (LAI) Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman.
Semua gereja
yang dibangun di abad 1 pasti mengetahui hal ini. Adanya bias ajaran sampai
pada Kotbah merupakan inti ibadat itu baru dimulai di abad 16, sejak adanya
ajaran berbahaya Sola Scirptura. Ini adalah ajaran yang menitikberatkan HANYA
pada Kitab Suci, buang jauh-jauh Tradisi. Padahal Qurbana atau Perjamuan Suci
itu adalah bagian dari tradisi. Jadi bagi penganut Sola Scriptura, yg
terpenting adalah Kotbah, karena dalam kotbah ada uraian ayat-ayat kitab suci.
Semua pengajarnya merasa berhak untuk mengajar padahal bukan mereka yang
menulis, bukan mereka yang memelihara naskah-naskah kuno, bukan mereka yang
menerjemahkannya di awal, dan bukan mereka yang mengkanon sejak awal.
11. Adakah
kolekte uang dalam peribadatan Nazarene? Mengapa?
Jawab:
Peribadatan Nazarene sama sekali tidak ada pengumpulan dana/uang. Kotak uang
(peti persembahan) diletakkan di luar ruang ibadat (Mrk 12:43). Yang disebut
sebagai ‘KOLEKTA’ dalam peribadatan Nazarene itu adalah doa-doa bukan kumpul
uang. Lagi-lagi, penganut Sola Scriptura membuat tradisi ibadatnya sendiri
sehingga berbeda dengan ajaran awal.
12. Apa
perbedaan Perjamuan Suci dalam Gereja Rasuliah/GR dengan di luar Gereja
Rasuliah?
Jawab:
Tradisi Perjamuan Suci di dalam GR itu sudah dibakukan seka abad 1, ada ritual
khusus dalam siddur khusus, dan dilayangka hanya oleh Imam Tertahbis. Sementara
di luar GR, semua merasa berhak untuk melayangkannya tanpa perlu paham siddur
kuno, ritual kuno, dan tradisi kuno.
13. Mengapa
Perjamuan Suci di Luar Gereja Rasuliah ada juga MUJIZAD-nya?
Jawab:
MUJIZAD bisa dilakukan oleh NABI PALSU. Perhatikan NABI PALSU melakukan mujizad
tercatat di PL.
Ulangan 13: 1 Apabila di tengah-tengahmu muncul seorang nabi atau seorang pemimpi, dan ia memberitahukan kepadamu suatu tanda atau mujizat, 2 dan apabila tanda atau mujizat yang dikatakannya kepadamu itu terjadi, dan ia membujuk: Mari kita mengikuti allah lain, yang tidak kaukenal, dan mari kita berbakti kepadanya, 3 maka janganlah engkau mendengarkan perkataan nabi atau pemimpi itu; sebab YHWH, Alahamu, mencoba kamu untuk mengetahui, apakah kamu sungguh-sungguh mengasihi YHWH, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu.
Perhantikan
NABI PALSU melakukan mujizad tercatat di PB.
Wahyu 13: 13 Dan ia mengadakan tanda-tanda yang dahsyat, bahkan ia menurunkan api dari langit ke bumi di depan mata semua orang.
Mujizad tidak
pernah menjadi pedoman pengajaran itu benar atau salah. Umat Nazarene hanya
berusaha melestariakn ajaran turun-temurun saja, melestarikan ritual Perjamuan
Suci Kuno seperti yang diajarkan Yeshua kepada para murid-Nya saja. Jika memang
ada yang tersu sakit, maka kami mengucap syukur. Toh semua akan mati pada
akhirnya. Jika ada yang sembuh, maka kami mengucap syukur karena memang Maran
Yeshua masih terus bisa berkarya. Kami tidak memaksakan kehendak supaya mujizad
it uterus terjadi di dalam setiap perjamuan. Tuhan bukanlah pembantu yang
menuruti perkataan kita bukan?
14. Apa arti
MEZBAH dalam peribadatan Nazarene?
Jawab: Mezbah
adalah bagian yang sangat penting dalam peribadatan Nazarene. Tanpa Mezbah maka
tidak akan bisa dilayangkan ritual paling penting yaitu Perjamuan Suci. Mezbah
ini adalah replica dari Bait Suci Yerusalem di mana para imam memotong kurban.
Para Imam di PB juga melaksanakan Kurban Darah dan Tubuh Yeshua di atas Mezbah
ini.
Adanya Mezbah
ini adalah sebagai penggenapan nubuatan yang keluar dari mulut Yeshua sendiri
bahwa ada saatnya di mana manusia tidak perlu ke Yerusalem (ke Bait Suci) untuk
beribadat. Perhatikan ucapan Yeshua di sini:
Yoh 4: 21 Kata Yeshua kepadanya: "Percayalah kepada-Ku, hai perempuan, saatnya akan tiba, bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem. 22 Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah apa yang kami kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi. 23 Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian. 24 Alaha itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran."
15. Bagaimana
cara jemaat atau ketekumen membuat MEZBAH di rumah masing-masing atau di
paroki?
Jawab:
Sediakan saja MEJA SEGI EMPAT YANG KHUSUS, jangan dipakai untuk keperluan lain.
Usahakan kita menghadap ke MEJA tersebut sekalian kita menghadap TIMUR. Jadi
saat kita hadap Timur, kita juga menghadap ke Mezbah tersebut. Persiapkan di
atas Meja, 2 lilin, 2 fas bunga dan bunganya, Salib, Menorah, dan Kitab Suci
Peshitta. Jika tidak ada, letakkanlah yang ada dahulu. Semua bisa bertahap.
Mezbah yang sudah permanen biasanya dari bahan batu juga dan harus dikonsekrasi
oleh Uskup atau Imam. Buatlah dahulu dari apa yang ada, selebihnya akan
menyusul.
16. Siapakah
yang memimpin peribadatan Sabbath dan Minggu jika belum ada Shamasha di suatu
komunitas calon Paroki?
Jawab: Yang
dituakan, biasanya adalah seorang pria. Jika di rumah, saat suami belum pulang
kerja (ibadat buka Sabbath/erev) bisa dilakukan oleh ibu.
17. Apakah
Doa Harian 7x sehari itu diwajibkan di dalam Nazarene?
Jawab: Tidak
ada. Yang diwajibkan di dalam ajaran Nazarene adalah penundukan diri pada Uskup
saja karena Uskup adalah wakil Alaha (Tuhan). Lainnya bisa dilakukan secara
bertahap. Doa harian 7x dibuat untuk para imam yang hidup dibiara. Bagi kita
yang bekerja bisa melakukan 3x sehari.
18. Mengapa
ada Doa Harian seperti umat Islam? Apakah GNI mencontoh mereka?
Jawab: Islam
baru ada di abad 7, Nazarene ada di abad 1. Jadi peribadatan kami tidak pernah
mencontoh Islam karena kami lebih dahulu ada.
19. Jika ada
gerakan dalam Doa Harian yang salah, apakah itu artinya Doa tersebut BATAL
seperti dalam ajaran Islam?
Jawab: Tidak.
20. Mengapa
Doa Harian 7x sehari? Mengapa bukan 3x saja seperti yang tercatat di dalam
Sefer Limudah?
Jawab: Doa
Harian 7x dikembangkan oleh Gereja Syria Anitokia. Ini ditujukan bagi kaum
biarawan yang hidupnya focus untuk doa. Kita bisa memilihnya untuk 3x atau 7x
sebisa kita, tidak ada pemaksaan atau keharusan.
21. Bagaimana
bisa melakukan Doa Harian jika kita bekerja sekuler?
Jawab: Tidak
perlu kita pergi ke suatu tempat untuk berdoa khusus. Kita juga tidak berdoa di
hadapan orang sperti rekan-rekan Muslim. Itu bukan tradisi Nazarene.
Usahakankah Doa membaca siddur atau jika tidak cukup waktu, naikkanlah Doa Bapa
Kami 3x sehari, Pagi, Siang, Sore.
22. Dalam
peribadatan, mengapa Imam GNI memakai pakaian tradisional? Mengapa tidak
menyamakan dengan pakaian keimamatan Keuskupan Agung di Australia?
Jawab: Tidak
ada ketentuan pakaian peribadatan keimamatan dan jemaat harus mencontoh
keuskupan atau budaya lain. Peribadatan Nazarene disusun dengan tujuan bisa
diadopsi di dalam banyak budaya bangsa-bangsa. Jadilah diri kita sendiri,
banggalah degan budaya warisan nenek moyang kita sendiri. Jangan sok
kebarat-baratan atau sok keyahudi-yahudian.
23. Apakah
pembukaan ibadat bisa menggunakan GONG Jawa sebagai ganti Sofar (Nafiri)?
Jawab: Bisa.
Di barat, bisa dipakai lonceng, di Indonesia khususnya Jawa bisa dipakai GONG.
Di daerah lain bisa digubakan alat tiup tradisional lainnya.
24. Mengapa
ruang ibadah Nazarene itu ada TANDA SALIB-nya? Bukankah itu adalah lambang
kutuk?
Jawab: Tanda
salib sudah ada di dalam Kitab Suci PL Paleo Hebrew (bahasa Ibrani kuno). Huruf
TAW itu berbentuk salib. Tanda salib itu ada di dalam Siddur Kuno Nazarene
yaitu di dalam Siddur Mar Yakub. Tanda Salib juga merupakan Shahadat (pengakuan
Iman) paling sederhana. Barang siapa menolak Tanda Salib, maka mereka
benar-benar tidak paham ajaran awal Nazarene.
25. Apakah
peribadatan Nazarene itu harus duduk melantai? Bagaimana kalau ada jemaat yang
tidak terbiasa?
Jawab: Duduk
di lantai atau di kursi tidak penting. Yang penting semua jemaat bisa dengan
NYAMAN ada di dalam ruang ibadat dari awal sampai akhir.
26. Apakah
boleh seorang Pendeta dari gereja lain berkotbah dalam peribadatan Nazarene?
Jawab:
Silahkan datang dan bertanya-jawab. Pendeta atau pengkotbah manapun tidak bisa
mengajar di jemaat Nazarene. Mengikuti Perjamuan Suci juga tidak diperkenankan.
Selamat
datang di Laman TANYA JAWAB dengan kategori SPIRITUALITAS. Semoga dari sini,
para pembaca bisa memahami siapa GNI itu sebenarnya. Ini adalah tanya jawab
seputar hal-hal yang sulit dipahami oleh indera jasmani.
1. Apa
tujuan kehidupan manusia dalam ajaran GNI?
Jawab: Tujuan
hidup manusia yaitu kembali kepada Fitrah Ilahiahnya atau manunggal
dengan Sang Mshikha (Yoh 17:21-26). Tujuan hidup kami bukanlah untuk
masuk ke dalam Firdaus (Sorga). Hal ini dijelaskan oleh Maran Yeshua sendiri
dalam Yoh 6:48-56 dimana kita sejak di bumi sudah melakukan pemanunggalan
secara bertahap (Qurbana Qadisha/Perjamuan Suci) yang
disempurnakan pada Zaman Baru nanti. Qurbana kadisha hanya dilayangkan oleh
imam tertahbis saja.
Semua jiwa
saat ini sedang mengalami penyempurnaan, sedang menaiki tangga kesempurnaan.
Pada akhirnya akan kembali kepada Sang Pencipta.
2. Mengapa
GNI tidak meyakini adanya API KEKAL DI NERAKA?
Jawab: Api
kekal dalam ayat Injil (Mat 18:8 dan Yud 1:7) bukanlah seperti api di dapur
untuk memasak. Di dalam Alam Roh tidak ada api seperti di dunia fana. Tidak ada
penyiksaan jiwa-jiwa manusia digoreng atau direbus di dalam air mendidih, itu
tidak ada. Itu semua adalah gambaran kiasan bahwa Neraka adalah tempat di mana
jiwa-jiwa tidak mendapatkan apa yang mereka inginkan dan tersiksa oleh
keinginan mereka sendiri.
3. Apa
itu makna LAHIR BARU dalam GNI?
Jawab:
Ini adalah proses masuknya suatu jiwa ke dalam Perjanjian Baru. Caranya adalah
dengan dibaptis air dan Roh Kudus oleh Uskup di Gereja Rasuliah.
Yoh 3: 5 Jawab Yeshua: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Alaha.
Arti
‘dilahirkan dari air’ adalah masuk dalam qadishot (sakramen) Baptis air.
Arti
‘dilahirkan dari roh’ adalah masuk ke dalam qadishot Baptis Roh Kudus atau
peminyakan. Kedua qadishotim ini adalah bagian dari 7 sakramen umat Nazarene.
Sakramen sendiri adalah bagian dari Tradisi (Oral Torah).
4. Apakah
jemaat GNI juga berdoa kepada Orang Kudus (Kadosa)? Mengapa? Mengapa tidak
hanya kepada Tuhan?
Jawab:
Ya, GNI bisa terus berkomunikasi dengan para Kadosa yang terus Alaha tunjuk
sebagai penjaga jemaat ini. Berdoa di sini artinya adalah BERKOMUNIKASI DALAM
ROH, bukan seperti manusia biasa. Secara jasmani manusia sudah tidak bisa
berbicara dengan orang yang sudah wafat. Adanya komunikasi ini adalah bagian
dari Pengakuan Iman yang disusun oleh Para Rasul sendiri yaitu “Aku percaya
….dan PERSEKUTUAN DENGAN KADOSA (orang kudus)…”
Saat
manusia wafat, maka dia meninggalkan raga jasmaninya di bumi. Dia membawa jiwa
dan rohnya masuk ke Sheol (alam astral). Semua kesadarannya dibawa ke alam
sana. Semua orang yang hidup kudus, akan terus disempurnakan oleh Alaha sampai
berhak masuk ke dalam Alam Kadosa (Alam Orang-orang Kudus). Salah satu tugas
mereka adalah berdoa untuk saudara-saudara mereka di Bumi, inilah komunikasi
yang coba dibangun antara jemaat di Bumi dan mereka di sana. Hampir sama
seperti saat seorang jemaat meminta Rohaniawan untuk membantu mereka mendoakan,
tidak ada yang salah dengan meminta bantu doa. Inilah persekutuan itu, semua
saling menopang. Saling topang ini tidak bisa dibatasi oleh ruang dan waktu.
Jemaat
Nazarene Indonesia masih bisa berkomunikasi dengan Kadosa John Ward, Alm Uskup
Agung di Australia yang dihidup di abad 19, pendiri Ordo Persaudaraan Kerajaan
Mshikha. Beliau berbicara dengan Uskup Agung pada Desember 2015 lalu saat
memberitakan keadaan Alm Uskup Nicholas yang wafat pada tanggal 25 Desember
2015.
Gereja
yang sudah anti pada persekutuan dengan Kadosa, adalah gereja modern yang tidak
paham pengajaran awal para rasul di abad 1.
5. Apakah
arti ‘NABI’ itu bagi GNI?
Jawab:
Nabi adalah penyambung pesan Alaha kepada jemaat-Nya. Nabi juga adalah orang
yang peka sehingga dibukakan penyingkapan demi penyingkapan baru oleh Alaha.
6. Mengapa
para NABI itu bisa ada sampai sekarang?
Jawab:
Karena Nabi adalah salah satu dari dua PONDASI dari Gereja Rasuliah (Ef 2:20).
Nabi adalah salah satu jawatan di dalam Gereja-Nya untuk memperlengkapi jemaat
(1Kor 12:28). Karena Alaha itu masih berbicara kepada jemaat-Nya maka tentu
jabatan ini sangat penting untuk ada di antara jemaat. Kalau tidak ada yang
berperan menjadi nabi, lalu siapa yang bisa mendengar suara Tuhan?
7. Apa
pandangan GNI terhadap Gereja Rasuliah (GR) yang sudah tidak memiliki jawatan
kenabian lagi?
Jawab:
Bagaimana bisa tidak ada? Sebenarnya pasti ada karena nabi adalah pondasi dari
Gereja Rasuliah. GR akan timpang dan rapuh jika tidak ada peran ini. Mereka yang
hidup di biara-biara, tekun berdoa dan semedi adalah mereka yang sangat
berpotensi untuk menjadi nabi, namun suara mereka tidak didengarkan oleh para
pemimpin gereja. Itulah yang harus dibenahi. Para nabi harus memiliki peran,
harus diberikan tempat di antara jemaat, harus diundang untuk menyatakan Sabda
Tuhan yang baru, lalu diuji dengan baik.
GNI
berdoa agar para kaum mistikis (para nabi) di gereja-gereja rasuliah lain akan
berani menyuarakan suara kenabian mereka.
8. Apa
itu GNOSIS?
Jawab:
Gnosis adalah kata Yunani berarti PENGETAHUAN. Semua pewahyuan yang diterima
dari Alaha itu mengandung pengetahuan/gnosis. Jadi semua tradisi dan kitab suci
juga mengandung pengetahuan akan Alaha ini. Kalau tidak ada gnosis maka jadinya
seperti novel, hanya karangan manusia saja.
Sayangnya
di abad 1, ada kaum yang disebut GNOSTIK yang mengajarkan hal-hal berbeda dari
ajaran Yeshua. Ini yang membuat kata ‘gnosis’ itu memiliki arti negative.
9. Apakah
GNI itu termasuk GNOSTIK karena memasukan kitab-kitab Gnostis ke dalam Kanon
sepert Injil Thomas dan Kisah Rasul Thomas?
Jawab:
Ada kitab yang dipandang tidak layak diajarkan kepada jemaat oleh suatu Gereja
Rasuliah, oleh karena itu dalam Kanonisasi Kitab Suci akan disingkirkan dan
disebut masuk ke dalam kategori Gnostik. Kaum Gnostik di abad 1 adalah kaum
yang tidak meyakini kedatangan Yeshua sebagai manusia yang utuh. Jadi ada
berbagai kitab yang mereka golongkan masuk ke dalam ajaran mereka.
Sementara
bagi GNI yang merupakan Gereja Rasuliah juga, injil Thomas dan Kisah Rasul
Thomas itu bagian dari kanon, tidak terkamiri oleh ajaran Gnostis di abad 1.
Mengapa kami bisa yakin? Karena kami masih memiliki peran kenabian yang Tuhan
singkapkan kebenaran demi kebenaran-Nya di akhir zaman ini. Dari gnosis baru
tersebut kami bisa dengan lebih bijak MENILAI kitab-kitab kuno tersebut.
10. Apakah
GNI meyakini mujizad itu masih ada sampai sekarang?
Jawab:
Tentu mujizad itu masih ada.
11. Apakah
GNI memiliki tradisi PUASA juga?
Jawab:
Tentu, sesuai tuntunan Sefer Limudah, jemaat berpuasa pada Rabu dan Jumat. Lalu
pada perayaan-perayaan lain.
12. Apa
yang dimaksud dengan KEBIARAAN (MOTISISME)?
Jawab: Monastisisme
ada sebelum agama Kristen atau bahkan Yahudi. Kelompok orang yang mengikat diri
bersama-sama untuk melayani Tuhan dalam beberapa bentuk setidaknya sudah ada di
milenium ke-4 SM di Mesir, Sumeria dan di tempat lain. Namun dalam Alkitab,
bentuk-bentuk paling awal dari kehidupan komunal terkait dengan “Anak-anak para
nabi”, tampaknya didirikan oleh Samuel di abad ke-11 SM. (1 Samuel 19; 18-24)
Pada Awal Gereja Kristen (Kristen-Yahudi) di Yerusalem juga
mulai muncul semacam organisasi komunal (Kisah 4: 32) memegang semua properti
yang sama dan menundukkan diri dengan petunjuk dari para Rasul.
Sejak
abad 1 sampai sekarang bentuk kehidupan biaran ini terus dilestarikan oleh
banyak GR termasuk keuskupan di Australia.
13. Apakah
GNI memiliki Biara seperti Gereja Rasuliah (GR) lainnya?
Jawab:
Ya tentu, terbagi antara biara pria dan wanita yang ada di Australia. Di waktu
kedepan akan dibangun (jika Alaha mengizinkan) di daerah Tarutung, Sumater
Utara. Kami sudah memiliki lahan sekitar 2 hektar di sana.
14. Apakah
GNI meyakini karunia-karunia Roh Kudus?
Jawab:
Ya tentu.
15. Apakah
Roti dan Anggur dalam Perjamuan Suci menurut GNI itu hanya symbol atau
benar-benar Tubuh dan Darah Yeshua?
Jawab:
Bukan symbol, setelah dikonsekrasi itu adalah Darah dan Tubuh Maran Yeshua.
Kendari dilihat dengan mata jasmani itu hanya roti dan anggur, tetap saja dalam
Alam Roh, ada kurban Yeshua di sana.
Selamat datang
di Laman TANYA JAWAB dengan kategori REINKARNASI. Berikut adalah jawaban dari
Uskup Agung Mar John Reginald Cuffe, DD., J.P., CKC.
Untuk alasan
ini saya akan mencoba menyediakan hanya sederhana saja dan jawaban ringkas.
1. Sebenarnya
apakah arti ‘reinkarnasi’ itu sendiri? Apa beda dengan ‘Inkarnasi’?
Asal mula
kata “re-inkarnasi” adalah sederhana dari kata “inkarnasi” dengan prefiks “re”
(kembali) ditambahkan. “Inkarnasi” merujuk kepada roh menjadi “inkarnasi” dalam
daging – yakni, hidup dalam tubuh fisik hingga mati, ketika roh meninggalkan
tubuh dan menjadi “dis” (tidak) + carnate (menjadi
daging), jadi discarnate (tidak berjasad tubuh), yakni roh
atau hantu. Akar kata dari semua kata ini adalah bahasa Latin “carne” artinya
daging. Jika roh menjadi incarnate dengan demikian roh
memasuki tubuh berdaging dan roh tetap menjelma dalam tubuh daging (incarnate)
hingga tubuh jasmaniah ini mati, itulah waktunya roh keluar dari daging lagi.
Biasanya setelah suatu periode waktu dihabiskan di mana roh tak berjasad tubuh
kemudian roh itu akan re-inkarnasi kembali – menjadi masuk kedalam daging
kembali melalui tubuh daging fisik yang baru. (bandingkan Ayub 1:2a)
2. Apakah
Ajaran ‘reinkarnasi’ dalam Kekristenan adalah sama seperti dalam Buddhisme?
Apakah jiwa manusia bisa masuk ke dalam tubuh binatang?
Dalam
Buddhisme, Hinduisme dan sebenarnya dalam semua Iman yang berbeda, ada atau
historis, keyakinan itu, atau percaya pada reinkarnasi, bentuk tepatnya
keyakinan itu bervariasi satu dari yang lain, dan seperti yang diajarkan oleh
kaun Kristen ini berbeda lagi. Kita melihat tiap kehidupan sebagai suatu
kesempatan untuk melakukan kemajuan rohaniah. Jiwa-jiwa binatang bisa meningkat
dalam sifat manusia seiring berlalunya waktu (bandingkan Roma 8:19-23), dan
umat manusia meningkat naik kedalam Orang-orang Suci dan
Malaikat-malaikat (Lukas 20:36; Mattai 13:43). Ide bahwa jiwa
manusia harus ber-reinkarnasi dalam binatang atau bentuk lebih rendah lain dari
kehidupan sebab tak ada alasan jelas, adalam umum dalam Buddhisme tapi
ini bukan keyakinan kami.
3. Bukankah
Reinkarnasi adalah ajaran bida’a sebab kebanyakan Gereja Rasuliah tidak lagi
mengakui keyakinan tersebut?
Istilah
bida’a secara meluas disalahgunakan, tapi secara umum ini menunjuk kepada suatu
keyakinan yang secara khusus dikutuk melalui suatu konsili dari Gereja Tak
Terbagi. Sejumlah orang atau kelompok menerapkannya untuk keyakinan yang
dinyatakan sebagai bida’a oleh suatu konsili dari denominasi mereka sendiri
khususnya. Pastinya dibawah defenisi pertama, keyakinan pada reinkarnasi BUKAN
bida’a, sementara dibawah defenisi kedua yang sama bisa diterapkan kepada
sejumlah ajaran-ajaran dari semua Gereja-gereja tanpa terkecuali. Contoh Gereja
Roma disebut bida’a oleh Gereja Ortodoks karena gereja ini menambahkan frasa
kata “Filioque” (sang Anak) pada Pengakuan Iman Nikea.
4. Gereja
Ortodoks Katolik Nasrani Indonesia adalah salah satu gereja yang mempertahankan
dan mengajarkan reinkarnasi dalam Gereja Rasuliah di Indonesia.
