TANYA JAWAB

Berikut adalah LAMAN tentang TANYA JAWAB (Frequently Asked Questioned) yang sering diajukan oleh para pembaca atau rekan-rekan yang belum mengenal umat Nazarene di Indonesia ini.

Ini adalah tulisan dari Uskup Agung John Cuffe, Alm Uskup Nicholas Lumbantoruan, dan Shm Sem Aldo yang diposting di website resmi Nazarene Indonesia, yaitu www.nasraniindonesia.org untuk tujuan mereka yang sering bertanya kepada pihak GNI. Pertanyaan mereka dibagi menjadi beberapa kategori pertanyaan, yaitu:
1. Keyakinan, seputar ajaran dasar dan peristilahan semitik yang dipakai yang sulit dipahami orang awam.
2. Gereja, seputar organisasi Nazarene di Indonesia dan Kesukupan di Australia.
3. Keimamatan, seputar keimamatan di dalam GNI, perbedaannya dengan imam di PL dan lan sebagainya.
4. Peribadatan, seputar peribadatan Sabbath dan Minggu.
5. Spiritual, seputar hal-hal yang berbau roh, yang sulit dipahami oleh indera manusia.
6. Menjawab Kristen Mesianik, seputar perbedaan dengan denom Kristen Mesianik yang juga mengaku-ngaku sebagai kaum Nasrani, pewaris ajaran AKAR.
7. Perayaan, seputar perayaan yang dilakukan di GNI.

Tulisan ini berguna bagi semua Shamasha untuk memberikan jawaban singkat bagi si penanya atau juga berguna bagi jemaat baru yang ingin tahu komunitas Nazarene Indonesia lebih mendalam. Semua pertanyaan tentu ada jawabannya, namun di sini hanya ditulis jawaban singkatnya saja. Ulasan lebih jauh dan mendalam bisa berada di dalam Materi Pengajaran GNI dan tentunya Materi Seminari St Basil.

Penyusun,

Shm Sem Aldo

Klik ini untuk men-download keseluruhan Tanya Jawab ini DOWNLOAD PDF.

 

Selamat datang di Laman TANYA JAWAB dengan kategori KEYAKINAN. Semoga dari sini, para pembaca bisa memahami ajaran GNI itu yang sering dipertanyakan oleh pihak luar.

1.    Apa itu MARYAH?
Jawab: Itu adalah pelafalan dari Nama Suci YHWH yang menjadi tradisi dalam Gereja Asyria Timur (Church of the East). Pelafalan ini diucapkan di dalam peribadatan oleh jemaat untuk menghormati Alaha. Kata ‘MARYAH’ itu berasal dari 2 kata, yaitu MAR (Tuan/Tuhan/Pemilik) dan YAH (artinya HIDUP).
Nama YHWH dalam tradisi Yahudi Farisi diucapkan HASHEM atau ADONAI. Ini adalah tradisi pengucapan yang berbeda dengan umat Nasrani.

2.    Apa itu MAR dan MARAN?
Jawab: MAR dalam bahasa Aramaik artinya TUAN (Inggris: The Lord), MARAN dalam Aramaik juga berarti yang sama, hanya saja sering disematkan untuk Yeshua.

3.    Apa itu ALAHA?
Jawab: Tuhan dalam bahasa Aramaik, God dalam bahasa Inggris.

4.    Apa itu MARYAH ALAHA?
Jawab: YHWH Tuhan.

5.    Apa itu MESHIKHA?
Jawab: Mesias dalam bahasa Aramaik.

 6.    Apa itu TLITHAYUTHA?
Jawab: Triune GOD dalam bahasa Inggris. Tiga aspek Tuhan yang SATU.

7.    Apa itu PESHITTA?
Jawab: Itu adalah kitab suci berbahasa Aramaik, arti kata ‘Peshitta’ adalah Yang Lurus.

8.    Apa itu ALAHA EKHAD?
Jawab: Alaha yang SATU.

9.    Siapakah Yeshua itu? Apakah Dia Alaha juga?
Jawab: Yeshua adalah Anak Alaha (Alaha juga), Anak Manusia, Sang Miltha/Sabda, Rabbi Besar, Imam Besar Melkisedek, Metatron, Pencipta, Yang Sulung dari semua jiwa, Sang Pintu, Sang Tunas, Sang Gembala Agung, Nabi Besar, Mesias (Meshikha), dan lain-lain.

10. Mengapa YESHUA bukan YESUS?
Jawab: Sama saja. Kami menyebut nama Ibrani-Nya, dalam bahasa Aramaik ditulis: EASHOA.

11.    Jika Yeshua itu Alaha/Tuhan, mengapa Dia bisa mati di kayu salib?
Jawab: Yang mati di kayu salib adalah kemanusiaan Yeshua, bukan Keilahian-Nya. Keilahian-Nya itu tidak akan bisa mati.

12.    Apakah GNI meyakini Alaha TRITUNGGAL juga?
Jawab:  Dalam Pengakuan Iman Rasuli tegas dinyatakan perihal “Aku Percaya…”:
Aku percaya pada Alaha sang Bapa Mahakuasa, Pencipta Langit dan Bumi, Dan pada Yeshua Mshikha, Anak Tunggal-Nya, Maran Kita…Aku percaya pada Roh Kudus……
Frasa kata “Aku Percaya pada Alaha sang Bapa Maha Kuasa, pada Yeshua Mshikha, dan Roh Kudus” ADALAH Alaha Ehad. Pada Pengakuan Iman Rasuli dijelaskan dalam keyakinan Gereja Nasrani Katolik Ortodoks bahwa:

Kami percaya pada Satu Keilahian Tak Berwujud, Tak Terbatas, Kekal dan mencakup Semua; Dia yang sebelum semua Waktu, Menjelma langsung sebagai sang Tlithayutha (Tritunggal) dari Hakikat Ehad, agar Alaha bisa berkarya dalam Ciptaan: yang pada Mulanya sang Ehad menjadi Dua, Bapa dan Bunda, dan dari Mereka Diperanakkan sang Anak melalui Dia diciptakan Waktu dan Ruang dan semua Ciptaan, lima belas Alam keberadaan: dan ketika itu Menjelmakan langsung, Alaha berdiam dalam Alam-alam tertinggi ini.