Perjanjian
Lama dan perjanjian Baru mengindikasikan ide reinkarnasi (Ibrani; Gilgulim)
diterima oleh Yeshua dan Rasul-rasul-Nya, oleh sebab itu jika tidak ada Gereja
lainnya di Indonesia yang mengajarkan hal itu, siapa yang harus dipersalahkan?
5. Tanakh
(Alkitab Ibrani) tidak pernah mengajarkan reinkarnasi!
Tanakh
(Tanakh akronim dari: Torah, Nevi’im, Ketuvim) sebagaimana kitab ini sekarang
dipakemkan, belum resmi diakui hingga tahun 90 M., saat Sanhedrin Yahudi
secara resmi menambahkan kitab-kitab Ketuvim terhadap Torah dan Nevi’im.
Segera setelah ini (100 M) Yudaisme dihapuskan kebanyakan perihal Persembahan
Korban menurut Torah Musa dan menghapuskan Keimamatan Lewi kaum Aaron. Ini tak
mengherankan jika setelah modifikasi dramatis itu, ajaran-ajaran langsung
Yudaisme adalah berbeda dari Yudaisme Zaman ha-Mashiakh. Pastinya Perjanjian
Lama Kristen (Mshikhanuth) mereferensikan reinkarnasi.
(Musuh-musuh
kami seringkali langsung salah kutip ayat-ayat Kitab Suci untuk membingungkan
kami dan nomor 6 sebagai usaha ini contohnya. Namun, sebagaimana juga itu
adalah salah terjemah saya akan mengulas hal itu lebih rinci kelak.)
6. Bukankah
tercatat dalam Kitab Ibrani bahwa manusia yang hidup hanya satu kali saja dan
kemudian dihakimi?
Sebenarnya,
tidak, bukan demikian. Kutipan yang anda kutip itu merujuk kepada Ibrani 9:
27-28, yang terjemahan aslinya seharusnya demikian; “Dan seperti hal itu
ditetapkan kepada umat manusia satu kali mati, tapi setelah ini penghakiman
agar Mshikha adalah satu kali saja dipersembahkan untuk menanggung dosa-dosa dari
banyak orang; dan kepada mereka yang mencari Dia akan menampilkan Dia kedua
kali tanpa dosa bagi keselamatan.” Ini memberitahukan kepada kita bahwa umat
manusia biasa yang fanahanya mati sekali saja. Ini tidak
memberitahukan kepada kita bahwa mereka hanya hidup satu kali saja, sebab
itu menjadi tidak benar. Kematian sebagai yang fana memahami istilah itu,
merujuk kepada perhentian hidup dalam tubuh daging. Ini
tidak merujuk kepada “roh” yang melanjutkan hidup. Tiap tubuh fisik mati
hanya satu kali, paling sedikit hal itu disebutkan dalam pada zaman Paulus,
meskipun obat modern terkadang mengubah ini zaman ini. Namun, roh, hidup
selama-lamanya, dan apakah atau tidak roh kembali ke bumi kepada hidup dalam
tubuh lainnya, bergantung pada standar rohaniah jiwa itu capai semasa hidup di
bumi sebelumnya. Demikianlah pada akhirnya tiap hidup itu dihakimi, sebagaimana
ayat ini indikasikan. Tapi ayat itu sendiri memberitahu kita bahwa Mshikha akan
kembali ke hidup bumi untuk kedua kalinya, dan “sebagaimana dia begitulah kita
dalam dunia ini.” (1 Yoh 4: 17)
(Nomor 7. Ini
menunjukkan ketidaktahuan dan sikap bebal untuk menerima jawaban, tapi saya
akan memberikan jawaban lagi.
7. Jangan
bodoh! Tidak ada tradisi Rasuliah mengajarkan reinkarnasi hingga saat ini!
Tidak hanya
ada referensi Alkitabiah yang mendukung keyakinan reinkarnasi. Ada referensi
dalam karya-karya tulis bapa-bapa Rasuliah dan bahkan pada zaman kemudian
selalu ada mereka yang mengajarkan bentuk reinkarnasi. Namun, kebanyakan para
penulis Kristen berminat untuk menggiring para pengikut mereka bagi Kesucian,
oleh sebab itu mereka jarang memberikan waktu lama membicarakan nasib mereka
yang gagal mencapai tujuan hidup. Ini hanya terjadi sejak manusia mulai
menantang doktrin abad pertengahan perihal Hukuman Kekal sehingga keyakinan
reinkarnasi menjadi lebih umum lagi.
8. Semua
Konsili-konsili yang terjadi pastilah atas pimpinan Roh Kudus (Kisah 15: 28).
Sehingga apa yang diputuskan konsili itu adalah keputusan Roh Kudus juga,
inilah yang pasti benar.
Saya mengutip
referensi yang diberikan di sini dalam terjemahan yang lebih tepat pada Kisah
15: 28, King James Version disebutkan; “Sebab ini tampak baik bagi Roh Kudus,
dan bagi kami, untuk tidak meletakkan beban lebih berat lagi dari pada perihal
yang diperlukan; bahwa kamu berhenti dari memakan daging yang dipersembahkan
kepada berhala-berhala, dan dari darah, dan dari binatang yang mati dicekik,
dan dari percabulan: dari semuanya ini kamu jauhkanlah dirimu sendiri, maka
kamu melakukan yang baik. Demkianlah salam bagimu.” Tentunya ini merujuk kepada
keputusan bahwa non-Yahudi bisa menjadi pengikut Mshikha tanpa pertama harus
disunat, dan yang perintah-perintah Torah Musa tetapkan yang mereka masih bisa
diharapkan untuk jalankan. Sejak saat itu, keputusan-keputusan besar oleh
Gereja biasanya dilakukan melalui semacam konsili-konsili, dan jika mereka
diilhami Roh Kudus, pastilah keputusan-keputusan itu akan menjadi benar. Tapi
tentu saja ada ketidaksepakatan timbul, dan itulah sebabnya begitu banyak
perbedaan denominasi-denominasi kini, masing-masing mengklaim dirinya paling
benar, dan kebanyakan kasus masing-masing mengutuk kelompok denominasi lainnya
adalah sesat dan anggota-anggota mereka seakan-akan masuk Neraka.Kenyataannya
Alaha lebih murah hati dari pada kebanyakan hamba-hamba-Nya di bumi dan Dia
menolong mereka yang gagal paham, kesempatan lain bagi Keselamatan melalui
reinkarnasi.
9. Jika
menurut Yeshua (Yesus), Yukahnan Pembaptis dirinya sendiri adalah Eliyahu,
mengapa ketika ditanya perihal itu Yukhanan berkata ia bukan Eliyahu?
Jika anda
percaya Yeshua (Yesus), Mar Yukhanan (Yohanesi) adalah reinkarnasi Eliyahu
(Elia). Sebagaimana Mar Yukhanan menyangkali hal itu saat ia ditanya, jawaban
adalah jelas. Seperti kebanyakan orang Mar Yukhanan tidak ingat hidup masa
lalunya. Dia tidak tahu apakah ia adalah Eliyahu. Namun, Yeshua adalah
Keberadaan Ilahi, tahu kebenaran.
10.
Mengapa pertumbuhan populasi manusia semakin berkembang sekarang dan
jumlah manusia tidak mungkin sebanyak yang sekarang jika ini adalah proses
reinkarnasi?
Ini adalah
pertanyaan bagus dan menunjukkan bahwa penanya paling sedikitnya berpikir logis
tentang perihal ulasan ini, maka ia layak mendapatkan jawaban. Sebagaimana
manusia meningkat jumlahnya seiring tenggang waktu antara inkarnasi-inkarnasi
menurun tajam, dan sebagaimana Zaman bergulir kepada akhir masanya ini adalah
satu faktor yang menyebabkan populasi meningkat. Ada yang lainnya, dan
kebanyakan langsung atau tak langsung terkait dengan akhir dari Zaman Kristen,
yang sekarang adalah sangat dekat. Penyebab mayor lainnya adalah fakta bahwa
pertambahan jumlah dari roh-roh dari hewan-hewan sekarang sedang masuk tingkatan
manusia untuk pertama kali, sehingga menjadi bertambah pada kenaikan jumlah
populasi manusia kita sekarang sedang melihat kemerosotan dalam populasi
spesies hewan-hewan besar dan kepunahan beberapa spesies. Dan jika anda
menanyakan mengapa hal ini akan terjadi pada akhir Zaman, ini disebabkan
mendekati Mshikha. Roh-roh dari semua orang ini – dan dari hewan-hewan –
menjadi orang – memiliki Malaikat-malaikat Pelindung yang adalah cemas terhadap
orang-orang mereka ada di bumi saat Mshikha datang sehingga mereka bisa
memperoleh keuntungan kuasa spiritual yang Ia akan bawa bersama Dia. Ada banyak
lagi yang saya bisa tuliskan perihal ini, tapi ini barangkali cukup.
Akhir kata,
Rencana Ilahi bagi Ciptaan-Nya adalah jauh lebih rumit dari pada kita yang fana,
kita hanya bisa berharap untuk mengerti, dan ini hanya mereka yang punya
pengalaman jalan sempit mistik yang bisa memahami bahkan sebanyak yang kita
bisa lakukan.
Jika ide
bahwa hewan-hewan memiliki roh-roh adalah sukar diterima akal anda, saya
sarankan renungkanlah dengan tenang berulang-ulang dan lakukanlah penelitian
dengan baik. Jelas, memang ada beberapa kebenaran-kebenaran yang bahkan Para
Rasul (Shlikhim) sendiri belum sanggup memikulnya [memikirkannya] saat Mshikha
ada bersama mereka (Yoh 16: 12) ini tentu saja tak mengejutkan kita jika banyak
orang belum bisa menerima pengetahuan mistis lebih maju. Namun, saya harus
menjelaskan beberapa poin yang perlu dipikirkan.
Kisah Adam
dan Hawa adalah suatu alegori yang merepresentasikan turun roh bentuk manusia
baru dari Firdaus ke bumi untuk pertama kali sebagai manusia. Adam dan Hawa
masing-masing menghadirkan roh dan jiwa dari tiap individu dan juga alegori
yang mendemonstrasikan bahwa saat roh dan jiwa yang sebenarnya adalah satu,
mereka seringkali berbeda satu dengan yang lain. Mar Paulus menjelaskan kepada
kita bahwa mereka adalah berbeda dari satu sama lainnya. (Ibrani 4: 12).
Sama seperti
sekarang saya telah menuliskan tentang roh bentuk manusia-baru, dan ini
menggiring kita kepada pertanyaan perihalbagaimana dan kapan roh
manusia dibentuk oleh Alaha. Jawaban singkat, ini diciptakan melalui perpaduan
dua roh dari spesies hewan lebih tinggi, masing-masing telah lengkap
inkarnasi-inkarnasinya dalam Kerajaan Binatang. Demikianlah dua roh hewan
sempurna digabungkan oleh Alaha untuk menjadikan roh manusia kedalam
keberadaan, sama seperti dua roh-roh manusia sempurna lebur untuk membentuk
sesosok malaikat (Lukas 20:36).
Inilah
sebabnya mengapa roh dari keberadaan manusia adalah bukan, dan tak bisa
menjadi, reinkarnasi kedalam tubuh dari seekor hewan, tapi ini adalah sesuatu
yang kebanyakan umat Buddhis dan Hindu tidak pahami [Apa lagi dunia Kristen
modern, sama sekali tidak paham!], namun klaim-klaim mereka bahwa manusia bisa
ber-reinkarnasi sebagai hewan-hewan. Tidak tak bisa terjadi tanpa menghancurkan
kesatuan dari roh-roh yang Alaha telah ciptakan, dan apa yang Alaha telah
satukan bersama tidak ada manusia bisa memisahkan.
Jadi anda
benar membuat perbedaan jelas antara roh-roh hewan (animal spirits) dan roh-roh
manusia, sebagaimana sesungguhnya Alaha lakukan dan dicatat dalam Kitab Suci.
Dan dalam konteks tersebut saya mengutip pertama dari Peng 3: 18-21
“Sebab apa yang menimpa anak-anak manusia juga terjadi pada binatang-binatang; bahkan satu menimpa mereka: sebagaimana yang satu mati, begitu juga kematian menimpa lainnya; ya, mereka semua satu nafas; supaya seorang manusia tidak merasa lebih unggul dari seekor binatang: sebab semua [adalah] sia-sia. Semua pergi menuju ke satu tempat; semuanya adalah berasal dari debu, dan semua kembali kepada debu kembali. Siapakah yang tahu roh manusia pergi naik ke atas, dan roh dari binatang-binatang yang pergi menuju ke bawah bumi?”
Ayat ini
mengulas fakta bahwa dari sudut pandang fisik bait itu binatang-binatang dan
umat manusia hidup dan mati dalam cara yang sama. Dan dalam hal tubuh mereka
akhirnya membusuk dan kembali kepada debu. Kemudian pada poin ini perbedaan
diantara roh-roh mereka. Roh manusia punya kesempatan untuk meninggalkan dunia
fisik selama-lamanya dan bergerak maju kedalam jagat-jagat sorgawi (celestial
planes), sementara roh dari bintang tidak mencapai poin itu dan harus turun
ke bumi lagi.
Ini adalah
perbedaan antara binatang dan manusia yang membolehkan kita “berkuasa atas ikan
di laut, dan atas burung unggas di udara, dan atas hewan ternak, dan atas
seluruh bumi, dan atas setiap yang merangkak di atas bumi”. (Kejadian 1: 26)
Saya juga menunjukkan kepada anda Kejadian 9: 2 -3 yang mana Alaha berkata
bahwa
“setiap yang bergerak yang hidup akan menjadi makanan bagimu; bahkan tumbuhan hijau Aku berikan kepadamu segala sesuatu.”
Dari sini
kita bisa melihat bahwa kita diharapkan membunuh dan memakan binatang-binatang
dan juga tumbuh-tumbuhan. Dalam menyembelih seekor binatang kita tidak berbuat
kesalahan-sebenarnya ini bisa dikatakan bahwa kita sedang menolong binatang
untuk bergerak maju pada perjalanannya sendiri, dan sepanjang kita membunuh
binatang-binatang dengan minimum kejam, kita sedang melakukan keadilan apa yang
Alaha rencanakan bagi kita untuk perbuat.
Dalam 1 Kor
15: 39-40 Mar Paulus sedang menjelaskan perihal binatang-binatang, ikan dan
burung-burung adalah semua daging, tapi mereka adalah jenis daging berbeda, dan
ia kemudian menggunakan bahwa untuk mengindikasikan bahwa hanya ada perbedaan
tipe daging, jadi ada tipe tubuh yang berbeda – tubuh spiritual dan tubuh
fisik.
Ini sempurna
tepat bagi anda untuk mendefenisikan perbedaan roh binatang dan roh manusia,
dan jika anda ingin untuk menggambarkan roh binatang sebagai hanyalah
keberadaan “nafas hidup” itu adalah O.K. menurut saya. Anda juga bisa
mengatakan bahwa roh binatang secara mendasar adalah berbeda terhadap roh
manusia, sebab roh binatang adalah roh yang sangat sedikit dan kurang kapasitas
spiritual untuk menerima realitas spiritual yang lebih tinggi. Kebenaran,
meskipun, yakni meskipun mereka sangat lebih muda dari pada kita, roh-roh
binatang juga adalah anak-anak Alaha sama seperti kita adanya, dan akhirnya
mereka akan berkembang untuk memenuhi tempat-tempat mereka sebagai umat
manusia, saat kita berkembang menjadi Orang-orang Suci dan Malaikat-malaikat.
Demikianlah semua dari Ciptaan Alaha dengan konstan berkembang menuju Titik
Akhir yang Dia telah rancangkan sejak Dia membuatnya masuk kedalam keberadaan.
Saya akui
bahwa ini adalah ulasan agak mendalam, dan seperti saya katakan,pikirkan
pelan-pelan ini tak mudah untuk dipahami.
11. Mengapa
ajaran reinkarnasi Gereja Ortodoks Katolik Nasrani Indonesia juga merujuk
kepada Sains? Bagaimana tentang hari jika kemudian ilmu pengetahuan membuktikan
keberadaan reinkarnasi bertentangan?
Bisa saja ada
baiknya penelitian Ilmu pengetahuan (Sains) yang mendukung keyakinan
reinkarnasi, tapi doktrin reinkarnasi tidak bergantung pada suatu penelitian
ilmu pengetahuan khususnya. Reinkarnasi adalah sesuatu yang telah ada sebagai
bagian dari Rencana Ilahi bagi Ciptaan lama sebelum munculnya ilmu pengetahuan
modern, dan reinkarnasi masih menjadi bagian dari Rencana Ilahi sekalipun sains
tidak lagi mendukungnya.
12. Mengapa
kebanyakan Gereja-gereja Rasuliah tidak mengajarkan ini lagi?
Sebab dengan
kemerosotan Peradaban Romawi banyak sekali roh-roh yang sudah maju telah
berakhir dari inkarnasi-inkarnasi bumiah mereka, dan mereka yang menggantikan
tempat mereka hidup di bumi ini adalah kebanyakan roh-roh yang lebih muda.
Roh-roh yang sudah maju perlu dibimbing dengan perlahan dan memberikan
kesempatan untuk memahami jalan-jalan Alaha, sesuatu yang roh-roh primitif
secara umum tidak bisa lakukan. Mereka perlu ditundukkan kepada suatu disiplin
keras dan dipaksa melalui ancaman-ancaman untuk berbuat apa yang benar –
sebaliknya mereka akan terus menerus untuk berbuat salah atau sesat.
Demikianlah meskipun banyak dari para pemimpinnya tahu tentang reinkarnasi,
gereja abad pertengahan segera menemukan reinkarnasi perlu mengancam
orang-orang Barbar dengan api-neraka, jika mereka tidak memperbaiki kelakuan
dalam inkarnasi saat ini, dari pada menceritakan kepada mereka bahwa jika
mereka masih melanjutkan hidup kekerasan dan kehidupan-kehidupan jahat, mereka
akan punya kesempatan lainnya untuk memperbaiki ulang dalam sejumlah
inkarnasi-inkarnasi lagi. Oleh karena itu ajaran reinkarnasi sesungguhnya
disembunyikan dalam biara-biara, dan kemudian, pada akhirnya terlupakan atau
hilang sepenuhnya.
13. Mengapa
kebanyakan Gereja-gereja Kristen TIDAK mengajarkan reinkarnasi lagi?
Pertanyaan
ini sebenarnya sama seperti salah satu sebelumnya dan jawaban adalah sama,
meskipun saya akan menambahkan dengan seiring lahirnya Reformasi (abad ke-16 M)
bahwa, pengetahuan reinkarnasi tidak terbuka diajarkan dalam Kekeristenan
selama seribu tahun, dan pengetahuan doktrin reinkarnasi masih tersembunyi
dalam biara-biara dan ketika itu biara-biara dihancurkan oleh Reformasi,
sehingga ini juga mengakibatkan reinkarnasi hilang. Dengan kata lain jika di
Gereja Katolik dan Ortodoks saja sudah hilang, apa lagi yang diharapkan
orang-orang Protestan untuk bisa menggalinya kembali?
14. Jika
tidak ada nabi dalam Gereja, mengapa suara kenabian dalam Gereja Ortodoks
Katolik Nasrani Indonesia Indonesia tidak diakui oleh semua Gereja Rasuliah?
Pertanyaan
mengapa kebanyakan gereja-gereja modern tidak mengakui nabi-nabi atau menerima
bahwa individu-individu modern bisa melihat visi penglihatan dan menerima
pesan-pesan dari Alaha atau Para Malaikat-Nya, sama seperti nabi-nabi kuno
Yahudi, adalah langsung terkait dengan alasan orang-orang Yahudi paskah
pembuangan yang melarang semua nubuatan. Ini cukup sederhana Imam-imam
(kohanim) yang berkuasa di Israel setelah sekitar tahun 500 S.M, tidak suka
dicela oleh nabi-nabi karena banyak kesalahan-kesalahan mereka (lihat Maleakhi
2) dan sebagaimana juga mereka mengontrol kuasa duniawi dari abad ke-5 S.M.,
dan seterusnya, mereka bisa mencegah orang-orang dari keberadaan diakui dan
menghancurkan usaha pelestarian karya-karya mereka, meskipun beberapa yang
disebut Kitab-kitab Apokrifa bisa dilihat sebagai usaha menentang pelarangan
ini. Jadi begitu jugalah dengan Kekristenan, dengan kuasa duniawi seringkali
mendukung kepemimpinan agama, yang tidak mau dicela oleh masyarakat atas pebuatan
mereka yang salah. Meskipun banyak orang-orang suci melaporkan visi –
penglihatan dan pengalaman-pengalaman mistis, jika ini semua tidak cocok dengan
kepentingan pihak berwenang gerejawi (seperti St. Bernardette) maka karya-karya
mereka tidak akan diakui. Karya-karya nubuatan dan pengalaman mistik Archbishop
John Sebastian Ward tetap bertahan, tapi hanya diantara para pengikutnya,
hingga kemunculan media komunikasi internet modern membuat publikasi lebih
mudah. Jadi mengapa Gereja-gereja lain tidak mengakuinya, barangkali itu adalah
kecemburuan manusiawi – dan barangkali suatu hari nanti mereka akan
menerimanya.
(Nomor 15
sebenarnya asumsi-asumsi kontradiksi dari nomor 5, tapi saya kan mengulas hal
ini dengan tertulis.)
15. Jika
Gereja Ortodoks Katolik Nasrani Indonesia menolak Ragi Farisi (Mat 16:6), lalu
mengapa anda mengikuti beban muatan Yudaisme dengan mengajarkan reinkarnasi
sebagaimana orang lain?
Orang-orang
Nasrani Awal atau Kristen Awal dilarang mengikuti ajaran-ajaran Farisi, dan
Saduki dalam Mat 16: 6 &12. Dan dalam pasal sebelumnya (Mat 15: 1-6)
Mshikha sudah menjelaskan bahwa ini disebabkan mereka telah “menggantikan
perintah Alaha menjadi tak berguna oleh tradisi mereka”, tapi keyakinan
Reinkarnasi ada dalam Yudaisme lama sebelum tradisi-tradisi Farisi dan Saduki,
dan dalam satu bentuk atau lainnya ini juga dipercaya oleh hampir semua Iman,
pada zaman Mshikha. Kami tidak percaya Reinkarnasi DISEBABKAN orang
Yahudi percaya, tapi karena Mshikha sendiri tidak pernah mengutuk
reinkarnasi dan paling sedikitnya satu kasus mengesahkan reinkarnasi
khususnya.
16. Jika kita
masing-masing menjadi anggota Gereja Rasuliah ini dan mati apakah kami akan
ber-reinkarnasi kembali?
Apakah atau
tidak orang re-inkarnasi tidak bergantung pada gereja di mana kita bergabung.
Itu bergantung apakah atau tidak kita mengikuti Mshikha dengan cukup baik bagi
Dia untuk menghakimi kita layak untuk masuk Kerajaan-Nya dan tidak kembali
hidup di bumi lagi atau, seperti Mar Yukhanan tegaskan, menjadi “tiang penopang
Bait Alaha-Ku dan tidak akan keluar lagi dari situ.” (Wahyu
3: 12).
17.
Reinkarnasi? Torah Karma? Mengapa ini seperti Hinduisme? Bukankah sebutan ini
membingungkan atau doktrin campur aduk?
Kata
“Reinkarnasi” aslinya bukan dari Hindu, meskipun kata “karma” memakai istilah
mereka. Namun, ini secara fektif artinya yang sama seperti “Torah Musa”, “Torah
Tabur Tuai” atau “Keadilan Ilahi”(Ibrani: השגחה פרטית Hashgochoh
Protis / Hashgachah Pratit), yang semua
istilah orang-orang Nasrani-Kristen gunakan. Efektifnya masing-masing berarti;
“Mata ganti mata, dan gigi ganti gigi”seperti Mshikha wacanakan dalam Mar
Mattai 5: 38 dan pada ayat berikutnya, Dia memberitahu kita bahwa sementara itu
adalah Torah Musa, mereka yang mengikuti Dia harus “jangan melawan kejahatan:
tapi siapa saja menampar pipimu sebelah kanan, berikanlah juga padanya pipi
yang lain.” Dalam ayat 44 Ia selanjutnya; “Kasihilah musuh-musuhmu, berkatilah
mereka yang mengutuki kamu, berbuat baiklah kepada mereka yang membenci kamu,
dan berdoalah bagi mereka yang meskipun memperdayai kamu, dan menganiaya kamu;
sehingga kamu bisa disebut anak-anak dari Bapamu yang ada di surga: sebab Ia
yang menciptakan matahari-Nya terbit bagi orang jahat dan orang baik, dan
mengirimkan hujan bagi orang benar dan orang fasik”. Ini adalah apa yang kita
sebut Torah Kasih, dan ini melalui mengikuti Torah Kasih dan pengorbanan
kehendak kita sendiri sebagaimana Ia telah perbuat, Mshikha mengajar kita
bagaimana kita mengatasi Torah Karma dan mendapatkan hak bagi Kesucian Hidup.
Ini adalah perbedaan antara ajaran kami dan keyakinan Hindu.
18. ‘Roh
kembali kepada Alaha’ dicatat dalam Kitab Suci, Mengapa harus percaya
reinkarnasi? Tidakkah ini bertentangan?
Ini tampaknya
mengacu kepada Pengkotbah 12: 7, “Kemudian debu akan kembali ke bumi sebagaimana
itu sebelumnya: dan roh akan kembali kepada Alaha yang memberikannya.” Kemudian
poin penting perihal ayat ini adalah kata “Kemudian”, berkaitan kata ini dengan
ayat-ayat yang mendahului ini, yang memberitahukan pada kita bahwa kita harus
Mengingat Alaha saat kita masih usia muda, sebelum usia tua dan kematian datang
menjemput kita. Kemudian ini menunjuk kepada beragam aspek kematian dari sudut
pandang spiritual, sebelum lanjut menggambarkan kematian fisik dan bagaimana
tubuh jasmaniah menjadi membusuk dalam debu tanah sementara roh tetap bertahan
hidup. Ayat yang mendahului ini mengindikasikan bahwa pada akhirnya roda
kelahiran kembali (gilgul) rusak dan KEMUDIAN roh kembali kepada Alaha. Manusia
hidup dengan banyak kehidupan di bumi, tapi ketika tidak lagi membutuhkan
reinkarnasi dan mulai bergerak maju melalui Jagat-jagat surgawi rohnya
melanjutkan bergerak maju hingga sepanjang roh ini bisa kembali kepada Kesatuan
dengan Alaha dan ketika semua anak-anak-Nya kembali kepada-Nya, Alaha akan
kembali lagi menjadi “semua dalam Semua”sebagaimana Mar Paulus beritahu kita
dalam 1 Kor 15: 28).
19. Jika anda
percaya reinkarnasi, lalu apa gunanya ada Neraka? Tidakkah Yeshua mengajarkan
keberadaan Neraka?
Jelasnya
Yeshua mengajarkan keberadaan Neraka. Dia bahkan turun kedalam Neraka,
sebagaimana pengakuan Iman Rasuli katakana (Pengakuan Iman Nikea juga), agar
untuk membebaskan jiwa-jiwa yang ada dalam perbudakan (Efe 4: 8-10 & 1 Pet
3: 18 -19). Tidak pernah berpikir bahwa Neraka tidak ada – itu adalah salah
satu dari favorit kebongan-kebongan Setan. Ini jelasnya ada dan ini tegasnya
merupakan tempat penghukuman, hukuman yang seringkali berakhir selama sezaman
atau bahkan selama banyak zaman-zaman, sebagaimana Mshikha beritahukan kepada
kita dalam banyak tempat dalam Perjanjian Baru tapi ini Tidak Kekal.Hanya Alaha
saja yang Kekal., dan bahkan mereka yang dilemparkan kedalam Neraka bisa
diselamatkan, seperti Mar Keppa beritahukan pada kita banyak yang diselamatkan
oleh Mshikha diantara Penyaliban-Nya dan Kebangkitan-Nya. Semua akan menderita
sesuai hukuman bagi dosa-dosa mereka, tapi pada akhirnya mereka akan keluar
kembali dan diberikan kesempatan lainnya, melalui reinkarnasi untuk berbuat apa
yang mereka gagal lakukan dalam inkarnasi mereka sebelumnya.
Selamat
datang di Laman TANYA JAWAB dengan kategori PERBANDINGAN DENGAN AJARAN KRISTEN
MESIANIK. Kategori ini dimunculkan karena seringkali ada kesalahpahaman bahwa
GNI itu disamakan dengan Kristen Mesianik. Semoga dari sini, para pembaca bisa
memahami siapa GNI itu sebenarnya.
Perbandingan dengan ajaran Gereja Nasrani
Indonesia:
Dalam Judaism,
Nama Tuhan (Pesonal Names) dalam Tanakh itu ada sebanyak 72 nama[1].
Sementara Nasrani meyakini bahwa Nama Tuhan itu ada banyak juga, bahkan Dia
memperkenalkan nama yang berbeda saat Dia berkontak kepada bangsa-bangsa lain
di luar Israel. Jadi, kata ‘Elohim’,
‘El’, ‘El Shaddai’, dll semua adalah Nama Tuhan (Personal Names). Pengerucutan Nama Tuhan menjadi satu saja,
bukanlah ajaran semitik Nasrani, melainkan pandangan dari agama modern dengan
tafsirannya sendiri.
Perbandingan
dengan ajaran Gereja Nasrani Indonesia:
Tidak ada satupun Nama ‘Yahweh’ baik di
dalam Tanakh maupun dalam kitab-kitab
yang ditulis oleh Kaum Nasrani atau para pemimpin Gereja Rasuliah kami. Tidak
ada satupun nama ‘Yahweh’ di dalam kanonisasi kitab-kitab Perjanjian Baru. Yang
ada adalah יהוה dibaca
‘Adonai’ atau ‘Hashem’ dalam Tanakh
bahasa Ibrani dan ܡܪܝܐ dibaca ‘Maryah’ di
dalam Tanakh aramaik dan kitab-kitab
PB aramiak. Di dalam Septuaginta dan
kitab-kitab PB Yunani juga tidak pernah tercantum Nama ‘Yahweh’. Nama ‘Yahweh’
hanya ada di dalam kitab-kitab terjemahan yang banyak dijual di toko buku,
kitab terjemahan ini banyak di pakai oleh kaum Sacred Name Movement (SNM), salah satunya adalah KS-ILT. Nama (yod) ה (heh) ו (vav) ה (heh) atau יהוה dibaca menjadi ‘Yahweh’ hanya
dipergunakan bagi studi dalam kalangan jemaat Gereja Rasuliah, bukan dalam
pelayanan atau peribadatan, dan kitab suci. Hal ini dimaksudkan supaya Nama
Suci ini tidak disebut secara sembarangan dan tetap kudus.
Perbandingan dengan ajaran Gereja Nasrani
Indonesia:
Dalam pemuridan Nasrani, pelafalan sebenarnya
pelafalan Nama Tuhan (YHWH) itu tidak penting. Dari semua ajaran, yang sangat
penting adalah ajaran MORALITAS. Percuma mengetahui banyak ajaran termasuk tahu
pelafalan Nama Suci dengan benar kalau moralitasnya jeblok.
Dalam Nasrani (Gereja Rasuliah), jemaat
diajarkan untuk memperbaiki diri, ini dibimbing setiap hari melalui Doa Harian
7x bagi yang mampu, dan bagi yang tidak, sebisanya. Dengan Doa Harian ini, semua
jemaat diajarkan untuk sadar diri bahwa jemaat adalah orang berdosa, tanpa
belas kasih Tuhan maka semua akan sia-sia. Jemaat dididik untuk meruntuhkan
pilar-pilar kesombongan. Dibangun di atas dasar KERENDAHAN HATI tersebut
ajaran-ajaran Nasrani lainnya bisa dengan mudah diserap. Tanpa kerendahan hati, maka seorang jemaat yang pintar tidak akan rela
untuk menundukkan diri pada para imam di atasnya.
Selain Doa Harian, jemaat juga diajarkan
untuk melakukan pengakuan dosa di hadapan jemaat di depan Altar dalam
peribadatan sebelum menerima Perjamuan Suci. Pengakuan Dosa seperti ini adalah
1 dari 7 sakramen (aramaik: Qadasha)
yang sudah diformulasikan pada abad awal.
Penekanan moralitas ini sangat fital, tidak
ada jemaat yang bisa merasa lebih pintar dari yang lainnya. Tidak ada yang
boleh sok tahu, semua pengajaran harus diterima, mengalir dari atas (uskup) ke
bawah (jemaat). Pengajaran didiskusikan dalam tanya jawab dalam Makresta (pengajaran) dalam ibadah dan
ruang-ruang pembelajaran. Semua pengajaran yang diyakini dan ternyata berbeda
dengan ajaran Imam Tertahbis, maka semua ajaran tersebut dianggap salah dan
harus dibuang. Tanpa kerendahan hati, tidak akan bisa seseorang melakukan hal
ini. Moralitas seperti inilah yang sangat ditekankan dalam ajaran Nasrani.
Dengan semua mengacu kepada pengajaran uskup,
maka pengajaran itu bisa dibuat tersusun rapih, tidak saling berbenturan di
dalam jemaat suatu paroki. Namun, jika ternyata uskup yang mengajar itu
bersalah dalam pengajaran, maka uskuplah yang harus bertanggung jawab, sebab
dia adalah Wakil Tuhan. Tuhan sendiri yang akan berhitung dengannya. Jemaat
diharuskan memiliki penundukkan diri, dengan modal ini, maka jemaat yang
memiliki pengajaran yang salah, tidak bisa disalahkan. Jemaat sama sekali tidak
punya hak untuk menafsirkan kitab suci. Jemaat hanya menerima pengajaran, lalu
membenahi diri supaya memiliki moralitas yang baik. Moralitas tetap hal yang
lebih utama.
Ada kalanya, ditemukan suatu Gereja Rasuliah
berpindah keuskupan atau berpindah mata rantai tahbisan. Hal ini jamak dan
terjadi juga pada GNI, berpindah dari AoJ ke Keuskupan di Australia. Keadaan
ini bisa dipicu salah satunya karena pengajaran keuskupan (kepatriakhan) sudah
menyimpang. Maka hanya ada 2 jalan, mengikuti yang keliru, atau berpindah
keuskupan yang memiliki pengajaran yang benar. Sekali lagi, perpindahan ini
adalah hal wajar, sudah sering terjadi di dalam sejarah Gereja Rasuliah.
Pindahlah, tapi jangan sampai berdiri mandiri seperti Protestan, itu namanya
TERPUTUS dari rantai tahbbisan. Berdiri mandiri seperti Protestan itu berarti
keluar dari kesatuan Tubuh Mshikha.
Perbandingan dengan ajaran Gereja Nasrani
Indonesia:
Yoh 17: 6 (Dukhrana Bible Research-Peshitta Murdock-LAI) ܰܘܕ݁ܥܶܬ݂ ܫܡܳܟ݂ ܠܰܒ݂ܢܰܝ ܐ݈ܢܳܫܳܐ ܗܳܢܽܘܢ ܕ݁ܝܰܗ݈ܒ݂ܬ݁ ܠܺܝ ܡܶܢ ܥܳܠܡܳܐ ܕ݁ܺܝܠܳܟ݂ ܗ݈ܘܰܘ ܘܠܺܝ ܝܰܗ݈ܒ݂ܬ݁ ܐܶܢܽܘܢ ܘܰܢܛܰܪܘ ܡܶܠܬ݂ܳܟ݂. I have made known thy name to the men, whom thou gavest me from the world: thine they were, and thou gavest them to me; and they have kept thy word. Aku telah menyatakan nama-Mu kepada semua orang, yang Engkau berikan kepada-Ku dari dunia. Mereka itu milik-Mu dan Engkau telah memberikan mereka kepada-Ku dan mereka telah menuruti firman-Mu.
Mar Yuchnan
(Yohanes) penulis kitab ini adalah uskup untuk 7 Gereja Rasuliah yang berada di
daerah Asia Minor. Salah satu muridnya adalah Mar Polikarpus, yang kemudian menjadi Uskup di Smirna. Mar Yuchnan
sebagai seorang Uskup menulis Injil ini dengan cara mencatatkan ajaran lisan (Oral Torah/Masora) yang dia telah terima
sendiri dari Maran Yeshua. Masora adalah tradisi. Jadi, sumber dari
injil ini adalah tradisi Nasrani. Injil ini tidak turun dari langit atau hasil
bisikan dari Tuhan. Dia menuliskan injil ini untuk melawan ajaran Gnostis yang
berkembang saat itu, yang menolak bahwa sosok Yeshua adalah sosok Tuhan yang
benar-benar menjadi manusia. Kaum Gnostik meyakini Yeshua hanyalah berupa
bayangan. Hal inilah yang membuat Mar
Yuchnan menulis kepada jemaat Gereja Rasuliah bahwa Yeshua adalah Sang Miltha Alaha (Firman Tuhan) yang menjadi
manusia, ayat 1 dan 14.
Di dalam Tradisi Nasrani dijelaskan bahwa Maran Yeshua adalah seorang Rabbi Yahudi bukanlah pendeta penganut Sola Scriptura abad 16 yang tidak
mengenal tradisi. Maran Yeshua juga
bukan Rabbi Messianic Jewish yang terpengaruh Sacred Name Movemement. Semua
Rabbi Yahudi memahami tradisi dan
melakukan tradisi. Tradisi dan kitab suci (Oral dan Written Torah)
Nasrani adalah satu-kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Maran Yeshua tidak pernah mengajarkan Nama Suci dilafalkan menjadi
‘Yahweh’ kepada 12 rasul dan 70 murid yang menjadi imam-imam di Gereja Rasuliah
yang mereka dirikan. Saat para imam Nasrani memimpin peribadatan, Nama ‘Yahweh’
tidak pernah eksis di dalam siddur
(liturgi) peribadatan. Siddur Mar
Yakub HaTzadiq yang dibuat tahun 50
Masehi, siddur Mar Addai-Mar Mari yang dibuat tahun 55 Masehi,
dan siddurim Nasrani kuno lainnya
tidak pernah memuat nama ‘Yahweh’. Saat Maran
Yeshua mengucapkan “Aku telah menyatakan Nama-Mu…” maka artinya adalah Maran telah mengajarkan siapa Sosok
Tuhan Sementa Alam dan ajaran-Nya.
Semua jemaat di bawah pimpinan Uskup Mar Yuchnan di Asia Minor dan jemaat
Nasrani yang telah menyebar di abad 1 yang menerima injil Yohanes ini, tidak
pernah diajarkan bahwa Maran Yeshua
mengajarkan pelafalan nama ‘Yahweh’.
Perbandingan dengan ajaran Gereja Nasrani
Indonesia:
Nama Suci memang tidak boleh diganti-ganti
namun cara mengucapkannya bisa berubah sesuai bahasa yang dipakai jemaat di
setiap negara, misalkan ‘Tuhan’, ‘God’,
atau lainnya. Tradisi pengucapan Nama Tuhan seperti ini sudah terjadi
berabad-abad dalam berbagai cabang Gereja Rasuliah dan memang itu tidak
melanggar Torah Mshikha. Di
Indonesia, tanpa memandang rendah jemaat Gereja Rasuliah lain, jemaat Nasrani
terus melestarikan pengucapan ‘Maryah’
seperti jemaat Church of the East
pemilik Peshitta.
Jadi, kendati Nama Suci bisa berganti-ganti
itu tidak melanggar Torah Mshikha (LAI: Hukum Kristus) yang menjadi pedoman atau
UU kehidpan berjemaat kami. Mungkin ini melanggar Torah Kristen Mesianik, tidak mengapa.
Perbandingan dengan ajaran Gereja Nasrani
Indonesia:
Pelafalan Sang Nama יהוה bagi jemaat
Gereja Rasuliah adalah ‘Maryah’ bukan
‘Yahweh’. Kami melestarikan saja ajaran turun-temurun, tidak menggonta-ganti
dan tidak juga merevisinya dengan tafsiran modern atau mengikuti pemahaman sarjana-sarjana
Teologi. Para sarjana teologi bukanlah para pemimpin iman Nasrani. Para sarjana
teologi bukanlah para leluhur iman Nasrani. Ke-12 rasul dan 70 Murid yang
ditahbiskan Maran Yeshua, mereka para
pemimpin dan leluhur iman yang mengajarkan kami.
Frasa ‘Maryah’
berasal dari dua kata, ‘Mar’ artinya
‘Maran’ atau ‘Tuhan/Tuan’, sedangkan
‘Yah’ adalah Nama Tuhan. Dalam tradisi Assyria, kata ‘Mar’ selanjutnya bisa ditujukan kepada seseorang yang dihormati,
ini sebanding dengan kata ‘Sir’ di
Inggris. Contohnya, Uskup Yerusalem I, Mar
Yakub HaTzadiq dan Uskup Church of the East I, Mar Addai.
Membaca יהוה dengan ‘Yahweh’ adalah suatu tradisi baru yang dimulai oleh Sacred
Name Movement (SNM) di abad 20. Ini bertentangan dengan tradisi Nasrani
atau Gereja Rasuliah bercorak semitik. Tradisi Gereja Rasuliah semitik dalam
mengucapan Nama Suci ini mirip
(tidak terlalu sama) dengan tradisi Jawa yang mengajarkan, tidak sopan menyebut
langsung nama orang tua atau yang dituakan. Orang Jawa dididik untuk
mengucapkan kata ‘Bapak’ atau ‘Ibu’ di depan nama orang yang dihormati kendati
usianya belumlah tua. Mengucapkan dan menulis nama orang tua di sana-sini tanpa
ada kata ‘Bapak’ di depannya adalah pelanggaran tradisi. Tidak ada saksinya,
tapi pastilah ditegur oleh orang tua jika diketahui mereka.
Perbandingan dengan ajaran Gereja Nasrani
Indonesia:
Tidak semua tradisi Farisi (Talmud) yang bertentangan dengan Tradisi
Nasrani. Dalam hal ini kedua tradisi ini sama. Talmud adalah tradisi lisan yang dituliskan mulai di abad 1 Masehi.
Jumlahnya sangat banyak, lebih banyak dari kitab Tanakh karena banyak ritual dan hal detail dicatatkan kembali
supaya para penganut Judaism bisa
tahu bagaimana isi Tanakh sesuai arti
penafsiran kaum Farisi awal. Penganut Sola
Scriptura membuang tradisi dan membuat tradisi sendiri-sendiri. Lalu
denominasi Kristen Mesianik membuat tradisi mengucapkan Nama ‘Yahweh’ secara
langsung yang berbeda dengan tradisi Nasrani dan Farisi.
Perihal Talmud
adalah tulisan para rabbi,
sebenarnya Kitab Suci juga demikian. Kitab Suci tidak turun dari langit, tidak
ditulis oleh Tuhan sendiri. Keduanya penting bagi umat Yahudi dan tidak bisa
dipisahkan. Tradisi dalam Nasrani juga dituliskan oleh para pemimpin Nasrani,
ada yang menjadi kitab suci, ada yang menjadi tradisi tertulis (misnah). Baik tradisi dan kitab suci
keduanya penting, tidak boleh hanya salah satunya. Semua Kitab Suci berasal
dari tradisi, jadi bagaimana mungkin menghilangkan tradisi atau membuat tradisi
baru yang bertentangan dengan tradisi kuno?
Pebandingan dengan ajaran Gereja Nasrani
Indonesia:
Pendeta dan Rabbi-Rabbi Messianic Jewish tidak berhak untuk
membaptis seseorang untuk menjadi jemaat Nasrani, mereka hanya berhak membaptis
untuk menjadi anggota jemaat kehila modern masing-masing.[2]
Baptis air dan pemateraian adalah dua qadishotim yang berbeda dan dilaksanakan
berurutan dalam ritual inisiasi seseorang menjadi jemaat Nasrani. Dalam
inisiasi ini, seorang jemaat menjalani empat buah qadishotim (aramaik: qadasha).
Keempat ritual qadoshotim ini tidak
dituliskan detail di dalam Kitab Suci dan juga tentunya tidak ada di dalam
materi pengajaran STT. Ini hanya ada di dalam oral Torah Nasrani, diajarkan di dalam seminari-seminari
Gereja-gereja Rasuliah dari dulu sampai sekarang. Keempat ritual ini memiliki siddur masing-masing.
Yang pertama, Ritual Pengakuan Dosa. Seseorang yang berniat untuk benar-benar
menjadi jemaat, tidak hanya mengucapkan doa saja. Dia harus mengatakan
keinginannya bertobat meninggalkan kehidupan lamanya di hadapan Wakil Tuhan di
bumi, dia harus mengakui dosa-dosanya kepada Sang Imam. Dalam ritual ini Imam
akan memberikan wejangan dan menyatakan bahwa Tuhan telah menghapuskan dosanya.
Sefer Limudah 4:14 Akuilah dosa-dosamu dalam jemaat, dan janganlah melakukan ibadahmu dengan hati nurani yang jahat. Inilah jalan hidup.
Yang kedua, Ritual Baptisan Air. Ritual baptis air ini bermula dari kaum Eseni,
sering disebut juga pentahiran. Kaum Eseni adalah kaum keturunan Imam Besar
Zadok yang biasanya melakukan pentahiran dua kali sehari dengan membenamkan tubuh
ke dalam air. Mereka melakukan hal tersebut berkenaan dengan pekerjaan mereka
sebagai imam-imam yang setiap hari menjadi saksi pemotongan kurban. Pakaian dan
badan mereka amis oleh darah binatang, sehingga mereka harus mentahirkan diri.
Dengan kata lain, pentahiran ini sama saja seperti mandi di zaman modern ini.
Semua orang Yahudi yang percaya pada kemesiasan Yeshua harus dibaptis air.
Setelah itu mereka bisa disebut sebagai bagian dari jemaat Yahudi sekte
Nasrani. Mengikuti hal ini, goyim
yang percaya juga ikut dibaptis air.
Yang ketiga, Ritual Baptisan Api (Mshikna
atau pemeteraian atau Baptisan Roh Kudus). Tanda seseorang itu milik Tuhan
adalah jika di dahi mereka memiliki tanda materai. Ritual ini melibatkan adanya
minyak yang dioleskan di dahi mereka yang dibaptis. Pengolesan atau pemeteraian
ini membuat seseorang itu resmi mendapatkan julukan Mshikhanim atau Kristen, yang artinya pengikut Meshikha (Yang Diurapi). Sang Mesias diurapi, demikian juga para
pengikut-Nya diurapi atau dioleskan minyak. Bagaimana cara membuat minyak
tersebut? Apa saja bahan-bahannya? Bagaimana cara mengoleskannya? Bagaimana
cara menyimpan sisanya? Itu semua tidak ada di dalam Kitab Suci, hanya ada di
dalam Tradisi Nasrani.
Yang keempat, Ritual Qurbana Qadisha
(Perjamuan Suci). Di dalam ajaran 12 rasul Sefer Limudah semua telah
ditetapkan bahwa orang yang belum dibaptis, tidak boleh menerima Perjamuan
Suci.
Sefer Limudah 9:5 Dan jangan ijinkan satu orangpun makan atau minum Ucapan Syukurmu tapi kecuali yang telah di-mikveh kedalam sang Nama Maran. Sebab perihal kebenaran Maran telah mengatakan hal ini, “Jangan berikan perkara yang kudus kepada anjing-anjing”
Ritual ini adalah ritual yang sangat penting
dan inti dari ibadah Nasrani. Saking
pentingnya ajaran ini, saat Maran Yeshua menjelaskannya pertama kali kepada
khalayak Yehudim, banyak dari mereka
yang menolak dan pergi. Momen Perjamuan Suci adalah momen di mana jemaat
menyatu dengan Tubuh dan Darah Meshikha. Bagaimana cara membuat rotinya?
Bagaimana cara mempersiapkannya di altar? Bagaimana cara menyuapi ke dalam
mulut jemaat? Bagaimana menyimpan sisanya? Bagaimana memilih anggur yang baik?
Semua itu tidak ada di dalam Kitab yang ditulis para pemimpin Nasrani.
Inofrmasi ini terlalu banyak untuk dituliskan ke dalam kitab tertentu, ini
hanya ada di dalam tradisi (Oral Torah).
Ritual-ritual di atas bersama qadosha lainnya telah dirangkum atau
dilembagakan oleh para rasul di abad 1 Masehi. Lalu diwariskan kepada para
uskup yang ditahbiskan di semua Gereja Rasuliah untuk menggantikan posisi 12
rasul dan 70 murid. Karena satu dan lain hal, memang harus diakui adanya
perbedaan dalam ritual-ritual penting ini, namun demikian, itu semua adalah
perbedaan minor. Semua uskup di Gereja Rasuliah memahami adanya urut-urutan
ritual dalam proses entenisasi seseorang kepada Sang Mshikha Yeshua. Tidak ada dari mereka yang membaptis dengan
cara baru seperti menyelam seseorang dengan cara mengucapkan Nama ‘Yahweh’.
Jenis baptisan air di dalam ajaran Nasrani
ada 2 (dua) jenis, yaitu selam dan tuang. Dalam ritual, air yang dipakai
haruslah air yang mengalir, oleh karena itu dua jenis baptisan ini bisa dianggap
sah. Baptis tuang biasanya dilakukan pada daerah yang kekurangan air atau
terhadap orang yang sedang terbaring sakit. Tidak mungkin orang sekarat yang
mau bertobat harus diselam, bisa-bisa mempercepat kematiannya bukan? Salah satu
kitab yang bisa dijadikan referensi Baptisan Nasrani adalah Sefer Limudah.
Sefer Limudah 7:1 Dan tentang penyelaman, demikianlah kamu menyelamkan diri setelah mendaraskan semua aturan-aturan ini. Menyelamlah dalam Nama sang Bapa dan sang Anak dan sang Roh Kudus, dalam air mengalir [hidup]. 7:2 Dan jikalau tidak ada air mengalir [hidup], mikveh dalam air lain. Dan jika tidak bisa menyelam dalam air dingin, maka dalam air hangat pun boleh. 7:3 Dan jika tidak ada, tuangkanlah air tiga kali pada kepada, dalam Nama sang Bapa dan sang Anak dan sang Roh Kudus.
Tradisi Baptis atau Materai dengan Nama
Yahweh oleh seorang pendeta adalah suatu tradisi anyar abad 21 yang terjadi di
Indonesia. Ini adalah tradisi yang asing di mata jemaat Nasrani kuno.
Perbandingan dengan ajaran Gereja Nasrani
Indonesia:
Yeshua
tidak pernah menyebut nama ‘Yahweh’. Para rasul tidak pernah menyebutkan nama
‘Yahweh’ Jemaat Nasrani sejak abad 1, tidak pernah diajarkan mengucap Nama
‘Yahweh’. Sang
Nama Kudus יהוה tidak
pernah diucapkan demikian. Jemaat di dalam peribadatan mengucapkan nama ‘Maryah’ saat membaca tetragrammaton (ditambah tradisi membuat
Tanda Salib). Hanya Imam Tertahbis atau jajaran keimamatan saja yang diizinkan
mengucapkan Sang Nama di hadapan Altar dengan memakai Siddur Peribadatan Kuno Nasrani. Cara memasyurkan Sang Nama bagi
umat Nasrani adalah dengan melestarikan ajaran Nasrani semitik dari abad ke
abad. Dengan demikian makin banyak orang yang akan masuk ke dalam Perjanjian
Baru dan diselamatkan.
10. Ajaran
KM: Bapa-bapa Gereja seperti Origen dan Jerome menyatakan adanya Nama Yahweh
dalam Septuaginta dan naskah-naskah
PB yunani.[3]
Perbandingan dengan ajaran Gereja Nasrani
Indonesia:
Tidak ada 1-pun Bapa-bapa Gereja Rasuliah
yang mengajarkan atau menyatakan bahwa ada nama ‘Yahweh’, baik di dalam Septuaginta apalagi di dalam Kitab-kitab
PB. Origen (185-232) adalah seorang Imam (Presbiter)
dari Gereja Coptic Alexandria, lalu Jerome (342-420) yang ditahbiskan menjadi
Imam (Presbitter) di Gereja Syria
Ortodoks Antiokia. Kedua Gereja Rasuliah ini, Coptic (dari rasul Mar Markus) dan Syria (dari Rasul Mar Keipha/Petrus) adalah Gereja Purba
yang besar yang terus melestarikan ajaran kerasuliahan yang mengizinkan Nama
‘Allah’ tercatat dalam Kitab terjemahan dan siddur
peribadatan mereka. Mereka sama sekali tidak mengajarkan nama ‘Yahweh’ sebagai
nama Tuhan yang harus disebut-sebut.
Gereja Nasrani Indonesia masih memiliki
rantai tahbisan dari Gereja Syria Ortodoks. Keuskupan GNI di Australia adalah
Putri dari Gereja Syria Ortodoks, oleh karena itu, kami juga mewariskan ajaran
mereka dan tidak pernah mendapat ajaran ada Bapa Gereja Syria yang menyebut
nama ‘Yahweh’ atau mengajarkan nama ‘Yahweh’ ada di dalam naskah PB.
Gereja-gereja Kristen Mesianik di Indonesia
dan komunitas-komunitas Messianic Judaism
Modern di seluruh dunia tidak punya benang merah keterkaitan dengan Gereja
Coptic dan Syira Ortodoks. Mencatut dua nama besar Imam Gereja Rasuliah untuk
mendukung ajaran modern Mesianik adalah tindakan yang tidak terpuji.
Ibrani 10:26 “Sebab jika kita sengaja berbuat dosa, sesudah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran, maka tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa itu.”
Secara tradisi GNI meyakini bahwa Kitab
Ibrani adalah salinan pengajaran-pengajaran Mar
Shaul kepada orang-orang Yahudi saat dia mendekam di dalam dipenjara.
Kemungkinan lain, kitab ini ditulis oleh Mar
Yakub HaTzadiq yang menerima banyak input ajaran dari kaum Esseni Messianic Kuno.
Kitab Ibrani dan khususnya ayat Ibrani 10:26
sama sekali tidak ada hubungan dengan Nama ‘Yahweh’ yang didengung-dengungkan
oleh peganut Sacred Name Movement di
abad 20. Kitab Ibrani disinyalir ditulis oleh Mar Shaul berupa kumpulan pengajaran kepada jemaat Nasrani awal
yang berdarah Yehudim. Sejak abad 1 Masehi para rasul dan 70 Murid termasuk Mar Shaul berpencar dalam ladang-ladang
penginjilan dan mendirikan Gereja-gereja Rasuliah, mereka tidak pernah
mengajarkan nama ‘Yahweh’. Nama asing ini tidak pernah dicatatkan di dalam siddur dan kitab-kitab.
Pada pasal 10, penulis kitab ini menyinggung Torah Sinai (LAI: Hukum Taurat) yang
mengharuskan adanya penyembelihan kurban-kurban (ayat 1), lalu darah kurban
hewan tersebut tidak mungkin bisa menghapus dosa manusia (ayat 4), maka harus
ada Kurban Yeshua (ayat 12) untuk menghapus dosa manusia. Darah-Nya adalah
Darah Perjanjian. Kemudian, penulis menyinggung tentang keimamatan (ayat 21),
lalu menyinggung peribadatan (ayat 25), kedua ayat ini menjelaskan adanya
jemaat Gereja Rasuliah yang dipimpin oleh Imam Besar Yeshua dan tentunya
imam-imam di bawah-Nya, lalu beribadah kepada Tuhan melalui imam-imam tersebut
sesuai siddur Nasrani yang telah ditetapkan di abad 1 Masehi, contohnya siddur Mar Yakub HaTzadiq.
Jemaat Nasrani tidak pernah beribadah dengan menggunakan siddur Messianic Judaism Modern. Jemaat Nasrani
tidak akan bisa beribadah tanpa bimbingan Imam-imam.
Berikutnya penulis menyinggung perihal
hukuman bagi yang berdosa (ayat 26), kemudian siapa yang dimaksudkan penulis
bagi mereka yang ‘menganggap najis Darah Perjanjian’ (ayat 29). Ini menjelaskan
bahwa yang dimaksudkan orang yang berdosa dan bagi dosanya tidak ada korban
lagi adalah mereka yang sudah masuk ke dalam bilangan jemaat Nasrani lalu
murtad keluar. Ini menceritakan mereka yang sudah dibaptis oleh para rasul
(imam-imam Tertahbis) dan memakan Perjamuan Suci (termasuk minum Darah
Perjanjian), lalu keluar dari jemaat. Bagi merekalah tidak ada lagi kurban
penghapusan dosa.
Jadi ayat Ibrani 10:26, bukan tentang hukuman
bagi mereka yang menolak Nama ‘Yahweh’, melainkan bagi mereka yang murtad dari
jemaat Nasrani. Penafsiran ayat Ibrani yang keluar dari konteks ini adalah
karena memang para pengajar Kristen Mesianik tidak punya hubungan dengan kaum
Nasrani kuno, sehingga mereka tidak memahami Tradisi Nasrani di balik ayat-ayat
kitab suci termasuk kitab Ibrani ini. Tradisi terlebih dahulu ada, barulah ada
kitab suci.
Perbandingan dengan ajaran Gereja Nasrani
Indonesia:
Rom 8: 11 (Dukhrana Bible Research-Peshitta Lamsa-LAI) ܘܶܐܢ ܪܽܘܚܶܗ ܕ݁ܗܰܘ ܡܰܢ ܕ݁ܰܐܩܺܝܡ ܠܡܳܪܰܢ ܝܶܫܽܘܥ ܡܫܺܝܚܳܐ ܡܶܢ ܒ݁ܶܝܬ݂ ܡܺܝܬ݂ܶܐ ܥܳܡܪܳܐ ܒ݁ܟ݂ܽܘܢ ܗܰܘ ܡܰܢ ܕ݁ܰܐܩܺܝܡܶܗ ܠܝܶܫܽܘܥ ܡܫܺܝܚܳܐ ܡܶܢ ܒ݁ܶܝܬ݂ ܡܺܝܬ݂ܶܐ ܐܳܦ݂ ܠܦ݂ܰܓ݂ܪܰܝܟ݁ܽܘܢ ܡܺܝܬ݂ܶܐ ܢܰܚܶܐ ܡܶܛܽܠ ܪܽܘܚܶܗ ܕ݁ܥܳܡܪܳܐ ܒ݁ܟ݂ܽܘܢ And if the Spirit of Him who raised our LORD Jesus Christ from the dead dwells within you, so he who raised Jesus Christ from the dead will also quicken your mortal bodies by his Spirit that dwells within you. Dan jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, diam di dalam kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh Roh-Nya, yang diam di dalam kamu.
Surat kiriman (Igeret) Roma adalah hasil karya Uskup Mar Shaul (Paulus). Mar
Shaul ditahbiskan menjadi uskup oleh para uskup (penatua) di Antiokia, hal ini
tercatat di dalam Kis 13:1-3. Di abad 1 Masehi jabatan Imam dan Uskup (Presbitter dan Bishop) masih belum dibedakan. Jabatan ini memiliki hak untuk
menahbiskan murid menjadi uskup. Atau bisa dibilang, uskup menahbiskan uskup.
Karena itu, Mar Shaul bisa melantik
Mar Timotius menjadi uskup di Efesus tahun 65 Masehi dan melantik Mar Linus juga untuk menjadi uskup di
Roma. Semua jemaat Nasrani selalu dipimpin oleh uskup, demikian juga dengan
jemaat di Roma. Di kota inilah jemaat berkembang dan akhirnya menjadi suatu
kepatriakan besar yang dipimpin oleh Paus. Paus adalah nama administrisi, orang
yang menjabatnya adalah seorang uskup juga. Paus (Bishop) memimpin Gereja Katolik Roma sampai di abad 21 ini.
Surat Roma memang ditujukan awalnya khusus
untuk jemaat Gereja Rasuliah di Roma, namun saat kitab-kitab Nasrani mulai
dikanon oleh masing-masing Gereja Rasuliah, Igeret
ini dijadikan salah satu kitab pedoman pengajaran yang mendukung
Pernyataan-pernyataan Yeshua di Injil. Jadi, posisi Igeret ada di bawah Injil. Surat Kiriman Roma ini sekarang dipegang
oleh semua Gereja Rasuliah di bumi ini yang terus melestarikan Pentahbisan
uskup-uskup sebagai pewaris ajaran Nasrani dan sebagai Wakil Tuhan di bumi.
Jutaan uskup yang sudah wafat dan masih hidup
saat ini, termasuk uskup Gereja Nasrani Indonesia tidak pernah mengajarkan ayat
Roma 8:11 ini berkenaan dengan Nama ‘Yahweh’. Tidak ada satupun nama ‘Yahweh’
di dalam Igeret ini. Tidak pernah ada
pesan tentang nama ‘Yahweh’ di dalam Igeret
lainnya.
Ajaran kebangkitan dalam Nasrani adalah
setiap manusia yang wafat akan meninggalkan tubuh duniawinya (tanah kembali ke
tanah), dan mengambil ‘Tubuh Yang Baru’. Tubuh inilah yang dibangkitkan dan
memasuki alam roh.
Perbandingan dengan ajaran Gereja Nasrani
Indonesia:
Penganut Judaism
dan Nasrani yang keluar dari Rahim agama Yahudi ini tidak pernah melarang orang
untuk menyebutkan ‘Halleluyah’. Semua orang boleh menyebut dua kata yang
disambung menjadi satu ini. Menyembah Maryah
Allah dengan menyebut ‘Haleluyah’ sama sekali tidak melanggar UU di republik ini,
tidak melanggar Halakah, tidak
melanggar Torah Mshikha. Sekalipun
ada satu agama yang mematenkan kata ‘Haleluyah’ untuk menjadi milik mereka, hal
tersebut tidak bisa menghentikan seseorang menyebutkannya.
14. Ajaran
KM: ‘Allah’ itu berasal dari nama Dewa Pagan[4], janganlah diucapkan karena melanggar perintah Tuhan di
Kel 23:13.
Perbandingan dengan ajaran Gereja Nasrani
Indonesia:
Baik Judaism dan Nasrani memperbolehkan
umatnya untuk mengganti kata ‘Eloah’
(ibrani) menjadi kata ‘Allah’ (Arab).
Kata adalah suatu sarana atau wadah
untuk mentrasportasikan suatu makna. Jadi
yang terpenting adalah makna di dalam wadah kata tersebut, bukan wadahnya yang
harus diributkan.
Ayat Keluaran
23:13 itu adalah perintah Tuhan untuk bangsa Israel bukan kepada pendeta dan
umat goyim yang dipimpinnya. Lalu
maknanyapun bukan berarti nama sesembahan agama lain tidak boleh diucapkan.
Perhatikan bahwa kata ‘El’, ‘Baal’, ‘Kosher’, dan kata ‘Shamayim’
adalah kata-kata Ibrani yang diserap dari bahasa lain yang merupakan nama-nama
dewa Kanaan. El bahkan merupakan nama
dewa tertinggi bangsa Kanaan.[5]
Hampir semua gereja di Indonesia pernah menyanyikan lagu dengan judul ‘El Shaddai’. Mereka tidak pernah
menyembah dewa Kanaan.
Kitab
Keluaran adalah 1 dari 5 kitab Mosha yang berisi tentang proses keluarnya
bangsa Israel dari tanah penjajah Mesir dengan pertolongan Tuhan. Setelah Tuhan
membawa keluar bangsa ini, di tengah gurun Sinai, Tuhan mengikatkan diri-Nya
dengan 12 suku Israel ini dalam suatu perjanjian. Perjanjian ini disebut juga
Perjanjian Sinai. Lalu karena bangsa Israel tidak bisa memegang isi perjanjian
ini maka umat Nasrani meyakini bahwa perjanjian ini batal, bangsa Israel
dibuang ke Ashur, 720 SM dan bangsa Yehuda di buang ke Babilon pada 586 SM.
Mereka dibuang karena mereka menyembah berhala Kanaan. Jadi perintah-perintah
Tuhan pada kitab Keluaran-Imamat-bilangan-ulangan itu diperuntukkan khusus
untuk bangsa Israel, sekali lagi bukan kepada Gereja di abad 21. Kita harus
paham cara membaca kitab sesuai konteksnya, jangan dicabut ke luar konteks.
Perbandingan dengan ajaran Gereja Nasrani
Indonesia:
Kata ‘Eloah’
(ibrani) bisa diganti dengan ‘Allah’ atau kata apapun sesuai dengan bahasa yang
berlaku pada suatu negara. Pewaris ajaran Nasrani yang bermukim di timur tengah
seperti Gereja Ortodoks Syria dan Church
of The East yang mengucapkan ‘Allah’, tidak pernah bermaksud untuk
menyembah atau berdoa kepada sesembahan muslim. Para Imam Tertahbis di Gereja
Rasuliah ini tidak pernah mewarisi pengajaran Anti-Allah, mereka juga tidak
pernah mendapatkan wahyu ilahi untuk melarang Jemaat Nasrani untuk
mengucapkannya.
Perbandingan dengan ajaran Gereja Nasrani
Indonesia:
Umat Nasrani Yehudim awal di abad 1 memang
tidak menyebut ‘Allah’ melainkan ܐܠܗܐ dibaca ‘Alaha’
(Aramaik timur) atau ‘Aloho’ (Aramaik
barat). Di dalam sinagoge, text Ibrani yang mereka baca adalah אֱל֫וֹהַּ ‘Eloah’ atau אֱלֹהִים ‘Elohim’. Mereka tidak berbahasa Arab,
jadi kata ‘Allah’ itu asing bagi mereka. Asing, tapi mereka tidak anti seperti
halnya penganut Islamologi ajaran dr Suradi. Umat Nasrani di Timur Tengah
mengucapkan nama ini dalam peribadatan mereka, khususnya sejak abad 7 dimana
Bahasa Arab mendominasi Bahasa Aramaik yang mereka gunakan. Perhatikan contoh
seorang jemaat Church of The East
yang menuliskan ‘God Bless You’ dalam
bahasa arab di bawah ini:
Gereja ini sudah ada sejak abad 1, sejak Mar Addai-Mar Mari menginjil ke daerah Edessa lalu menyingkir ke Mesapotamia
bertemu dengan komunitas Gereja Rasuliah lain di bawah pimpinan Mar Thoma. Jadi, tidak benar adanya
pengajaran yang mencatut nama Nasrani yang anti menyebut nama ‘Allah’.
Perbandingan dengan ajaran Gereja Nasrani
Indonesia:
Semua terjemahan harus mengikuti aturan baku
tata bahasa ke mana suatu naskah itu diterjemahkan. Apakah para penerjemah LAI
punya kompetensi Bahasa Ibrani, Yunani, dan Indonesia? Silahkan bertanya pada
mereka untuk klarifikasi hal ini. Jemaat Nasrani Indonesia memilih tetap
melestarikan kata ‘Alaha’ (Aramaik)
untuk penerjemahan ke dalam Bahasa Indonesia. Aramaik adalah bahasa kuno yang
menjadi bahasa sehari-hari Maran
Yeshua dan para rasul. Hanya Mar
Shaul (Paulus) saja yang lancar menggunakan Bahasa Yunani di antara 12 rasul
awal. Ada beberapa istilah Aramaik yang terus dipertahankan oleh penerjemah GNI
dalam menulis siddur atau barisan
ayat-ayat Peshitta. Hal ini dikarenakan kandungan makna dalam kata Aramaik
tersebut jika diterjemahkan bisa menjadi bias. Tidak adanya kata ‘Allah’ di
dalam siddur dan buku-buka materi seminari St Basil bukan berarti GNI adalah penganut
Islamologi Anti Allah yang dipelopori oleh Alm dr Suradi.
Perbandingan dengan ajaran Gereja Nasrani
Indonesia:
- Generalisasi,
perubahan makna menjadi lebih luas dari sebelumnya.
- Spesialisasi,
perubahan makna menjadi lebih sempit dari sebelumnya.
- Sinestesia,
makna menjadi tertukar,
- Asosiasi,
perubahan makna kata karena memiliki persamaan sifat.
- Peyorasi,
perubahan makna kata menjadi buruh dari sebelumnya.
- Amelia,
perubahan makna kata menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Jadi, kalau dilihat dari ilmu bahasa EYD
(Ejaan Yang Disempurnakan) Bahasa Indonesia kita di atas, maka kata ‘Allah’
yang dipakai oleh jemaat Nasrani di Arab mengalami perubahan kata ‘Amelia’.
Kata tersebut yang dulunya dipakai untuk penyembahan kaum non Nasrani, diserap
dan dijadikan kata dengan kandungan ajaran yang berbeda sehingga artinya
menjadi lebih baik.
Kosakata Bahasa Indonesia sendiri menyerap
beberapa kata yang dahulunya bermakna Nama Dewa suatu agama kuno. Misalnya
antara lain: ‘Surya’, adalah nama
Dewa Matahari bangsa India Kuno, ini berubah makna menjadi sinonim dari kata
‘matahari’. Lalu kata ‘Hyang’ yang
merupakan nama lain dari Dewa Siwa agama Hindu (Sang Hyang Widi Wasa atau Tuhan
Yang Maha Kuasa)[6],
nama ini diserap dan menjadi kata ‘sembahyang’. Arti kata ‘sembahyang’ bukan
lagi menyebah Dewa Siwa agama Hindu, melainkan beribadah sesuai kepercayaan
masing-masing. Dewi ‘Sri’ adalah
nama dewi kesuburan di Pulau Jawa. Nama ini banyak diadopsi oleh wanita-wanita
Jawa. Tentunya mereka bukan bermaksud untuk menyerupai atau menyembah dewi ini
dengan menamai anak mereka dengan nama yang sama.
Perubahan makna kata ini adalah hal yang
wajar terjadi pada peradaban umat manusia. Umat Israel juga mengalami hal ini
saat mereka menyerap kata ‘El’ untuk mereka tuliskan ke dalam siddur dan kitab suci Tanakh, padahal kata ‘El’ tersebut
adalah Nama Dewa Tertinggi dari orang Kanaan Kuno. Tentu saja, mereka mengganti
makna dari kata ini. Ajaran ‘El’ bangsa Israel itu berbeda dengan ajaran ‘El’
bangsa Kanaan. ‘El’ adalah Sang Bapa sementara ‘Asherah’ adalah Sang Bunda dari
semua dewa Kanaan. Seperti yang tertulis dalam prasasti Ugaritik.[7]
Iman Nasrani tidak pernah bertentangan dengan
sejarah. Iman Nasrani adalah penyembahan kepada Sang ‘El’ Maryah yang memiliki kandungan ajaran awal bercorak semitik abad 1
Masehi. Ini bukanlah penyembahan kepada sesembahan agama lain yang memiliki
ajaran yang berbeda. Nasrani dan Islam adalah dua agama yang berbeda. Kendati
memiliki nama atau kata sesembahan yang sama, bukan berarti ajarannya sama.
Perbandingan
dengan ajaran Gereja Nasrani Indonesia:
Tuhan tidak
plin-plan, kalau Dia tidak mempermasalah umat Nasrani di Arab mengucapkan
‘Allah’ dalam peribadatan pada abad awal sampai sekarang, maka Dia juga tidak
mendorong MA Malaysia untuk melarang umat Kristen mengucapkan kata ini.
Perbandingan
dengan ajaran Gereja Nasrani Indonesia:
Tuhan itu
maha tahu, sebelum manusia mengucapkan doa untuk kebutuhannya, Tuhan sudah
paham. Bahkan sebelum si manusia itu dilahirkan, Tuhan sudah tahu detail
kebutuhannya, Dia merancangkan kebaikan untuk manusia yang Dia ciptakan. Doa
adalah sarana manusia memiliki hubungan intim dengan Tuhan yang bisa disebut
dengan banyak nama.
Perbandingan
dengan ajaran Gereja Nasrani Indonesia:
Nama ‘Yahweh’
dan nama ‘Allah’ memang tidak pernah ada di dalam Kitab Suci Nasrani, baik yang
berbahasa awal Aramaik ataupun Yunani. Kedua nama ini asing, tidak ada.
Setiap gereja
memiliki halakha-nya masing-masing.
Kalau Kristen Mesianik yang lahir di abad 21 ini memiliki tradisi tidak
mengucapkan nama ‘Allah’ itu kami hormati, silahkan terus pertahankan. Tradisi
Nasrani yang kami pegang sejak abad 1 berbeda.
Kitab suci
dalam PB ditulis dari tradisi-tradisi Nasrani oleh Gereja Rasuliah. Kitab Suci
tadinya dituliskan hanya untuk jemaat Gereja Rasuliah saja, misalnya Igeret
Roma, ini adalah tulisan Mar Shaul
untuk jemaat Gereja Rasuliah yang kemudian dipimpin oleh Uskup Mar Linus, murid Mar Shaul dan Mar
Clementinus, murid Mar Keipha. Lalu
Kitab Wahyu, ditulis oleh Mar Yuchnan
(Yohanes) untuk Gereja-gereja Rasuliah di Asia Minor. Gereja-gereja ini lalu
dinaungi oleh Gereja Ortodoks Syria kemudian caplok ke dalam wilayah Gereja
Byzantium. Kitab-kitab di abad 2 dan seterusnya dituliskan juga adalah kitab yang
diperuntukkan kepada jemaat Gereja Rasuliah, bukan untuk umat Hindu, Budha,
Islam, dan juga bukan untuk gereja non rasuliah di abad 21 ini.
Seiring waktu
berjalan, kitab suci Gereja Rasuliah ini menyebar terutama sejak dimulainya
ajaran Sola Scriptura (hanya
berpedoman pada Kitab Suci). Semua tidak mau tunduk pada Imam Tertahbis, semua
mengaku bahwa masing-masing adalah jemaat dan sekaligus imam. Semua orang tidak
lagi berada di dalam kesatuan jemaat gereja pewaris ajaran para rasul. Mereka
berbondong-bondong untuk memiliki, membaca, dan yang mengherankan adalah berani
menafsirkan ayat-ayat kitab suci tanpa memahami tradisi. Dari era inilah muncul
terjemahan kitab yang beraneka macam bahasa. Dan dalam Bahasa Arab, kata
‘Allah’ itu ada.
Umat Nasrani
tidak mempermasalahkan bahwa kitab Nasrani ini menyebar dan dikomersilkan, uang
masuk ke kantong penerjemah dan pihak percetakan. Tidak menjadi masalah. Dan saat ada terjemahan yang mencantumkan
kata ‘Allah’ juga tidak masalah. Saat ini jemaat Gereja Rasuliah yang
bermukim di Arab juga menggunakan bahasa Arab yang di dalamya tentu ada kata
‘Allah’. Ini tidak menjadi persoalan.
Perbandingan
dengan ajaran Gereja Nasrani Indonesia:
Nama Mesias
disebutkan beragam dalam jemaat Nasrani yang tersebar ke banyak negara dengan
bahasa-bahasa yang berbeda. Di Mesopotamia disebut ‘Eashoo’ dan ‘Eashoa’, di
Roma dan Konstantinopel disebut ‘Iesous’, di Arab disebut ‘Isa’, dan lain-lain.
Nama-nama ini telah dituliskan ke dalam siddur
Nasrani dari abad ke abad. Perubahan nama akibat perbedaan bahasa ini sering
disebut sebagai ‘transliterasi’. Transliterasi ini adalah hal wajar dalam
sudut pandang bahasa. Transliterasi bisa terjadi karena bahasa dan logat di
dunia ini tidak ada yang sempurna. Semua ada kelebihan dan kekurangannya. Nama
Ibrani ‘Yeshua’ menjadi ‘Iesous’ akibat di dalam kosakata Yunani tidak ada
huruf ‘Y’ lalu akhiran ‘a’ hanya untuk nama wanita. Jika nama ‘Yeshua’
dipertahankan maka mereka akan menganggap Sang Mesias ini adalah wanita atau
kewanita-wanitaan.
Di Indonesia,
jemaat Nasrani dididik untuk melestarikan nama Ibrani-Nya: ‘Yeshua’. Keuskupan
GNI di Australian yang biasa menggunakan Bahasa Inggris, mereka menyebutnya,
‘Jesus’. Nama transliterasi bisa berbeda, namun ajaran-Nya jangan. Jemaat
Gereja Nasrani Indonesia tidak diajarkan merasa paling benar karena menyebutkan
nama Ibraninya, dan tidak memandang rendah mereka yang mengucapkannya sesuai
rasa budaya masing-masing di Indonesia. Yang penting bukan nama asli atau
translasinya, yang penting adalah ajaran-Nya yang membuat moralitas kita
menjadi baik.
Perbandingan
dengan ajaran Gereja Nasrani Indonesia:
Para imam
Nasrani tidak pernah mengajarkan nama ‘Jesus’ berasal dari nama dewa tertinggi
Yunani ‘Zeus’. ‘Jesus’ itu berasal dari ‘Iesous’ yang ditranslasikan dari
‘Yeshua’. Akhiran ‘a’ dalam budaya Bahasa Yunani biasanya digunakan untuk nama
wanita, sehingga menyebut nama ‘Iesua’ akan membuat mereka menjadi canggung.
Itulah sebabnya mereka menyebutnya dengan ‘Iesous’, mereka tidak memiliki
perbendaharaan huruf ‘Y’. Perubahan nama ini tidak akan disertai perubahan
ajaran kalau saja ajaran tradisi dan kitab suci Nasrani terus wariskan dari
abad ke abad.
Perbandingan
dengan ajaran Gereja Nasrani Indonesia:
Jemaat
Nasrani tidak pernah memperdebatkan Nama Mesias. Namun nama ‘Yahshua’ tidak
pernah kami pakai selama 21 abad ini.
Perbandingan
dengan ajaran Gereja Nasrani Indonesia:
Sunat adalah
tradisi dari pewaris ajaran Farisi. Ritual sunat adalah bagian dari tradisi
dalam Torah Sinai (LAI: Hukum Taurat)
yang ditarik kebelakang lagi dipegag oleh keturunan Avraham. Sunat dalam agama
Yahudi bukanlah sunat dengan mantri atau dengan dokter. Ritual sunat Yahudi
meliputi keterlibatan mohel (si
penyunat), dua orang tua yang disunat, kursi kosong Eliyahu, kakek dari yang
disunat, dan lain-lain. Ritual ini berjalan sesuai siddur.
Bagi umat
Nasrani Goyim (Kristen), sunat
tidaklah dibebankan. Ini sudah merupakan keputusan Konsili Yerusalem th 50M
yang dipimpin oleh Uskup Mar Yakub HaTzadiq dan Uskup Mar Keipha (Petrus). Semua pemimpin Nasrani awal, yaitu 12 rasul
(minus Yudas Iskaryot) ditambah 70 murid menghadiri konsili pertama tersebut
sebelum mereka berrpencar untuk mendirikan Gereja-gereja Rasuliah. Cerita
tentang konsili besar ini sekilas tercatat di dalam kitab Kisah Para Rasul
pasal 15. Ada perbedaan ajaran yang meruncing di antara jemaat. Kelompok
Ebionit yang menekankan bahwa goyim
Nasrani harus disunat sesuai ritual Yahudi, kelompok ini melawan Mar Shaul (Paulus) dan lainnya. Ebionit
dinyatakan salah, lalu secara bertahap mereka keluar dari Nasrani di abad 2 dan
punah. Punahnya mereka bukan berarti ajarannya juga punah.
Kaum Ebionit
adalah mereka yang meyakini Yeshua sebagai Sang Mesias namun tidak meyakini
keilahian-Nya juga. Ajaran mereka sempat mempengaruhi Uskup Gereja Coptic
Alexandria sebelum pada akhirnya diekskomunikasi atau dikucilkan. Pengajaran
mereka dicontek oleh penggagas ajaran Saksi Yehova, Churles Taze Rushell di
abad 19. Ajaran ini juga berkembang dengan baik di Indonesia sekarang.
Kembali ke
konsili Yerusalem dan sunat, sejak abad 1 sampai 21 ini umat Nasrani mematuhi
hasil konsili tersebut. Tidak perlu sunat jasmani untuk menjadi jemaat Nasrani.
Jika sunat untuk alasan medis, itu lain masalah. GNI hanya mewariskan dan
berusaha melestarikan keputusan Konsili Yerusalem yang masih dipimpin oleh para
rasul Yahudi.
Perbandingan
dengan ajaran Gereja Nasrani Indonesia:
Sejarah membuktikan
bahwa ajaran Maran Yeshua diwariskan
kepada Gereja-gereja Rasuliah, bukan kepada komunitas Messianic Judaism Modern. Ketidakpahaman sejarah bisa membuat
seseorang salah persepsi dan akhirnya salah ikut pengajaran. Messianic Judaism tidak mewarisi tradisi
Nasrani tetapi malah mewarisi tradisi Farisi. Gereja Rasuliah sudah ada sejak
abad 1 sampai abad 21 kini, sementara MJ
Baru muncul di abad 19.
Perbandingan
dengan ajaran Gereja Nasrani Indonesia:
Perayaan di
dalam Torah Sinai berbeda dengan
perayaan yang ada di dalam Torah
Mesias (Gal 6:2). Mengapa demikian? Karena Moedim
(7 perayaan Yahudi) adalah bagian dari Torah
Sinai dan Torah Sinai hanyalah
bayangan[8]
tentang Mesias Yeshua yang telah datang pada masa Perjanjian Baru. Semua
perayaan pada PB terfokus pada diri Yeshua. Perayaan paling utama adalah Pesakh. Jemaat Nasrani tidak lagi
merayakan Moedim seperti layaknya
kaum Yahudi termasuk Messianic Jewish
merayakannya.
Kami jemaat Nasrani Katolik Orthodoks Kuno
Satu Rasuliah (GNI) merayakan perayaan Pesakh melebihi kaum Yahudi sendiri di mana Pesakh tersebut dirayakan setiap saat yang kami
sebut sebagai Qurbana Qadisha (Perjamuan Suci). Perayaan Savuot, setiap saat dilayangkan dalam Doa Epiklesis
atau Shekinah dalam ibadah. Perayaan Roti Tak
Beragi ada di dalam bahan Perjamuan Suci, yaitu Roti
Tidak Beragi, Perayaan Buah Sulung sebagai Hari Kebangkitan Maran yang dirayakan tiap hari pertama atau Yom Rishon (Minggu).Yom Kipurim dirayakan setiap saat di depan altar, di mana
imam memberikan absolusi pengakuan dosa. Perayaan Sukkot, dirayakan setiap saat di mana kami
manunggal (bersukka) dengan Tubuh dan Darah Yeshua. Perayaan Peniupan
Terompet atau Shofar selalu dilakukan setiap saat kami menghadap
Kiblat Timur dengan konsep Maranatha
dalam memulai ibadah. Ketujuh perayaan dalam perintah Torah adalah bayangan dari apa yang terjadi di dalam Torah haMashiakh seperti yang leluhur iman kami lakukan di atas sejak
abad pertama.
Di daerah
lain, penanda waktu untuk memulai ibadah bisa menggunakan alat music sesuai
budaya lokal, misalnya Gong di India, atau lonceng di Eropa. Jika jemaat
Nasrani berkembang di daerah Sunda, maka bisa saja sofar digantikan dengan angklung, di Sumbar meniup Bansi, di Maluku
diganti Tahuri, dan yang lainnya.
Jadi, jemaat
Nasrani merayakan 7 Moedim dengan
cara yang berbeda, dengan cara sesuai Torah
Mshikha. Perayaan Moedim Nasrani
selalu dipimpin oleh imam, sementara perayaan Moedim Judaism dipimpin rabbi Yahudi.
Perbandingan
dengan ajaran Gereja Nasrani Indonesia:
Umat Kristen
atau Nasrani dididik untuk melakukan dan tuduk pada Torah Mesias (LAI: Hukum Kristus, Gal 6:2) bukan Torah Sinai (LAI: Hukum Taurat). Di dalam masa Perjanjian Baru ini,
melakukan Torah Sinai adalah hal yang
bisa mematikan iman.
Rom 4:14 (LAI) Sebab jika mereka yang mengharapkannya dari hukum Taurat, menerima bagian yang dijanjikan Allah, maka sia-sialah iman dan batallah janji itu.
Bahkan umat
Yahudi sendiri tidak bisa melakukan Torah
Sinai apa adanya. Mereka melakukan pendekatan Torah Musa ini akibat hancurnya Bait Suci Yerusalem II di tangan
Jendral Titus pada tahun 70 Masehi. Karena peribadatan Yahudi berpusat pada
bagunan tersebut, maka mereka berkumpul pada Konsili Yavne di tahun 90 Masehi
untuk merumuskan peribadatan yang baru. Hasilnya mereka merubah peribadatan
dari peribadatan Bait Suci yang dipimpin oleh imam-imam Lewi, diganti dengan
peribadatan Sinagoga yang dipimpin oleh para Rabbi. Kurban digantikan dengan pertobatan, doa harian, dan
sedekah. Mereka mulai menuliskan tradisi lisan, lalu mereka sebut sebagai Talmud. Adanya Talmud diharapkan supaya ajaran Judaism
bisa Lestari sampai ke abad modern. Dengan demikian HaTorah yang mereka lakukan tidaklah penuh, sampai Sang Mesias yang
mereka nantikan datang untuk membangun Bait Suci III Yerusalem. Demikian yang
diyakini kaum Farisi Judaism ini.
Melakukan
Hukum Taurat apa adanya di zaman modern di Indonesia adalah hal yang tidak
mungkin. Mengapa? Ada 3 komponen penting yang harus ada untuk menjalankan Torah ini, yaitu Bangunan Bait Suci,
Dewan Sanhendrin, dan keimamatan. Bait Suci sebagai tempat ritual pengampunan
dosa dan pusat pelayanan. Dewan Sanhendrin bertugas sebagai dewan pengadil,
supaya semua berjalan tertib dan ada hukuman yang jelas. Lalu ada keimamatan
sebagai wakil Tuhan di bumi. Nah apakah ketiganya ada? Tidak. Apakah hukum
rajam bisa dilakukan di Indonesia? Tentu saja bagi yang coba-coba melakukan
bagian dari Torah Sinai ini akan
masuk penjara. Apakah ada yang tunduk pada keturunan Lewi di sini? Tidak ada
juga. Jadi memang suatu hal yang mustahil melakukannya. Sedangkan kalau mau
melakukan Hukum Taurat seperti yang dilakukan oleh kaum Yahudi, itu artinya
jelas-jelas mengunyah dan memakan ragi Farisi.
Mat 16:6 (LAI) Yesus berkata kepada mereka: "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap ragi orang Farisi dan Saduki."
Berbeda
dengan Torah Sinai, Torah Mesias bisa dilakukan di manapun,
bahkan di Indonesia! Haleluyah 3x! Ketiga komponen di atas ada di dalam Gereja
Rasuliah. Bait Suci digantikan dengan Altar/Mezbah sebagai tempat kurban Tubuh
dan Darah (Roti dan Anggur) diletakkan, lalu ada Dewan Sanhendrin sebagai
pengadil, yaitu Dewan Keuskupan yang berisi beberapa uskup yang bertindak
sebagai penentu stadar moral yang tertuang dalam kanon (Halakah). Lalu ada keimamatan Melkisedek (pengganti Keimamatan
Lewi), yaitu para uskup dan juga semua pelayan yang ditahbiskan dari jenjang
minor sampai mayor, perhatikan Gambar 2.4. Di dalam Torah Mesias, tidak ada hukuman rajam, yang ada adalah ritual
pengampunan. Ritual pengampunan dosa adalah bagian dari qadishotim (sakramen-sakramen) yang ada. Ritual ini dilakukan oleh
jemaat di dalam ibadah, sebelum dilaksanakan Qurbana Qadisha (Perjamuan Suci), dengan maju ke depan, membisikan
dosanya kepada Imam dan menerima pengampunan.
Secara tidak
disadari oleh para pendeta Mesianik yang mengajarkan Torah Sinai, mereka telah melanggar Torah Musa ini sendiri seperti terlihat pada tabel di bawah:
No
|
Pengajaran Pendeta Mesianik
|
Pelanggaranpada Torah Sinai sendiri
|
1
|
Gentile
mengajar Torah
Sinai
|
Tradisi (Oral
Torah) Judaism. Pengajar haruslah tetap kaum Yehudim.
|
2
|
Wanita menjadi pemimpin (Gembala).
|
Tradisi (Oral
Torah) Judaism, kepemimpinan selalu pada kaum pria. Sekte-sekte Judaism yang mengizinkan pemimpin
wanita yaitu Reform dan Conservative Judaism. Mereka sering
bertikai dengan pewaris ajaran Farisi ketat, Orthodox Judaiasm.
|
3
|
Pendeta memipin ibadah/perayaan Moedim Judaism.
|
Tradisi (Oral
Torah) Judaism, pemimpin ibadah Moedim
haruslah Rabbi Yahudi. Goyim bisa ikut tapi taati aturan,
sebagai tamu atau pendatang.
|
4
|
Tanpa disunat bisa merayakan Moedim.
|
Written
Torah: Imamat 12:2 dan Kel 12:48.
|
5
|
Meyakini sunat dengan dokter/mantri adalah Brit milah.
|
Tradisi (Oral
Torah) Judaism perihal Brit milah.
|
6
|
Goyim melayangkan Birkat Kohanim (Berkat Keimamatan)
|
WrittenTorah:
Bil 6:22-27
|
7
|
Melakukan kurban Roti dan Anggur sebagai
ritual pengampunan dosa.
|
Written
Torah: Imamat 14:13, kurban selalu hewan.
|
8
|
Beribadah tanpa menghadap Kiblat Yerusalem.
|
Tradisi (Oral
Torah) Judaism, ibadah selalu menghadap Yerusalem.
|
9
|
Meyakini ajaran Sola Scriptura (Hanya Kitab)
|
Tradisi (Oral
Torah) Judaism, harus selalu dipegang dan diwariskan. Hanya kaum Saduki
saja yang menolak tradisi.
|
Kalau
diperhatikan sejujurnya, dalam pengamatan kami, jemaat Mesianik di Indonesia
sedang mencampur-aduk Torah Sinai
dengan pemahaman mereka sendiri. Sehingga apa yang mereka lakukan itu bukan
lagi Torah Musa, tapi modifikasinya.
Hal ini bisa terjadi karena mereka tidak punya dewan Sanhendrin yang bertugas
sebagai dewan pengadil jemaat. Jadi,
melanggar atau tidak, itu tidak jadi masalah.
Perbandingan
dengan ajaran Gereja Nasrani Indonesia:
Pakaian dalam
peribadatan haruslah sopan sesuai dengan budaya masing-masing. Dalam penyebaran
injil, para rasul Yehudim, tidak
pernah mengajarkan goyim Kristen awal
berbusana seperti ala Yahudi. Dalam Igeretnya Mar Shaul menjelaskan: “Bagi orang-orang yang tidak hidup di bawah Torah Sinai, aku menjadi seperti orang
yang tidak hidup di bawah Torah
Sinai…”[9]
Jadi tidak pernah ada goyim di
Mesopotamia, di Asia Minor, di Celtic, di Etiopia, di Mesir, di Roma pada abad
pertama berpakaian Yahudim. Semua
uskup di kota-kota tersebut memberi kebebasan umat Nasrani untuk berpakai
sesuai budaya masing-masing.
Demikian juga
di Indonesia, Uskup Mar Nicholas
memberi kebebasan, ada yang memakai peci, ada blangkon, ada penutup kepala
biasa, dan ada juga yang memakai kippah.
Dalam busana, baik pria dan wanita berpakaian sopan. Wanita memakai kerudung
putih.
30. Ajaran
KM: Ajaran Perjanjian Baru menghapus Perjanjian Lama itu tidak memiliki dasar
scriptural melainkan pada asumsi anti-semitis.[10]
Perbandingan
dengan ajaran Gereja Nasrani Indonesia:
Para pemimpin
Nasrani atau Para pendiri Gereja Rasuliah mengajarkan bahwa umat Nasrani
(Kristen) harus menghidupi Perjanjian Yang Diperbaharui (PB), ini tidak ada
hubungannya dengan gerakan anti-semitik[11]
yang dihembuskan kuat pada abad 4 oleh Gereja Helenis. Pengajaran ini bukan
hanya berlandaskan Scripture (Kitab),
namun juga berdasarkan Tradisi (Masora).
Tradisi dan Kitab suci tidak bisa dipisahkan.
Menurut Kitab
Suci, Perjanjian Sinai (PL) adalah perjanjian yang diabaikan oleh umat Israel
dan Yehuda dengan berulang kali melakukan penyembahan berhala. Mereka dibuang
Tuhan dan mati di pembuangan. Yang tersisa adalah anak-cucu keturunan mereka.
- 1. Perjanjian Sinai (PL) dibuat antara Tuhan dan 12 suku Israel di Sinai (1500 SM), baca di Im 26:9 dan Im 26:25.
- 2. Kutuk akan menjadi hadiah bagi mereka yang melanggar isi perjanjian, baca di Ul 27:26.
- 3. Bukan Tuhan yang mau membatalkan Perjanjian Sinai, di ayat Im 26:44 dan Yos 23:16.
- Im 26:44 (LAI) Namun demikian, apabila mereka ada di negeri musuh mereka, Aku tidak akan menolak mereka dan tidak akan muak melihat mereka, sehingga Aku membinasakan mereka dan membatalkan perjanjian-Ku dengan mereka, sebab Akulah TUHAN, Allah mereka.
- 4. Israel dan Yehuda melanggar isi perjanjian, tercatat di ayat Yer 11:10 dan Yer 22:9
- 5. Tuhan membuang mereka ke tanah pembuangan untuk mati di sana, lalu Dia memegang janji-Nya untuk terus mengikatkan diri dengan Perjanjian, maka jadilah Perjanjian yang Diperbaharui (PB), Yer 31:31-32.
- 6. Perjanjian Sinai sudah usang, harus ditinggalkan, masuk ke Perjanjian Yg Diperbaharui, Ibr 8:13.
Menurut
Tradisi, pemimpin Nasrani awal meneguhkan bahwa umat percaya harus meninggalkan
Perjanjian Sinai. Ini ditegaskan pada Konsili 1 Yerusalem yang dihadiri semua
pemimpin awal Nasrani. Mereka adalah pemimpin Gereja Rasuliah, mereka bukan
pemimpin Messanic Jewish dan bukan
pemimpin Kristen Mesianik. Hasil keputusan mereka, menyatakan adanya Torah yang berbeda yang harus dijalankan
oleh umat percaya non yahudi. Torah
yang dimaksud adalah Torah Meshikha (LAI: Hukum Kristus), oleh
karena itu setelah konsili tersebut berakhir, Mar Shaul menuliskan surat ke jemaat Gereja Rasuliah di Galatia,
bahwa mereka tidak perlu harus mengikuti Torah
Sinai yang terdapat di dalam Perjanjian Sinai (Gal 6:2). Para rasul keturunan
Israel termasuk Mar Shaul sendiri
mengikuti Torah Meshikha (1 Kor 9:21).
Menurut
Tradisi, umat Nasrani keturunan Israel, bisa tetap melakukan Torah Sinai, namun dalam kerangka PB,
tidak lagi PL. Kedatangan Yeshua menggenapi Torah
Sinai tersebut. Tercatat juga dalam Kitab Kis 22:12; 24:14; 25:8.
Dalam
Tradisi, Torah Mshikha memiliki perayaan yang berbeda dengan perayaan
di dalam Torah Sinai, memiliki siddur (liturgi) peribadatan yang
berbeda, memiliki doa-doa yang berbeda, memiliki kiblat doa yang berbeda,
memiliki halakha yang sedikit banyak
berbeda, memiliki Shahadat yang berbeda
(lebih luas, tidak bertentangan dengan Torah
Sinai), memiliki keimamatan dan jenjang keimamatan yang berbeda, memiliki
ritual-ritual (qadishotim) berbeda,
dll.
Jadi, baik
mengacu pada Kitab dan pada Tradisi Suci (written
dan oral Torah), Perjanjian Lama
dengan Torah Sinai di dalamnya sudah
tidak dilakukan lagi di dalam PB yang memiliki Torah Meshika. Inilah ketetapan Nasrani abad 1 yang terus
dipelihara oleh pewarisnya sampai ke abad 21 ini. Tidak dilakukan dalam hal ini
bukan berarti harus dihapuskan dalam kitab suci. Tentu tidak, semua masih ada.
Mat 5 (LAI dan Dukhrana Bible Research), ayat (17) Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. ܠܳܐ ܬ݁ܰܣܒ݁ܪܽܘܢ ܕ݁ܶܐܬ݂ܺܝܬ݂ ܕ݁ܶܐܫܪܶܐ ܢܳܡܽܘܣܳܐ ܐܰܘ ܢܒ݂ܺܝܶܐ ܠܳܐ ܐܶܬ݂ܺܝܬ݂ ܕ݁ܶܐܫܪܶܐ ܐܶܠܳܐ ܕ݁ܶܐܡܰܠܶܐ ܀(18) Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi. ܐܰܡܺܝܢ ܓ݁ܶܝܪ ܐܳܡܰܪ ܐ݈ܢܳܐ ܠܟ݂ܽܘܢ ܕ݁ܰܥܕ݂ܰܡܳܐ ܕ݁ܢܶܥܒ݁ܪܽܘܢ ܫܡܰܝܳܐ ܘܰܐܪܥܳܐ ܝܽܘܕ݂ ܚܕ݂ܳܐ ܐܰܘ ܚܰܕ݂ ܣܶܪܛܳܐ ܠܳܐ ܢܶܥܒ݁ܰܪ ܡܶܢ ܢܳܡܽܘܣܳܐ ܥܕ݂ܰܡܳܐ ܕ݁ܟ݂ܽܠ ܢܶܗܘܶܐ(19) Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga. ܟܠ ܡܢ ܕܢܫܪܐ ܗܟܝܠ ܚܕ ܡܢ ܦܘܩܕܢܐ ܗܠܝܢ ܙܥܘܪܐ ܘܢܠܦ ܗܟܢܐ ܠܒܢܝܢܫܐ ܒܨܝܪܐ ܢܬܩܪܐ ܒܡܠܟܘܬܐ ܕܫܡܝܐ ܟܠ ܕܝܢ ܕܢܥܒܕ ܘܢܠܦ ܗܢܐ ܪܒܐ ܢܬܩܪܐ ܒܡܠܟܘܬܐ ܕܫܡܝܐ
Torah Sinai (LAI:
Hukum Taurat) adalah pengajaran di dalam Perjanjian Sinai, bukan di dalam
Perjanjian Baru. Torah Sinai hanya BAYANGAN di masa
lampau yang digenapi di masa kedatangan Yeshua.
Ibrani 10:1 (LAI) Di dalam hukum Taurat hanya terdapat bayangan saja dari keselamatan yang akan datang, dan bukan hakekat dari keselamatan itu sendiri. Karena itu dengan korban yang sama, yang setiap tahun terus-menerus dipersembahkan, hukum Taurat tidak mungkin menyempurnakan mereka yang datang mengambil bagian di dalamnya.
Sedangkan masa Perjanjian Baru itu
dimulai saat Yeshua mengajar, lebih tepatnya saat Yeshua disalibkan dan tirai
Ruang Maha Kudus robek. Jadi ajaran Yeshua bukanlah Torah Sinai/Mosha yang hanya BAYANGAN, melainkan
Dia mulai mengajarkan Torah Msikha yang
merupakan PENGGENAPAN. Ayat Mat 5:19 di atas
mengajar bahwa Written Torah Sinai
jangan dihapuskan, jangan dihapuskan 1 titik pun di dalamnya.
Torah Sinai terbagi
dua, tradisi dan kitab. Kitab di zaman Yeshua terbagi ke dalam 5 kitab Mosha
dan Nabi-nabi, baru setelah konsili Yafne th 90 M ada kanonisasi Tanakh. Lalu
apakah Maran Yeshua melakukan Torah
Sinai baik sesuai tradisi dan kitab-kitab di atas? Perhantikan tabel di bawah.
No
|
Ajaran Yeshua (Torah Mshikha )
|
Ajaran Mosha (Torah Sinai)
|
1
|
Bekerja di Shabbat (menyembuhkan dan
berjalan jauh)
|
Tidak boleh bekerja, hanya para imam Lewi
yg bekerja di Shabbat di dalam Bait Suci.
|
2
|
Kasihilan musuhmu
|
Kasihilah tetanggamu (suku lain dalam 12
suku Israel)
|
3
|
Jangan membunuh
|
Kalau melanggar Torah Sinai, perintah tertentu harus dibunuh, bisa dibakar atau
dirajam
|
4
|
Mengingini wanita dengan mata saja sudah
berzinah
|
Berzinah artinya pria dan wanita belum
menikah tapi berhubungan badan.
|
5
|
Jadilah terang dunia, berkat bagi
bangsa-bangsa.
|
Tidak ada perintah ini dalam Torah Mosha.
|
6
|
Berdoa Bapa Kami (Tefila dMaran).
|
Para rabbi merangkum Doa Harian Semoneh
Esrei.
|
7
|
Puasa tidak boleh ketahuan orang lain.
|
Tidak ada ajaran seperti ini.
|
8
|
Memberi sedekah tidak boleh dikatehui orang
lain.
|
Tidak ada ajaran seperti ini.
|
9
|
Jangan bersumpah. Jujur saja.
|
Bersumpah.
|
10
|
Mengajar suatu saat kiblat peribadatan
berpindah dari Yerusalem.
|
Kiblat peribadatan selalu Yerusalem.
|
11
|
Mengajarkan makan Daging dan minum
Darah-Nya.
|
Tidak ada ajaran demikian.
|
12
|
Mengorbankan diri untuk menebus jiwa
manusia.
|
Mengorbankan binatang untuk menebus jiwa
orang yang bersalah.
|
13
|
Menahbiskan para rasul dan 70 Murid menjadi
imam-imam.
|
Keimamatan selalu dipegang oleh Suku Lewi.
|
Ada saatnya, seorang anak kecil
dididik jangan banyak keluar rumah, namun di saat dewasa aturan itu berubah
dengan sendiri karena itu hanyalah PANDUAN hidup sampai dia dewasa. Demikianlah
dengan Torah Sinai, itu adalah
pengajaran sampai Sang Mesias datang, lalu stop! Mulailah melakukan Torah Mshikha. Stop bukan berarti Torah Sinai harus dihapuskan. Tidak
boleh ada yang dihapuskan, inti pesan dalam Torah
Sinai itu masuk ke dalam Torah Mshikha sehingga
kedua Torah ini sebenarnya adalah
satu-kesatuan.
Gal 3:24 (Peshitta Lamsa- Dukhrana Bible Research-LAI)The law then was our pathfinder to bring us to Christ that we might be justified by faith.ܢܡܘܣܐ ܗܟܝܠ ܬܪܐܐ ܗܘܐ ܠܢ ܠܘܬ ܡܫܝܚܐ ܕܡܢ ܗܝܡܢܘܬܐ ܢܙܕܕܩ. Jadi hukum Taurat adalah penuntun bagi kita sampai Kristus datang, supaya kita dibenarkan karena iman.
Jadi, setelah Sang
Mesias datang, Torah yang berlaku
bukanlah Torah Bayangan lagi,
melainkan Torah Meshikha. Ajaran Meshikha ini tidak semua tercatat di
dalam 4 injil, namun masih banyak yang tidak tercatat, pengajaran tersebut
diingat oleh 12 rasul dan 70 Murid-Nya. Mereka lalu mewariskannya dalam Tradisi
Nasrani kepada para uskup penerus kepemimpinan Nasrani.
Perbandingan
dengan ajaran Gereja Nasrani Indonesia:
Maran Yeshua menahbiskan 12 rasul dan 70 murid menjadi
imam-imam dalam keimamatan Melkisedek. Mereka adalah para imam, bukan pendeta.
Jabatan ‘pendeta’ tidak pernah eksis di dalam komunitas Nasrani sejak awal
sampai sekarang. Para imam tertahbis ada di dalam peribadatan Nasrani sebagai
pelayan untuk menggantikan posisi keimamatan Lewi-Harun yang berhenti di masa
Yohanes Pembaptis.[12]
Para imam ini berada di bawah Sang Imam Besar (Kohen HaGadol) Melkisedek, yaitu Maran Yeshua.[13]
Para rasul dan 70 murid melakukan peribadatan dengan menggunakan siddur
Nasrani. Dengan melakukan siddur kuno
ini, semua harus menjadi imam, tidak boleh Rabbi
atau pengajar atau lainnya. Siddur
peribadatan ini memang tidak diperjualbelikan di toko buku, jadi jarang ada
orang yang memahaminya.
PERBADINGAN AJARAN LAINNYA
Perbandingan
dengan ajaran Gereja Nasrani Indonesia:
Pada Gambar
di bawah menunjukkan bahwa Salib itu adalah lambang dari huruf Taw dalam alphabet Ibrani. Tanda salib
ini sudah ada sejak 2 ribu tahun sebelum Masehi. Huruf ini berevolusi sampai
pada masa Ibrani modern saat ini sudah tidak dikenal lagi secara umum.
Menolak Tanda Salib adalah menolak Nasrani karena tanda
ini hadir dalam peribadatan Nasrani. Tanda ini ada dalam siddur peribadatan Nasrani awal sebelum dituliskannya kitab-kitab
Nasrani. Saat jemaat Nasrani berdoa, selalu diawali dan diakhiri dengan tanda
salib, bercuci tangan sebelum memulai ibadah juga memakai tanda ini, masuk ke
dalam peribadatan ada belasan kali jemaat memakai tanda ini karena sesuai
tradisi, saat menemukan Nama Suci, maka jemaat harus membuat tanda salib sambil
mengucapkan ‘Maryah’ sebagai tanda
menguduskan.[14]
Lebih jauh
lagi, Tanda Salib dalam ajaran Nasrani adalah rangkuman dari Shahadat atau pengakuan Iman yang paling
sederhana. Shahadat Nasrani dimulai
secara berturun-turut:
2. Shahadat Mikveh dan Berkat Yeshua, tahun 30 Masehi,
Dalam
Sang Nama, Alaha sang Bapa, Anak-Nya sang Maryah Eashoa d’Msheekha dan Sang Roh Suci Terberkati, Terberkati dari
kekal hingga kekal. Amin. (Aramiak: Alaha Ava, Brah MarYah Eashoa’ Meshiakha, w‟Rookha d‟Qoodsha
Breeka, Khath Alaha, Breek lalam almeen. Ameen.), Mat 18:20
3. Pengakuan Mar
Thoma, tahun 32 M: Mari w’Alahi
(Tuhanku dan Alahaku, Yoh 20:28)[16]
4. Pengakuan Iman Rasuli, tahun 70M.
5. Pengakuan Iman Nikea, 325M.
6. Pengakuan Iman Keuskupan.
Dari Shahadat Shema Israel sampai ke Shahadat Keuskupan, ada perkembangan
bukan perubahan. Perkebangan ini dikarenakan Pewahyuan Suci yang Tuhan berikan,
khususnya kepada keuskupan kami sehingga Pengakuan Iman Nikea di abad 4, bisa
lebih dijelaskan atau diperinci. Dan semua Shahadat
ini bisa disimpulkan ke dalam satu tanda yaitu, Tanda Salib.
Tanda salib
ini masih dilakukan dan diajarkan oleh Martin Luther di abad 16 Masehi[17],
sayang pada penerusnya yang anti tradisi menghilangkan tanda ini dari
peribadatan dan doa-doa pribadi. Gereja yang menolak Tanda Salib hanyalah
gereja penganut Sola Scriptura abad
16, sementara para pewaris ajaran Nasrani abad 1 terus melestarikannya. Yeshua
menjadi kutuk supaya jemaat-Nya bisa diselamatkan.
Perbandingan
dengan ajaran Gereja Nasrani Indonesia:
Hellenisme
adalah suatu IDEOLOGI yang dikembangkan oleh Alexander Agung III dari Makedonia
(356-323 SM), yang bercita-cita “Taklukkan Seluruh Dunia dibawah HELLENISME”. Maka
Alexander Agung bersama dengan prajuritnya menguasai hampir setengah dunia pada
zaman itu. Mereka menjajah dunia dengan kekuatan SENJATA dan BUDAYA. Mereka
mengindoktrinasi siapa saja bahwa Yunani dengan program ideologi Hellenisme
adalah bangsa paling beradab di muka bumi ini, paling maju, paling pintar,
paling kuat, dan paling berpendidikan dari semua bangsa beradab. Ideologi ini
diteruskan oleh Kaisar Konstantine dan diteruskan oleh Gereja Byzantium. Supremasi
Yunani atau klaim arogan bahwa semua rasul memakai Bahasa Yunani dan semua
kitab PB tertulis pertama kali dalam Bahasa Yunani dihembuskan oleh Byzantium.
Ideologi ini
sempat mereka tawarkan kepada Gereja Rasuliah lain, namun tidak semua
menerimanya. Terutama Church of The East
pemilik Peshitta, kitab suci yang berasal dari naskah-naskah Aramaik PB tulisan
para rasul yang mereka salin ulang. Karena berada di bawah kekuasaan Kerajaan
Persia, maka gereja ini tidak berkontak dengan Gereja Rasuliah lainnya. Ini
menguntungkan mereka karena Gereja Byzantium tidak bisa menguasai mereka
seperti mereka melakukannya pada wilayah Gereja Antiokia di Asia Minor. Wilayah
itu jatuh ke tangan Byzantium. Selain itu ada juga gereja Etiopia dan Celtic
yang jauh dari jangkauan Byzantium. Helenisasi tidak terpengaruh pada
gereja-gereja ini.
Messianic Judaism tidak punya hubungan hostoris dengan Nasrani
awal. Semoga suatu saat semakin banyak dari mereka yang memahami sejarah
Nasrani dan ajaran semitik yang terus dipelihara sebagian Gereja-gereja
Rasuliah.
Perbandingan
dengan ajaran Nasrani:
Ajaran Hebrew Primacy atau keyakinan Bahasa
awal kitab suci PB adalah Ibrani itu Baru dilahirkan di abad 19 oleh komunitas Messianic Judaism. Tidak ada bukti bahwa
kitab-kitab PB ditulis pertama kali dalam Bahasa Ibrani. Dari Messianic Judaism, pemahaman ini
mengalir ke Kristen Mesianik di Indonesia. Pemahaman Hebrew Primacy sengaja diciptakan pada awalnya untuk menarik Yahudi
menjadi lebih mudah percaya Yeshua itu Mesias mereka.
Salah satu
kitab yang menjadi pegangan Mesianik adalah Injil Matius Shem Tov. Mereka tidak
sadar
bahwa penulisnya, Shem Tov ben Isaac ben
Shaprut adalah seorang Rabbi Yahudi yang menolak Yeshua sebagai
Mesias. Atau sadar, hanya pura-pura saja tidak peduli demi menguatkan ajaran
mereka yang kekurangan bukti. Tidaklah heran ini menyebabkan ayat-ayat di
dalamnya yang jelas-jelas mencatat Yeshua adalah Sang Mesias menjadi hilang. Injil Shem Tov sebenarnya Baru
ditulis pada tahun 1380.
Pengajar
Mesnianik acapkali mengambil sumber Papias oleh Eusebius Pamphili, Uskup Kaisarea, Palestina, tahun 314
yang menulis demikian dalam yunani:
“MATQAIOS MEN OUN hEBRAIDI DIALEKTWi TA LOGIA SUNETAXATO, hHRMHNEUSEN D AUTA hWS HN DUNATOS hEKASTOS”.
Dalam terjemahan Inggrisnya diyakini demikian:”Matthew collected the oracles in the
hebrew LANGUAGE, and each
interpreted them as best he could”. Seharusnya ditulislan “Dialect Hebrew” (Dialek Ibrani) bukan ‘Hebrew language’ (Bahasa Ibrani). Dialek
Ibrani adalah aramaik. Dialek dan bahasa adalah dua kosakata yang berbeda
makna.
Kitab Ibrani PB lain seperti
DuTillet dicatat sekitar tahun 1550. Jauh sekali dari abad 1. Uskup Katolik
Roma, Jean DuTillet yang menemukan manuscript Injil Matius berbahasa
Ibrani tersebut menulis:
the Gospel of Matthew in Hebrew, which I would not presume to suggest Matthew wrote by divine inspiration in his own language . . . but yet I can affirm is clearly not in the Rabbinic style, and is written in a pure form of the language that in no way resembles the writings of post-Christian Judaism.[18]
Uskup
DuTillet sendiri meyakini bahwa manuscript ini bukanlah hasil karya Mar Mattai (Matius) di abad 1, jika ada
pihak-pihak di abad 21 ini yang meyakininya itu adalah tindakan yang tidak
beralasan. Tidak ada satupun uskup Roma Katolik yang meyakini bahwa injil
Matius dan kitab-kitab PB ditulis dalam bahasa Ibrani.
Selain
Injil Matius Shem Tov dan DuTillet, berikutnya adalah Injil Matius Munster.
Naskah Injil ini ditemukan oleh Sebastian Munster sekitar tahun 1550.
Disinyalir injil ini diterimanya dari seorang Yahudi yang menerjemahkannya
sendiri dari naskah Yunani untuk pemakaian pribadi. Sebabstian Munster
berkeyakinan Lutheran atau Reform, suatu denominasi Protestan di abad 16. Semua
pengajar Lutheran meyakini Supremasi Yunani, tidak Ibrani atau Aramaik. Jadi,
berpegang pada injil Munster untuk meyakini bahwa kitab-kitab PB awal berbahasa
Ibrani adalah suatu langkah yang tidak masuk akal juga seperti upaya menegakkan
benang basah. Apalagi belakangan diketahui bahwa Munster sendiri tidak puas
akan isi naskah tersebut dan berusaha memperbaikinya.
No
|
Nama Injil
|
Penemu/Penulis
|
Tahun ditemukan
|
Tentang Penulis
|
1
|
Matius Shem Tov
|
Rabbi
Shem Tov ben Isaac ben Shaprut
|
1380
|
Rabbi
Yahudi pewaris ajaran Farisi, tidak
meyakini Yeshua adalah Sang Mesias.
|
2
|
Matius DuTillet
|
Uskup Jean DuTillet
|
1550
|
Uskup Roma Katolik di Santo Breauc,
Perancis.
|
3
|
Matius Munster
|
Sebastian Munster
|
1550
|
Biarawan Gereja Lutheran (Gereja Reform), penganut Sola Scriptura Protestanisme.
|
Selain
ketiga injil Ibrani di atas, sampai saat ini sama sekali tidak ditemukan adanya
naskah-naskah tua PB berbahasa Ibrani. Andaikata
ketiga naskah di atas membuktikan bahwa injil Matius dituliskan di awal dalam
bahawa Ibrani, bukan berarti semua kitab dalam PB dicatat dalam bahasa Ibrani
juga. Sama sekali tidak ada bukti.
Berbeda
dengan umat Nasrani, kami meyakini bahwa Injil dan banyak surat lain ditulis
dalam bahasa Aramaik. Bahasa Ibrani di abad 1 hanya dipakai dalam peribadatan
sinagoga, dulu ini adalah bahasa yang mati suri, hampir punah. Baru di abad 20,
paska berdirinya Negara Israel, mereka bersatu menyakini bahwa sejak abad 1,
bahasa mereka selalu bahasa Ibrani. Secara tradisi, Nasrani meyakini bahwa
kitab-kitab PB awal ditulis dalam bahasa Aramaik, terutama keempat injil. Mar Eshai Shimun, Yang Mulia Patriakh Church of The East menyatakan bahwa:
“ Dengan mengacu .... keaslian teks Peshitta , sebagai Patriakh dan Kepala Kudus Apostolik dan Katolik Gereja Timur , kami ingin menegaskan, bahwa Gereja Timur menerima sendiri dari tangan Rasul diberkati dalam bahasa Aram asli, bahasa yang digunakan oleh Tuhan kita Yeshua Mshikha sendiri , dan bahwa Peshitta adalah teks dari Gereja Timur yang telah turun dari zaman Alkitab tanpa ada perubahan atau revisi".
Kembali untuk menegaskan kebenaran Peshitta, Patriakh Roma Katolik, Maximus (Vatican II)
menyatakan dengan jelas bahwa:
"Meshikha, bagaimanapun berbicara dengan dalam bahasa sezaman-Nya . Dia melayangkan korban pertama dari Ekaristi dalam bahasa Aram, bahasa yang dimengerti oleh semua orang yang mendengar-Nya . Para Rasul dan Murid melakukan hal yang sama dan tidak pernah dalam bahasa lain …"[19]
Yang
menjadi saksi penulisan kitab adalah para pemimpin Gereja Rasuliah, bukan
pemimpin Messianic Judaism Modern dan
bukan pula pemimpin Kristen Mesianik. Mengapa? Ya karena para pemimpin Gereja
Rasuliahlah yang menulis, menerjemahkan, menyalin ulang, dan mengkanon pertama
kali, serta memelihara kitab-kitab Nasrani. Jika kedua ajaran yang berbeda
sumber dan berbeda usia ini dindingkan ditemukan adanya perbedaan, itu
merupakan hal yang wajar.
36.
Ajaran KM: Ada
banyak kata Ibrani dalam kitab-kitab PB seperti: ABBA, MARANATHA, RABUNI, TALITAKUM, EPHATA, HOSANA, ELI ELI LAMA
SABAKHTANI [20]
Perbandingan
dengan ajaran Gereja Nasrani Indonesia:
Mirip bukan
berarti sama. Bahasa Ibrani dan Aramaik itu adalah dua bahasa yang berbeda.
Para Rasul dan Maran Yeshua adalah orang-orang yang mayoritas berasal dari
Galilea dengan bahasa Aramaik dialek Galilea.
No
|
Kata Aramaik
|
|
Arti
|
Ayat
|
1
|
Talitha koum
|
|
Kata 'ţlîthâ'
adalah bentuk feminim dari 'ţlê',
artinya 'muda'. 'Qûm' adalah kata
erja 'bangunlah'
|
Mark 5:41
|
2
|
Ephphatha
|
|
Bentuk pasif imperatif kata kerja 'pthaħ', artinya 'membuka'
|
|
3
|
Abba
|
|
||
4
|
Raca
|
|
kosong, bodoh, kepala kosong
|
|
5
|
Mammon
|
|
Mammon
|
|
6
|
Rabboni
|
|
Guru
|
|
7
|
Maranatha
|
|
Maran
datanglah
|
|
8
|
Eli Eli lema sabachthani
|
|
mengutip baris pertama Maz 22
|
|
9
|
|
Mungkin 'anak pembajak' atau 'anak alur'
|
Mat 10:3
|
|
10
|
Simon bar-Jona
|
|
Simon putra Yonah
|
Mat 16:17
|
11
|
Simon bar-Jochanan
|
|
Simon putra Yuchnan
|
Yoh 1:42
|
12
|
|
Putra Bapa
|
Mat 27:16
|
|
13
|
Bartimaeus
|
|
Mungkin 'anak haram' atau 'anak pelacur'
|
Mark 10:46
|
14
|
Barsabbas
|
|
Putra Shabbat
|
Kis 1:23
|
15
|
|
Putra nubuatan atau Putra Nabi
|
Kis 4:36
|
|
16
|
Boanerges
|
|
Putra halilintar
|
Mar
3:17
|
17
|
Keipha
|
|
Pilar/batu
|
|
18
|
Tabitha
|
|
Ţvîthâ'
artinya 'gazelle'.
|
|
19
|
Gethsemane
|
|
'Gath-Šmânê', artinya 'pemerasan minyak'
atau 'oil vat' (berkenaan dengan olive oil).
|
|
20
|
Golgotha
|
|
tempat tengkorak
|
|
21
|
Akeldama
|
|
Ladang darah
|
Untuk
berdiskusi secara langsung perihal kata-kata Aramaik dalam kitab-kitab PB bisa
ikuti forum Peshitta.org/forum yang diasuh oleh Shamasha Paul Younan dari Assyrian
Church of The East.
Perbandingan
dengan ajaran Gereja Nasrani Indonesia:
Semua
pemimpin Nasrani di abad 1 adalah kaum Pria. Jenjang Shamasha (Deacon) ke atas
adalah posisi yang ditempati oleh kaum Adam. Sementara Tahbisan Minor bisa
diisi oleh kaum Hawa. Tradisi kepemimpinan pria pada komunitas Nasrani ini
mengikuti tradisi agama Judaism
karena Nasrani lahir dari rahim Yahudi.
Seiring waktu
berjalan, ada kegerakan di dalam Judaism dan Nasrani sehingga melahirkan
cabang-cabang yang membuka jalan bagi kepemimpinan Wanita. Salah satu Gereja
Rasuliah yang melakukan ini adalah Anglican. Sementara di dalam Judaism, selain
sekte Orthodox Judaism memberikan
kesempatan wanita menjadi pemimpin.
Nasrani di
Indonesia mengembalikan tradisi ke format awal, Gembala atau uskup adalah
jabatan khusus untuk kaum pria. Namun demikian, wanita bisa saja menjadi
pemimpin ibadah di dalam Biara Wanita. Tentu saja, sebab tidak seorang priapun
diperbolehkan memasuki area tersebut.
Perbandingan
dengan ajaran Gereja Nasrani Indonesia:
Peribadatan
di hari minggu sudah dimulai kaum Nasrani khususnya kaum goyim sejak abad 1, ini tercatat di dalam Kisah Para Rasul 20:7.
Saat peribadatan Shabbat dilaksanakan
biasanya tempat ibadah itu penuh sesak oleh Yehudim Nasrani. Mereka kehabisan
roti perjamuan sampai ibadah selesai. Karena itulah mereka memulai ibadah lagi
setelah Shabbat Sabtu berakhir.
Ibadah dimulai di malam Sabtu atau Minggu pagi. Ini sudah jatuh pada hari
Minggu atau hari pertama karena waktu dalam Judaism
dimulai saat matahari terbenam.
Siddur (Liturgi) Nasrani pertama yang dibuat adalah
Siddur Mar Yakub (Saint James Divine Liturgy). Siddur ini
bisa dipakai untuk peribadatan Sabtu dan Minggu. Peribadatan di hari minggu
lalu dikenang sebagai peringatan kebangkitan Maran Yeshua. Hari Minggu kemudian disebut sebagai Hari Maran.
Mulai di abad
4, setelah Gereja Rasuliah Roma mengganti Shabbat
Sabtu menjadi Minggu, mulailah polemik ini. Gereja Rasuliah lain terus meyakini
bahwa Shabbat adalah Sabtu, namun
fokus pada peribadatan di hari Minggu untuk peringatan kebangkitan Maran. Tindakan Roma Katolik yang
menyimpang ini lalu ditafsirkan lagi sebagai suatu cara mereka melakukan
peribadatan kepada Dewa Matahari oleh pihak Anti Katolik Roma.
Nasrani di
Indonesia tetap melestarikan peribadatan Shabbat
Sabtu dan Minggu. Namun karena saat ini masih dalam masa perintisan maka fokus
saat ini adalah Shabbatnya terlebih
dahulu. Perayaan Minggu dilaksanakan mulai Tutup Shabbat/Havdallah, dan bisa sampai jam 10 pagi Minggu.
Perbandingan
dengan ajaran Gereja Nasrani Indonesia:
Nasrani
megajarkan bahwa Tuhan (Aram: Alaha)
itu SATU, Dia adalah Maryah Alaha, Sang Pencipta. Semua rasul dan
para murid yang diutus dalam ladang-ladang penginjilan memahami Alaha yang satu ini dalam nuansa
pengajaran semitik (Aramiak-Ibrani). Alaha
yang satu ini, bisa dibedakan menjadi 3 aspek (aramaik: qnume), yaitu Sang Bapa, Sang Putra, dan Sang Bunda Roh Kudus.
Ketiga aspek ini berperan dalam penciptaan. Alaha
itu satu, dengan 3 aspek bukan 3 pribadi.
Sebab kata ‘pribadi’ tidak bisa dilekatkan pada Tuhan, hanya kepada manusia.
Ketigannya ini disebut sebagai Tlithayutha.
Sang Bapa
adalah sumber segalanya, Sang Putra adalah Sang Sabda (Aram: Miltha) yang memulai penciptaan,
sementara Sang Bunda Roh adalah Yang Menghidupkan. Ketiganya hanya aspek dari
Keilahian (Aram: Alahota) yang
bekerja bersamaan. Saat selesai penciptaan, Tuhan yang Maha Segalanya, tidak
bisa hadir secara langsung ke bumi. Mengapa? Karena Dia adalah Api Yang
Menghanguskan (Aramaik: Aisha dMiltha,
Ibrani 12:29). Oleh karena itu, Sang Putralah yang datang ke bumi dan berkontak
dengan banyak manusia dari banyak suku bangsa, salah satunya adalah Mosha, dari
Israel. Dia memperkenalkan Nama-Nya YHWH (baca: Maryah). Sang Miltha bisa
berwujud apa saja saat Dia berkontak dengan manusia, dari referensi Tanakh, bisa dilihat bahwa Dia sempat
menjadi Imam Besar Melkisedek yang menjumpai Avraham, Sempat menjadi Semak Duri
Terbakar tapi tidak hangus, sempat menjadi Tiang Awan dan Tiang Api, dan
lainnya bahkan dalam wujud Teofani
menjadi Malakh (Malaikat). Dialah
Sang Putra.
Sang Bunda
Roh Kudus adalah aspek Feminim Alaha.
Dalam Bahasa Ibrani, kata ‘Ruach’ dan
Bahasa Aramaik kata ‘Rukha’
(Indonesia: Roh) itu bergender Feminim. Saat diterjemahkan ke dalam Yunani,
gendernya berubah. Sama seperti Sang Bapa bukan berarti Tuhan itu berjenis
kelamin seperti dewa pagan atau manusia, demikian juga Sang Roh, bukanlah Dewi
Pagan atau wanita. Ini hanya ungkapan saja, bahwa Bapa dan Bunda beserta Putra
adalah Konsep keluarga yang datang dari Sorga. Keluarga adalah sebuah lembaga
yang dibentuk di sorga dan diturunkan kepada manusia. Lebih jauh, kata ‘Shakinah’ berasal dari kata ibrani ‘Shakan’ itu artinya adalah Hadirat
Tuhan. Itu juga adalah Tuhan dalam gender Feminim, itulah Sang Roh Kudus yang
tercatat di dalam Tanakh. Di dalam
Surat Kisah Rasul Thomas tercatat jelas bahwa sosok ini disebut sebagai BUNDA ROH KUDUS.[21]
Frasa ‘El Shaddai’ dalam Bahasa
Ibrani, arti harafiahnya adalah ‘Tuhan Payudara’. Ini adalah frasa yang
bermakna bahwa Tuhan itu pemelihara seperti seorang bunda yang menyusui si
anak. Frasa ini menampilkan sosok kelembutan Tuhan. Perhatikan bedanya dengan
karakter Sang Bapa yang tegas, menghukum yang salah, bahkan membunuh musuh
untuk menjaga anak-Nya. Itulah peran Sang Bapa yang maskulin. Sekali lagi,
ketiganya bukan tiga Pribadi, hanya tiga aspek saja. Ketiganya bukan manusia
yang memiliki alat kelamin, itu hanya Gambaran karakter saja. Tuhan sebenarnya
ya hanya itu-itu saja. Dia tidak berubah dari dahulu, sekarang, dan selamanya.
Inilah Sang Tlithayutha itu.
Di saat
kitab-kitab PB diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa lain, barulah muncul
istilah ‘trinity’ (eng) atau
‘Trinitas’ (Indonesia). Saat proses penerjemahan, ada banyak kata semitik
(Aramaik-Ibrani) yang tidak tepat diterjemahkan, maklum saja memang demikianlah
tantangannya dalam penerjemahan. Oleh karena itu sama sekali tindakan yang
kurang bijak, mencoba memahami kitab terjemahan tanpa memahami tradisi semitik
Nasrani. Nasrani lahir dari Rahim Judaism,
lahir di alam semitik bukan Helenis, bukan Inggris, bukan Jawa, dan lain-lain.
Pahamilah kitab suci Nasrani dengan pola pikir kembali ke akar semitik (aramaik
dan Ibrani).
Jika memakai
pola pikir Helenis yang biasa dengan penyembahan dewa-dewi, maka akan berefek
pada pemahaman Tuhan yang terdiri dari 3 (tiga) pribadi. Ini tentu saja berbeda
pemahaman dengan pola pikir semitik yang dengan tegas mengajar bahwa Tuhan itu
satu. Satu ya satu bukan tiga. Helenisme akan menekankan pada angka 3,
sementara semitik akan menekankan 1-nya. Tuhannya sama, hanya dari mana
pendekatan itu diambil, maka akan menimbulkan pengajaran yang berbeda
penekanan.
Perbandingan
dengan ajaran Gereja Nasrani Indonesia:
Kendati nama
Yeshua itu adalah nama Ibrani, bukan berarti Dia berbahasa Ibrani, demikian
juga dengan murid-murid-Nya. Tidak ada tradisi Judaism, nama dan bahasa
sehari-hari itu haruslah sama. Sama saja dengan tradisi orang Indonesia yang
tinggal diperkotaan, banyak yang memberi nama anak mereka ke-Barat-Baratan,
tapi tetap saja si anak tidak berbahasa Inggris, tetapi berbahasa Indonesia
seperti ibu bapaknya. Yeshua juga demikian, Dia sesuai tradisi bernama Ibrani,
namun berbahasa sehari-hari Aramaik. Setali tiga uang dengan Maran Yeshua, para murid-Nya juga
demikian. Mereka semua berbahasa sehari-hari Aramaik Dielek Galilea, karena
kebanyakan dari sana.
Pengajaran
Yeshua dan para murid berbahasa Ibrani berasal dari Messinic Jewish yang juga
terpengaruh dari adanya kebangkitan negara Israel di abad 20. Pada suatu
kesempatan, PM Israel Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa bahasa Yeshua adalah
Ibrani, hal ini dibantah oleh Paus Francis yang menjelaskan bahwa bahasa-Nya
saat itu adalah Aramaik. Perbedaan pendapat ini menjadi sorotan media masa saat
keduanya bertemu Mei 2014 yang lalu.
Sebagai
gereja yang berdiri di abad 1, Gereja-gereja Rasuliah bisa memahami dengan
jelas dan cukup detail apa yang terjadi pada Yeshua, karena gereja rasuliah
adalah saksi matanya. Saat itu negara Israel belum ada, komunitas Mesianic Jewish belum ada, apalagi
Kristen Mesianik. Jadi, sumber referensi yang paling kuat untuk mengetahui
bahasa apa yang dipakai oleh Yeshua sehari-hari tentunya adalah gereja rasuliah
sendiri yang terus eksis sampai abad 21 ini.
Selain
dari sumber pengajaran Gereja Rasuliah, fakta bahwa Yeshua dan Yehudim di abad
1 berbahasa Aramaik, bisa didapatkan dari para sejarawan yang menyatakan pendapat
bahwa Aramaik dialek Galilea adalah bahasa sehari-hari Yeshua dan para
murid-Nya. Pada waktu itu, Aramaik adalah bahasa lingua frangka untuk yehudim.[22]
Perbandingan
dengan ajaran Gereja Nasrani Indonesia:
Jemaat
Nasrani sejak abad 1 selalu dipimpin oleh Uskup (Imam Tertahbis), bukan oleh
pendeta. Nasrani tidak puya hubungan dengan kependetaan. Jemaat Nasrani selalu
diajarkan untuk tunduk pada Uskup sebagai perwakilan Maran Yeshua, bukan kepada pendeta atau Rabbi-Rabbi yahudi
Mesianik. Kepemimpinan Nasrani bisa bertahan karena melestarikan tradisi qadishot Semikha HaSliakhanuth
(Pentahbisan), tidak hanya sekedar doa plus tumpang tangan dalam peribadatan
tanpa siddur (liturgy) asing untuk
mengangkat seorang pemimpin komunitas. Kepemimpinan Sanhendrin Nasrani selalu
berbentuk kolegial keuskupan yang berisi uskup-uskup yang ditahbiskan dengan
ritual Semikha HaSlikanuth bukan
sinode kumpulan pendeta. Jemaat Nasrani diajarkan untuk tidak melakukan Torah Sinai (LAI: Hukum Taurat), bukan
malah ikut-ikutan melakukannya seperti kaum Yehudim.
Jemaat Nasrani beribadah dengan siddur peribadatan kuno, misalnya Siddur Mar Yakub HaTzadiq (St James Divine
Liturgi) yang dibuat th 50M, bukan siddur buatan lokal oleh pendeta lokal
atau adaptasi dari peribadatan Messianic
Jewish. Jemaat Nasrani adalah komunitas yang kaya akan Tradisi (Oral Torah), bukan yang menolak tradisi
(Sola Scriptura) dan mengadopsi
tradisi Farisi.
Seorang
pendeta bukan berarti mereka adalah orang yang jahat, banyak pendeta baik
dengan tulus melayani Tuhan Ini bukan masalah pribadi, ini murni masalah
pengajaran saja. Banyak pendeta yang tidak memahami sejarah akibat berada dalam
sistem pendidikan agama yang keliru. Mereka dididik untuk langsung membaca
kitab suci tanpa memahami tradisi, tanpa memahami latar belakang sejarahnya.
Nama
‘Nasrani’ sendiri tidak pernah dipatenkan, sehingga siapapun bisa saja mencatut
nama kuno ini dan mengklaim diri sebagai bagian umat kuno Yeshua. Faktanya
sekarang, ada benar-benar umat Nasrani yang sekuat tenaga melestarikan ajaran
kuno dan ada yang membuat ajaran anyar. Intinya adalah Kristen Mesianik itu
bukanlah Nasrani kuno.
Adapun
perbadingan ringkas antara komunitas Kristen Mesianik, Gereja Rasuliah pada
umumnya, dan Gereja Nasrani Indonesia bisa terlihat jelas pada tabel di bawah
ini:
No
|
Ajaran
|
Kristen Mesianik
|
Gereja Rasuliah (GR)
|
Nasrani di Indonesia (GNI)
|
1
|
Mulai berdiri
|
Dimulai tahun 2000-an (abad 21)
|
Dimulai abad 1
|
Dimulai 2013 lalu masuk ke dalam Tahbisan
abad 1
|
2
|
Penulis Kitab
|
Bukan
|
Ya, semua penulis kitab adalah bagian dari
GR. GR adalah pemilik kepusatakaan besar/Museum.
|
Bukan, hanya sebagai pewaris naskah kitab
GR yg sebagian disimpan di Museum keuskupan di Australia.
|
3
|
Pembuat tradisi
|
Ya, tradisi sendiri atau modifikasi tradisi
Farisi
|
Ya, Tradisi Nasrani kendati ada
penyimpangan seiring waktu berjalan
|
Bukan, hanya sebagai pewaris Tradisi
Nasrani bercorak
|
4
|
Pelestari tradisi Nasrani
|
Tidak
|
Ya, disesuaikan dengan budaya lokal
|
Ya, disesuaikan dengan budaya lokal
|
5
|
Kanon Kitab Suci
|
Bukan pelaku Kanon. Ikut kanon 66 kitab
Protestan
|
Pembuat Kanon Kitab Suci, setiap GR berhak
menentukan Kanon masing-masing
|
Bukan pelaku Kanon, hanya menjadi pewaris
dan tidak membatasi jumlah Kitab
|
6
|
Penganut Sola Sciptura abad 16
|
Mengakui
|
Sangat Menolak sebagai pewaris tradisi
|
Sangat Menolak sebagai pewaris tradisi
|
7
|
Torah
yang diakui sekarang
|
Ada yang meyakini Torah Sinai, ada yang menolaknya
|
Torah
Mesias
|
Torah
Mesias
|
8
|
Dewan Sanhendrin
|
Memiliki Sinode terpisah-pisah dan tidak
ada kesepakatan akan Torah yang
dijalankan
|
Sanhendrin adalah dewan Keuskupan
|
Sanhendrin adalah Dewan Kesukupan di
Australia, kedepannya setelah jumlah jemaat banyak aka nada Sanhendrin di
Indonesia
|
9
|
Hubungan sejarah dengan Nasrani awal
|
Tidak ada
|
Terhubung dengan rantai tahbisan
|
Terhubung dengan Tahbisan Petrus, Mar Thoma, dan Mar Addai
|
10
|
Peran kenabian
|
Tidak ada
|
Jarang, menekankan ke tradisi
|
Di Indonesia belum punya nabi, masih dalam
tahapp pembelajaran. Peran kenabian/mistika masih mengacu kepada para
mistikis di Australia
|
11
|
Pemimpin Wanita
|
Ok
|
Mayoritas tidak
|
Tidak, melestarikan tradisi Judaism dan Nasrani awal
|
12
|
Pemimpin Pendeta
|
Ya
|
Dilarang. Dipimpin Imam/uskup
|
Dilarang. Dipimpin Imam/uskup
|
13
|
Sifat kepemimpinan
|
Diangkat dan bisa mengangkat diri sendiri
menjadi pemimpin
|
Hanya diangkat, tidak bisa memimpin tanpa
ditahbiskan oleh Imam Tertahbis
|
Hanya diangkat, tidak bisa memimpin tanpa
ditahbiskan oleh Imam Tertahbis
|
14
|
Imam
|
Setiap jemaat dan pelayan Tuhan termasuk
pendeta adalah imam
|
Imam diangkat dari jemaat oleh Uskup yang
ada
|
Imam diangkat dari jemaat oleh Uskup yang
ada
|
15
|
Keimamatan Melkisedek
|
Tidak diajarkan sama sekali, hanya percaya
bahwa Yeshua adalah Imam Besarnya. Di bawah-Ny ada banyak pendeta
|
Sejak abad 1 sudah merumuskan jenjang
keimamatan Melkisedek sbg pengganti keimamatan Lewi
|
Di Indonesia sudah dipimpin oleh Uskup,
jenjang tertinggi keimamatan Melkisedek. Beliau dibantu oleh beberapa Shamasha (deacon) di Medan, Tarutung, Jakarta, Bekasi, Jogyakarta,
Surabaya, dan Madiun.
|
16
|
Messianic
Jewish
|
Sebagai kiblat pengajaran selain penafsiran
sendiri
|
Tidak ada hubungan
|
Tidak ada hubungan
|
17
|
Helenisme
|
Menolak
|
Gereja Byzantium adalah sumbernya, namun
tidak semua terkena imbasnya
|
Menolak
|
18
|
Teologi Pengganti
|
Menolak
|
Banyak GR yang mengakuinya juga
|
Menolak
|
19
|
Anti Allah
|
Ya
|
Tidak
|
Tidak
|
20
|
Menyebut 'Yahweh'
|
Mayoritas Ya, mengajarkan jemaat
menyebutnya secara langsung
|
Tidak
|
Tidak
|
21
|
Sumber pendidikan
|
STT yang berasal dari perkembangan
pendidikan Era Skolastik abad 15
|
Pemuridan dan seminari abad 1
|
Pemuridan dan seminari St Basel. Seminari
berasal dari sistem pendidikan abad 1 Nasrani
|
22
|
Hari peribadatan
|
Sabtu dan Minggu, ada yang anti Minggu
|
Sabtu dan Minggu
|
Baru di hari Sabtu, semoga tahun depan bisa
memulai peribadatan Hari Minggu
|
23
|
Shabbat
|
Sabtu
|
Mayoritas mengakui Sabtu
|
Sabtu
|
24
|
Siddur
untuk Shabbat (Liturgi ibadah)
|
Buat sendiri hasil adopsi dari Messianic Jewish
|
Melestarikan semua siddur kuno
|
Melestarikan siddur uskup Yerusalem I, Mar
Yakub HaTzadiq
|
25
|
Doa Harian
|
Ada yang mengikuti Doa harian 3x sehari
mengikuti Shemoneh Esrei Judaism
|
7x sehari, tidak diwajibkan. Siddur berasal
dari Gereja Syria Antiokia dan diadopsi sesuai tradisi Gereja Rasuliah
masing-masing
|
7x sehari, tidak diwajibkan. Siddur berasal
dari Gereja Syria Antiokia yang diadaptasi dari beberapa tradisi Gereja
Rasuliah lainnya
|
26
|
Perayaan Natal 25 Desember
|
Anti Natal 25 Desember
|
Mayoritas merayakan Natal 25 Desember
|
25 Desember merayakan Perayaan Terang (masa
Miriam mengandung), ini bukan perayaan kelahiran Yeshua
|
27
|
Perayaan Ester
|
Anti Easter
|
Mayoritas merayakan Easter
|
Tidak merayakan Easter tapi Pesakh Nasrani
|
28
|
Babtisan
|
Selam, ada yang ditambah Baptis Pembaharuan
|
Baptisan Air (diselam/dituang), Baptisan
Roh Kudus (diolesi minyak)
|
Baptisan Air (diselam/dituang), Baptisan
Roh Kudus (diolesi minyak)
|
29
|
Tumpang tangan
|
Dilakukan pemimpin kepada orang sesuai
dorongan hatinya
|
Bagian dari Ritual Pentahbisan 'Semikha HaSlikanuth' untuk melakukan
estafet otoritas
|
Bagian dari Ritual Pentahbisan 'Semikha HaSlikanuth' untuk melakukan
estafet otoritas
|
30
|
Sunat jasmani
|
Ada yang mengharuskan, ada yang tidak
|
Menolak sunat jasmani sejak konsili
Yerusalem 50 M sbg bagian dari halakha
|
Menolak sunat jasmani sejak konsili
Yerusalem 50 M sbg bagian dari halakha
|
31
|
Biara
|
Tidak ada, tidak pernah diajarkan peruntukannya
|
Ada dan banyak
|
Ada, masih mengikuti biara di Keuskupan
Australia
|
Selamat
datang di Laman TANYA JAWAB dengan kategori PERAYAAN. Semoga dari sini, para
pembaca bisa memahami siapa GNI itu sebenarnya.
1. Apakah
Nazarene Indonesia terus merayakan Hari-hari Raya Yahudi di PL?
Jawab: Tidak
lagi sebenarnya. Untuk lebih jelasnya, kita menerima bimbingan dari Uskup Mar
Nicholas Lumbantoruan berikut ini:
Kami Jemaat Nasrani Indonesia tetap merayakan Perayaan Pesakh melebihi kaum Yahudi sendiri, di mana Pesakh itu dirayakan setiap saat yang kita sebut sebagai “Qurbana Qadisha” (Ekaristi), Savuot (setiap saat dilayankan lewat Doa Epiklesis/Shekhinah dalam Ibadah), Roti Tak Beragi (Bahan Perjamuan Kudus Tak Beragi), Buah Sulung sebagai Hari Kebangkitan yang dirayakan Tiap Hari Pertama (Yom Rishon) tiap Minggu dikenal sebagai Hari Tuhan, Yom Kippurim dirayakan tiap saat di depan mezbah dimana Imam memberi absolusi Pengakuan Dosa, Sukkot dirayakan tiap saat dimana kita manunggal (bersukkah) dengan Tubuh dan darah Yeshua, Perayaan Trompet/Shofar selalu dilakukan saat kita menghadap Kiblat Timur dengan konsep Maranatha yang disertai peniupan Shofar dalam memulai ibadah, dll. Ketujuh Perayaan ini selalu dirayakan Tiap Hari Sabat dan Hari Minggu oleh Jemaat Rasuli Kuno yang sudah disatukan dalam satu LITURGI, tetapi bisa dipisahkan pada periode mengikuti Kalender tahunan sebagaimana kaum Ibrani mengikuti penanggalan. Konsepnya, Jemaat Rasuli Kuno (khusus non-Yahudi) tidak lagi menjalankan 7 Hari Perayaan mundur kebelakang di zaman Sinai, kecuali kaum keturunan Yahudi. Secara umum kami merayakan 7 Hari Raya dan ditambah banyak Perayaan lainnya lagi yang dilandaskan pada Yeshua sejak 2000 tahun lalu hingga kedatangan-Nya kedua kali. Segalanya harus dipahami dalam konteks Yeshua, melalui Yeshua, oleh Yeshua, dari Yeshua, kepada Yeshua… Sementara dari zaman Yeshua mundur ke belakang ke zaman Sinai hanya sebagai “BINGKAI TEOLOGIS BUKAN ISI TEOLOGIS” dalam Perayaan-perayaan Perjanjian Baru
2. Jadi
perayaan Hari-hari Raya Yahudi (Moedim) Nazarene Indonesia berbeda dengan
Mesianik Judaism?
Jawab: Kami
pikir pasti jauh berbeda. Semua perarayaan atau peribadatan Nazarene sejak abad
1 selalu dipimpin oleh para Imam dan Uskup, sementara kaum Messianic Judaism
tidak memiliki keimamatan ini.
3. Mengapa
GNI tidak merayakan Perayaan-perayaan Yahudi lain padahal itulah perayaan YANG
TUHAN YHWH PERINTAHKAN UNTUK DILAKUKAN?
Jawab: Tuhan
YHWH memerintahkan siapa? Keturunan Israel bukan non Israel. Tuhan YHWH kapan
memerintahkannya? Dulu sebelum datangnya Yeshua. Semua perayaan tersebut
digenapi oleh kedatangan Yeshua. Perhatikan konteks dalam membaca kitab suci,
perintah Tuhan kepada Israel tidak pernah bisa ditujukan kepada bangsa-bangsa
lain. Pengikut Yeshua adalah jemaat PB bukan lagi Jemaah Israel di PL. Semua
keturunan Israel yang ingin terikat pada PB haruslah juga menjalankan tradisi
mereka dari sudut pandang PB. Yeshua Sang Mshikha sudah datang.
4. Bukankah
Yeshua juga melakukan hukum Taurat, jadi kita sebagai pengikut-Nya harus
melakukan Hukum Taurat juga termasuk merayaan perayaan-perayaan Yahudi?
Jawab:
Yeshua ya memang melakukan Torah Sinai (LAI: Hukum Taurat), namun ‘Hukum
Taurat’ yang mana? Pengajaran Yeshua berbeda jauh dengan pengajaran Nabi Mosha
di PL! Pengajaran Yeshua adalah penggenapan ajaran Mosha. Ada banyak perbedaan
antara ajaran mereka berdua sebab memang zamannya juga sudah berubah.
Mosha
mengajarkan hukum rajam, Yeshua tidak.
Mosha
mengajarkan keimamatan Lewi, Yeshua mengajarkan keimamatan Melkisedek.
Mosha
mengajarkan peribadatan di Bait Suci/Kemah Suci, Yeshua malah menghancurkannya.
Mosha
mengajarkan kiblat Yerusalem, Yeshua mengajarkan kiblat TIMUR.
Mosha
mengajarkan kurban hewan, Yeshua mengajarkan Kurban Diri-Nya (kurban Manusia).
Mosha
mengajarkan perayaan-perayaan Yahudi, Yeshua mengajarkan perayaan lainnya di PB
yang terdapat dalam tradisi Rasuliah.
Jadi,
tolong pahami bahwa ada perbedaan yang membentang antara Ajaran Mosha dan
Yeshua kendati keduanya sama-sama memakai frasa ‘Hukum Taurat’. Oleh karena ada
banyak perbedaan, maka para rasul menyebut apa yang Yeshua ajarkan adalah
‘Torah Mshikha’ (Gal 6:2).
Gal 6: 2 (LAI) Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus.
Sebagai
pengikut Yeshua, melakukan Hukum Taurat itu artinya bunuh diri rohaniah.
Perhatikan pesan Mar Shaul ex-rabbi Yahudi Farisi berikut:
Rm 4:14 Sebab jika mereka yang mengharapkannya dari hukum Taurat, menerima bagian yang dijanjikan Alaha, maka sia-sialah iman dan batallah janji itu.
5. Sebenarnya
di mana letak perbedaan antara Perayaan-perayaan di PL dan di PB?
Jawab:
Semua perayaan di PL mengacu kepada diri Yeshua Mshikha. Jadi perayaan-perayaan
di PB focus pada Yeshua.
6. Mengapa
Perayaan terpenting (mayor) Nazarene Indonesia adalah PESAKH bukan yang lain?
Jawab:
Pesakh adalah perayaan (peribadatan) yang dimandatkan langsung oleh Maran
Yeshua.
Luk 22:19 Lalu Ia mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka, kata-Nya: "Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku."
Inilah
puncak perayaan umat Nazarene, perayaan atau peribadatan ini hanya bisa
dilakukan oleh mereka yang telah dibaptis. Perayaan lain, juga penting, namun
tidak sepenting Pesakh yang mengedepankan Perjamuan Suci. Dengan perjamuan
inilah seseorang bisa diselamatkan.
7. Bolehkan
non jemaat yang belum disunat ikut merayakan PESAKH di komunitas Nazarene
Indonesia?
Jawab:
Peribadatan dan perayaan GNI terbuka bagi siapa saja. Masalah sunat atau tidak
disunat, sudah dibahas di Konsili I Yerusalem yang dihadiri oleh para rasul.
Konsili tersebut menghasilkan keputusan, pengikut Yeshua tidak lagi harus
disunat jasmani. Nazarene sejak abad 1 menekankan sunat hati.
8. Bolehkan
merayakan PESAKH dengan cara menghias telur paskah?
Jawab:
Ini bukanlah tradisi Nazarene, ini adalah tradisi pagan kuno yang terus
dilestarikan oleh banyak gereja. Silahkan saja lakukan asal tidak menarik juga
ajaran pagan untuk masuk ke dalam pemikiran anak-anak yang mengikutinya. Jika
tradisi ini bisa ditinggalkan, itu adalah tindakan yang lebih bijaksana.
9. Apa
saja perayaan-perayaan Minor Nazarene Indonesia?
Jawab:
Perayaan minor GNI ada berbagai macam, dari memperingati Para Kadosa
(Orang-orang kudus), Hari Mshikha, Pekan sengsara, Rabu pembasuhan, Rabu-Sabtu
hening, dan lain-lain.
10. Mengapa
bisa ada perayaan untuk Orang-orang Kudus dan lainnya jika itu tidak pernah
diperintahkan oleh Yeshua?
Jawab:
Perayaan ulang tahun kelahiran, ulang tahun pernikahan, ulang tahun perusahaan,
ulang tahun gereja juga kita rayakan kendati itu tidak pernah Yeshua
peritahkan. Ada perayaan Tahun Baru, perayaan Ucapan syukur suatu keberhasilan,
perayaan membuka cabang perusahaan baru, dan lain-lain. Semua itu tidak
diperintahkan oleh Maran Yeshua, namun dirayakan oleh banyak umat Kristen.
Fokus
perayaan kita adalah sosok Yeshua, kita mengucap syukur pada-Nya atas semua
anugerah yang Dia limpahkan kepada kita. Untuk hal tersebut, tidak perlu
menunggu perintah, kita lakukan saja.
11. Mengapa
PESAKH bukan PASKAH atau EASTER?
Jawab:
Sebenarnya ini hanyalah nama, wadah, atau kata saja. Yang terpenting bukanlah
wadahnnya, melainkan isinya. GNI karena bercorak semitik maka lebih memilih
nama semitik, yaitu Pesakh.
12. Apa
yang dirayakan umat Nazarene pada tgl 25 Desember?
Jawab:
Ada dua hal yang kita rayakan pada tanggal 25 Kislev (Desember):
a.
Perayaan Masa Konsepsi Miltha d’Alaha(Sang Anak
Alaha masuk dalam rahim Miriam melalui Ruakh ha-Kodesh) dan Pewartaan malaikat
Gabriel akan peristiwa Sejarah ini di Bumi sebagai Kabar Baik. (Lukas 1:26-35).
Hitungan Tradisi Yahudi Desember ke- September Akhir atau Awal Oktober (9 bulan
+ 10 hari) jatuh pada Perayaan Sukkot. Nubuatan ini terdapat pada Zakaria
14:16, sebagai berikut:
ZAK 14:16 VHYH KL-HNVThUr MKL-HGVYM HB’aYM ‘yL-YUrVShLM V’yLV MDY ShNH BShNH LHShThChVTh LMLK YHVH TShB’aVTh VLChG ‘aTh-ChG HSKVTh.ZAK 14:16 Dan akan terjadi pada waktunya, bahwa setiap orang yang tersisa dari semua bangsa yang datang menentang Yerusalem akan pergi berziarah dari tahun ke tahun untuk menyembah sang Raja YHVH Tzebaoth (L’Melek YHVH Tzebaoth), dan untuk merayakan perayaan Chag Sukkot.
Arti
ayat Zakaria 14:16, … setiap orang yang tersisa dari semua
bangsa; mereka kaum Yahudi perantauan dari keturunan-keturunan kaum Yahudi yang
terserak diantara bangsa-bangsa di bumi ini, akan datang melalukan aliyah hagg
(berziarah) ke Yerusalem untuk merayakan Perayaan Sukkot untuk menunaikan rukun
Iman Yahudi. Ini merujuk kepada kaum Yahudi keturunan diantara Bangsa-bangsa
dan bukan Bangsa-bangsa (Goyim) non-Yahudi yang datang ke Yerusalem sebab
mereka tak punya hubungan sama sekali dengan perintah Perayaan Sukkot! Mereka
datang ke Yerusalem untuk menyembah sang Raja YHVH Alam Semesta melalui
Perayaan Sukkot.
Laporan
Injil Lukas pasal 2:1-6, Injil Lukas
2:1-6, naskah ini mengalami pemenggalan ayat pada abd ke-4 M., setelah disalin
atas perintah Kaisar Konstantinus kepada Uskup Kaeasarea, Eusebius untuk
menghilangkan narasi Zakaria 14:16 perihal Perayaan Sukkot dialihkan menjadi
sensus penduduk. Sensus penduduk ini sebenarnya disertai dengan
peungutan pajak bagi Kaisar Romawi untuk membiayai ongkos-ongkos roda
pemerintahan Romawi yang sudah berjalan tiap periode 14 tahun sekali, dan
khususnya pemungutan pajak di Yudea sudah mulai sejak tahun ke- 16 S.M., oleh
karena untuk membiaya ongkos perang dan pembangunan jalan Pax Romana yang
dimulai sejak tahun 20 S.M. Uang hasil pengumpulan pajak ini tiap wilayah yang
dikuasai Romawi dikirimkan ke “aerarium Saturni” (Bendahara Umum).
Sementara
Yeshua lahir tahun 6 S.M., sehingga penarikan pajak melalui sensus penduduk
sudah bukan hal baru lagi karena sudah berlangsung selama 10 tahun sebelum
kelahiran-Nya. Kedatangan para peziarah Yahudi ke Yerusalem saat menunaikan
ibadah rukun Iman 3 x setahun wajib datang ke Tanah Suci: Pesakh, Sukkot, dan
Savu’oth dimanfaatkan dengan baik oleh penjajah Romawi untuk mengeruk
keuntungan dengan menagih pajak bagi para peziarah sekaligus mengadakan sensus
di tiap daerah.
Faktanya,
sangat bertentangan dengan Iman Yahudi seperti dalam Zakaria 14:16 bahwa
kedatangan mereka BUKAN untuk sensus penduduk, tetapi melaksanakan kewajiban
merayakaan Perayaan Sukkot di kampong halaman leluhur mereka sendiri. Contoh,
Yosip dan Miriam leluhur mereka adalah Raja Daud yang asal usul mereka di Beit
Lekhem, maka mereka datang ke sana untuk merayakan Sukkot bersama Kerabat
mereka yang tinggal di Beit-Lekhem. Jadi bukan datang untuk sensus penduduk!
Jika untuk alasan sensus penduduk maka nyaris tidak ada satu orang Yahudi yang
mau datang ke Yerusalem demi kepentingan bangsa yang mereka sangat benci
terhadap penjajah Tanah Air mereka. Mungkinkah orang Yahudi yang tinggal di
India, Cina, Jepang, Tibet, Asia Tenggara, Iran-Irak, Mesir, Briton, dll., mau
bersusah payah hanya untuk sensus penduduk? Mustahil!!!
b.
Perayaan Hanukkha Perjanjian Baru (Yoh 10:22-23)
Jemaat
Yerusalem Nasrani Yahudi Awal merayakan Perayaan Hanukha (Pentahbisan Bait
Suci). Pada masa abad ke-4 M., Bapa Gereja Barat, Epiphanius melaporkan
perihal komunitas Nasrani Yahudi:
“…Mereka pada umumnya keturunan Yahudi dan tidak kurang lebih. Mereka tidak saja hanya memakai Kitab Perjanjian Baru, tetapi juga melaksanakan kebiasaan hidup Perjanjian Lama Yahudi; karena mereka tidak menyingkirkan Kitab-kitab Torah, Nabi-nabi, dan Tulisan-tulisan Suci lainnya… supaya mereka diakui oleh Yahudi (Yahudi yang tak percaya Mesias), mereka ini Umat Nasrani yang tak membedakan diri mereka dalam segala sesuatunya dan mereka mengakui semua dogma Yahudi berkenaan dengan rumusan Torah dan adat-istiadat Yahudi, kecuali satu hal yang membuat mereka beda adalah keyakinan terhadap sang Mesias (Mshikha)… Mereka mewartakan bahwa hanya ada satu saja Alaha dan PutraNya Yeshua Mshikha. Namun, mereka sangat terdidik dengan baik dalam bahasa Ibrani; sebab mereka sama seperti Yahudi lainnya, membaca keseluruhan Torah, kemudian Nabi-nabi… Mereka memang berbeda dengan Yahudi pada umumnya karena mereka percaya pada sang Juruselamat (Mesias) dan sekaligus berbeda pula dengan orang-orang yang menyebut dirinya Kristen yang dalam hal itu mereka hingga saat ini terikat dengan ritus-ritus Yahudi, seperti … Sabat dan Perayaan-perayaan lainnya.“(Panarion 29).
Archbishop
Mar John Reginald Cuffe menjelaskan juga dalam bukunya, Gereja Awal, beliau
mengatakan bahwa:
Awalnya kaum Nasrani Yahudi merayakan Khanukha bersama mayoritas Yahudi lainnya sebagai deklarasi Iman Nasional Yahudi di mana sang Terang Ajaib telah memberikan kemenangan bagi mereka mengalahkan penjajah negeri mereka, sekaligus ini merupakan campur tangan Alaha bagi bangsa ini ditandai dengan Menorah yang tetap bernyala selama Delapan Hari tanpa suplai minyak. Perihal ini juga dirayakan oleh Maran Yeshua dengan kehadiran-Nya di Bait Suci yang dicatat oleh rasul Yokhanan, pasal 10 ayat 22-23, sebagai TANDA PERAYAAN INI ADALAH KANONIS UNTUK DIRAYAKAN ORANG PERCAYA DALAM YESHUA.
Setelah
abad ke-2 M., setelah konflik internal terhadap kaum Yahudi mayoritas dengan
Nasrani yang menyebut kaum Nasrani sebagai kaum “Minim” (bidat-bidat) dan juga
konflik eksternal terhadap kaum Bangsa-bangsa yang menamakan dirinya Kristen
(Kisah 11:26); maka pemahaman Perayaan Khanukha dipahami dalam
konteks Perjanjian Baru sebagai inagurasi/pentahbisan Bait Suci Ke-III secara
SPIRITUAL dan SORGAWI yang adalah Tubuh Yeshua sendiri (lihat, Yohanes 2:21-23,
dan Wahyu 21:22) dan Orang-orang percaya Mshikha adalah sebagai Bait Alaha (1
Korintus 3:16).
Dengan
demikian, Sang Terang telah bersukkah (berdiam) dalam Kedagingan Manusia
melalui Miriam adalah haMakom (Tempat bersemayam) sang Terang Ilahi Sejati
dalam manusia sehingga disebut sebagai Immanuel.(Yoh 1:14). Ini adalah Hanukkha (Perayaan
Konsepsi terang masuk ke dalam dunia) seperti dijelaskan rasul Yohanes, pasal 1
ayat 9-10. Juga disebut sebagai Pentahbisan Bait Suci sejati yang tidak lagi
terbuat dari bahan-bahan buatan tangan manusia tetapi melalui karya Alaha dalam
Roh didalam roh semua umat manusia dan dalam Roh Alaha. Ini merupakan deklarasi
bahwa kita tidak membutuhkan Bait Suci III secara Fisik dan duniawi yang kurang
mulia sebab yang mulia dan sempurna telah dibangun sejak 2000 tahun lalu dalam
Yeshua Mshikha.
13. Mengapa
GNI tidak merayakan NATAL 25 DESEMBER sebagai kelahiran Yeshua?
Jawab:
Ini aslinya adalah Perayaan Pagan Dewa kelahiran dewa Mithra yang diadopsi kaum
bangsa Romawi yang bersumber dari Persia. Ini adalah kelahiran Dewa dalam
cerita dongeng keagamaan Persia yang diimpor menjadi Dewa di masyarakat Barat
dan Kekeristenan pengaruh Hellenisme Yunani dan Latinisme. Memasuki bulan
Desember ada sejumlah iman yang merayakan akhir tahun ini: Bagi Hindu, ini adalah
masa perayaan Diwali, bagi umat Yahudi ini adalah waktu merayakan Khanukah, dan
tentu saja, ini adalah waktunya bagi orang Kristen merayakan Natal.
Kaum
Manikhaean juga merayakan musim dingin sangat penting ini sebagai Hari Raya
yang disebut “Shab I Yalda”. Ini adalah perayaan orang Persia
kuno yang dirayakan baik itu oleh kaum Manikhean dan semua orang keturunan
Iran. Shab I Yalda barangkali baru bagi banyak orang (khususnya di Barat dan
Kekeristenan Barat) barangkali mereka mengejutkan banyak orang pada masa kini
bahwa Shab I Yalda adalah dasar bagi perayaan Natal bulan
Desember.
Sekarang,
akan ada sejumlah orang yang mulai muncul pertanyaan dibenak mereka, tapi saya
akan menjawab sudut pandang kami, bersama dengan ringkasan informasi
perihal karunia Yalda ini. Tanggal 25 Desember, sementara
perayaan ini dirayakan oleh kebanyakan orang-orang Kristen di seluruh dunia
sebagai tanggal-kelahiran Isho (Yeshua atau Yesus), sebenarnya tanggal
kelahiran Yeshua ini TIDAK SEBENARNYA. Kalau begitu, dari manakah tanggal 25
Desember ini berasal? Kita perlu melihat kepada Gereja Roma Kristen Bangsa
Non-Yahudi untuk ini. Agama Resmi Negara Romawi pada zaman kaisar Konstantinus
naik pamor, ini dengan mudahnya meleburkan Mithraisme sebagai Kekeristenan.
Sementara
itu ada perayaan-perayaan dari agama-agama pagan lainnya yang dirayakan oleh
masyarakat Romawi, kultus yang berkembang pada zaman itu adalah Mithraisme,
sangat populer diantara prajurit Romawi, dan Kekeristenan. Konstantinus dan
ibunya bertobat kepada Kekeristenan, maka Kaisar berfokus untuk menjadikan
Kekristenan agama utama Kekaisaran. Ini bukan tugas mudah karena Kekeristenan
dipandang kultus pemberontakan di Roma untuk suatu waktu, meskipun begitu
bersama dengan keluarga Kaisar memeluk iman ini, mayoritas masyarakat tidak
mudah dipengaruhi dengan ide tersebut. Satu dari solusi bahwa Romawi harus
mempertobatkan para penyembah berhala kepada Kekeristenan berikutnya mengambil
alih kuil-kuil tempat penyembahan berhala, tempat-tempat berkumpul dan
bahkan perayaan-perayaan agama mereka, dan menempatkan Rekayasa Romawi
didalamnya, tanpa perduli entahkah tempat-tempat tersebut cocok dan tepat bagi
sejarah Kristen-Yahudi atau tidak.
Satu
contoh terbesar dari ini adalah adopsi kelahiran Mithra sebagai tanggal
kelahiran Mshikha (Mesias). Sementara itu para sarjana mengakui bahwa perayaan
hari raya Romawi adalah kelahiran Mithra pada tanggal 25 Desember, sangat
sedikit orang tahu perihal tanggal ini, adalah Perayaan orang Persia yang
disebut “Shab I Yalda”, yang secara tradisional dirayakan selama 4 hari lebih
awal pada Musim Dingin Titik Balik Matahari (Winter Solstice). (Ini bisa
berbeda dalam Kalender Persia dan Romawi, perihal masa itu). Shab I
Yalda adalah Malam Kelahiran Mithra. Shab I Yalda juga
adalah Perayaan Musim Dingin Titik Balik Matahari (Winter Solstice).
14. Apakah
merayakan NATAL 25 Desember itu sudah pasti artinya adalah penyembahan kepada
dewa pagan?
Jawab:
tidak. Banyak orang yang menyudutkan gereja yang memiliki tradisi perayaan
Natal 25 Desember itu merayakan perayaan pagan, itu keliru. Sebenarnya Perayaan
Natal sendiri tidak pernah dirayakan oleh Jemaat Perdana Yerusalem yang kuat
dengan tradisi semitik Yahudi mereka. Dalam budaya Yahudi, kelahiran itu tidak
dirayakan.
Jika
ada gereja yang merayakan maka itu tentu adalah ucapan syukur atas kedatangan
Sang Juruselamat dunia. Perayaan tersebut sama sekali tidak ada hubungannya
dengan penyembahan berhala.
15. Bolehkah
merayakan Natal dengan memasang POHON NATAL?
Jawab:
silahkan saja. Tradisi menghias pohon cemara ini memang bukanlah tradisi awal
gereja, baru berkembang belakangan namun sama sekali tidak melanggar Torah
Mshikha.
_________________________________
[1] Sara E. Karesh, Mitchell M. Hurvitz, Encyclopedia of Judaism, hal 180,
tahun 2006
[2] Tidak ada dasar Alkitab dan
Tradisi serta Wahyu yang mengijinkan seorang awam membaptis orang lain, kecuali
Imam Tertahbis. Contoh, Yohanes Pembaptis adalah keturunan Imam Harun anak Imam
Zakaria dan dia dipilih Alaha untuk
mempersiapkan jalan Tuhan (Matius 3:1-3). Demikian juga Para Rasul membaptis
bersama Maran Yeshua (Yohanes 4:1-2)
dan Kitab Para Rasul banyak menyinggung ini bahwa Filipus seorang Diakon hanya bisa membaptis dengan AIR
tapi tidak tumpang tangan dengan peminyakan urapan dan pemeteraian kudus (Kisah
8:12-17). Gereja-gereja Rasuliah sudah 2000 tahun tidak pernah mengijinkan kaum
awam tanpa suksesi rasuliah boleh membaptis. Perubahan ini terjadi saat abad
ke-16 dalam Reformasi Protestantisme merombak (reform) segala aspek ajaran-ajaran rasuliah menjadi Ajaran-ajaran
individual. (Theologumenons = private opinions).
[6] Hildred Geertz, The Life of a
Balinese Temple, hal 38, University of Hawai Press, tahun 2004
[7] Ronald F.
Youngblood, Nelson's Illustrated Bible Dictionary: New and Enhanced Edition, hal 217,
Thomas Nelson, tahun 1986
[10] Pdt Teguh Hindarto,
MTh, Midrash Shabat, Kumpulan Penagarjaran Shabat Seri Pertama, hal 13, th 2006
[11] Istilah “Perjanjian Baru”
disebutkan oleh Maran Yeshua pertama
kali, dan diteguhkan melalui Korban di Salib dalam diri-Nya sendiri yang
diperintahkan untuk dirayakan selalu; “… Perbuatlah ini mengingat akan Aku…”
(Lukas 22:19-20). Jadi ini tidak ada kait mengait dengan
Anti-Semitisme dan menggantikan istilah Perjanjian Lama. Istilah “Perjanjian Lama” sebenarnya tidak
dikenal zaman Para Rasul, kecuali Kitab Torah,
Nabi-nabi dan kemudian Ketuvim sehingga disebut Kitab TANAKH oleh kaum Yahudi.
Orang Kristen Goyim yang pertama
memakai istilah Perjanjian lama dan Perjanjian Baru adalah Tertullianus abad ke-2
M., (Latin: vetus testamentum dan novum testamentum), dalam tilisannya
buku 3 - Melawan Marsion, pasal 14). Bagi Nasrani lebih suka menyebut PL
sebagai Tanakh.
[12] Luk 16:16 terjemahan
GNI: “Torah Sinai dan kitab para nabi
berlaku SAMPAI kepada zaman
Yohanes…”
[13] Ibrani 5:10 LAI: “dan
Ia dipanggil menjadi Imam Besar oleh Allah, menurut peraturan Melkisedek.”
Kita
menghormati Kemanusiaan Mshikha sebab
Keilahian ada dalam Dia; maka, melalui Salib, kita menyembah Alaha Juruselamat kita.
"Salib" adalah nama dari Mshikha,
sama sejajar kepada ucapan kita "terbunuh," "menyembah,"
dan bukan rancangan kayu, perak, atau perunggu. Sekarang dasar landasan Mshikhanuth (Nasrani) adalah pengakuan
bahwa Salib itu adalah pembaharuan dan keselamatan semestawi diberikan kepada
semua, dan Salib itu yang kita gunakan adalah tanda yang sama dari Tuhan kita
yang muncul di langit sebelum kedatangan-Nya, seperti yang Dia sendiri telah
ramalkan. Oleh karena itu, ketika, kita memandang lambang keselamatan kita ini,
kita menerima seolah-olah kita sedang melihat Juruselamat kita terentang di
Salib bagi pengampunan dosa-dosa kita, dan bagi pembaharuan semua alam ciptaan.
Oleh sebab itu kita mempersembahkan dengan semangat dan ibadat Qadisha Qurbana, bukan untuk ditujukan
kepada perihal Salib semata; tetapi kepada Dia yang kita gambarkan di atas
Salib itu, dan diatas semuanya dipersembahkan kepada Alaha, yang memberikan Anak-Nya untuk menjadi Salib [atau,
disalibkan] bagi kita, melalui karya salib Dia mengerjakan pembaharuan dan
penebusan bagi kita, dan melalui-Nya Dia memberikan kehidupan kekal yang amat
bernilai dalam kerajaan Sorga. "Sebab jika, sementara kita masih menjadi
musuh, kita diperdamaikan kepada Alaha
melalui Anak-Nya; betapa lebih lagi kita akan diselamatkan melalui
hidup-Nya."
Melalui
Tanda ini Rasul-rasul (Shlikhim)
mengadakan mukjizat-mukjizat, dan menumpangkan tangan bagi jabatan Keimamatan
(Suksesi Rasuliah), dan semua qadishotim Jemaat
lainnya yang melalui ini semua karya disempurnakan. Perkara-perkara ini, dit erus
sampaikan dari Rasul-rasul, dan diteguhkan oleh semua mereka para pengganti
rasul-rasul, menegaskan bahwa "pewartaan Salib bagi mereka yang akan
binasa adalah kebodohan; tetapi bagi kita yang diselamatkan pewartaan ini
adalah kekuatan dari Alaha."
[15] Mar 12:29 (LAI): Jawab Yesus: "Hukum yang terutama ialah:
Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa.
[21] Kisah Rasul Thomas
4:39 terjemahan GNI“…kami menyembah dan memuji Engkau dan Bapa yang tidak
terlihat dan Bunda dari semua ciptaan.”
[22] Allen C.
Myers, ed, "Aramaic". The
Eerdmans Bible Dictionary. Grand Rapids, Michigan: William B. Eerdmans. halaman. 72,
tahun 1987
Tidak ada komentar:
Posting Komentar