Kata “Satu” di sini dimaknai sebagai “Yachid”dalam bahasa Ibrani, yakni Tunggal. Dalam bahasa Aramaik kata “Satu” ini dimaknai sebagai “Kyana” yaitu Blue Print (rancang bangun) Keilahian itu tunggal adanya dan kata Ibrani, “Echad” dalam bahasa Aramaik disebut “Qnume” yaitu “Aspek.” Alaha itu Tunggal bermanifestasi dalam Tiga Aspek. Satu Alaha Maha Kuasa Tiga Aspek: Bapa, Bunda, dan Anak. Inilah yang disebut Tlithayutha atau Tritunggal.Jadi Alaha itu Satu Kyana Tiga Qnumas, itulah Alaha Kudus Pencipta segala sesuatu baik yang kelihatan dan yang tak kelihatan.

Frasa kata, “Dia yang sebelum semua Waktu, Menjelma langsung sebagai sang Tlithayutha (Tritunggal) dari Hakikat Ehad,”…Artinya ketika Alaha sebelum adanya ruang dan waktu (yakni Kekekalan) dalam lingkaran kasih pada diri-Nya sendiri meluap kasih itu sehingga mengalirlah kasih itu “keluar” dari diri-Nya sendiri sehingga Ia mencipta. Dalam proses ini Alaha yang Tunggal tersebut ‘bermanifestasi menjadi Ehad, yakni Bapa, Bunda, dan Anak. Karya Penciptaan ini semuanya terjadi dalam diri sang Anak yang diperanakkan oleh Bapa dan Bunda (Yoh 1:3).

13.    Apakah GNI yakin bahwa Yeshua akan datang kedua kali? Kapan?
Jawab: Ya, Visi dari keuskupan GNI adalah mempersiapkan jemaat untuk kedatangan Yeshua kedua kalinya. Kapan tepatnya, tidak ada yang mengetahui dengan pasti.

14.    Mengapa Roh Kudus disebut sebagai BUNDA ROH dalam ajaran Nazarene?
Jawab: Sebab kata ‘ROH’ dalam Ibrani dan Aramaik bergender FEMINIME, bukan netral, bukan maskulin. Roh inilah yang menghidupkan manusia dan melahirkan mereka menjadi jemaat Nasrani pada ritual pengentenan (Baptis Air dan Roh Kudus).

15.    Mengapa GNI mengatakan bahwa Kitab Suci itu BUKAN FIRMAN TUHAN?
Jawab: Firman Tuhan adalah Yeshua. Yeshua bukan Kitab Suci. Kitab Suci itu adalah sebagian Ajaran Lisan (tradisi) yang dituliskan. Isi Kitab Suci antara lain, sejarah, Sabda Tuhan di berbagai zaman melalui para nabi, Kidungan Mazmur, Hikmat atau petuah kuno, nasehat para rasul, dan pewahyuan.

16.    Apa itu PILAR IMAN?
Jawab: Pilar kebenaran yang membuat suatu ajaran diyakini adalah benar.

17.    Mengapa Pilar Iman Nasrani ada 3? Apa saja?
Jawab: Ada 3 Pilar Iman, karena memang semua kebenaran itu berasal dari PEWAHYUAN, lalu diterima oleh nabi lalu DIAJARKAN SECARA LISAN (TRADISI), kemudian sebagian tradisi tersebut dituliskan dan menjadi KITAB. Jadi yang menjadi pegangan sbg kebenaran ada 3: Pewahyuan, Tradisi, dan Kitab.

18.    Mengapa Nazarene Indonesia menolak ajaran SOLA SCRIPTURA?
Jawab: Sola Scriptura adalah ajaran 1 PILAR IMAN, yaitu HANYA KITAB, membuang tradisi dan pewahyuan. Sola Scriptura bukanlah ajaran awal Nazarene, itu adalah ajaran abad 16 yang dicetuskan oleh Martin Luther.

19.    Apa itu NASRANI? NAZARENE?
Jawab: Nazarene atau Nasrani berasal dari kata Nazareth, kota Yeshua dibesarkan. Dan berasal dari kata ‘Netzer (Sang Tunas), Yes 11:1 yang mengacu kepada Yeshua.

20.    Apa itu KRISTEN? Mengapa memilih kata NASRANI bukan Kristen?
Jawab: Kristen (Aram: Mshikaye) artinya pengikut Yg Diurapi. GNI memilih kata NASRANI karena komunitas Yeshua pertama kali disebut NAZARENE, nama KRISTEN baru muncul kemudian di Antiokia.


Selamat datang di Laman TANYA JAWAB dengan kategori GEREJA. Semoga dari sini, para pembaca bisa memahami siapa GNI itu sebenarnya.


1.    Apa yang disebut sebagai 'Gereja Rasuliah' (GR) itu sebenarnya?
Jawab: Gereja Rasuliah (GR) adalah jemaat yang dibangun oleh para rasul (uskup). GR bisa berdiri sejak abad 1 atau setelahnya. Sebagai contoh GR yang berdiri di abad 1 adalah Gereja Antiokia dan Gereja Asyria Timur. Kedua gereja kuno ini adalah asal mata rantai tahbisan umat Nazarene di Indonesia. Contoh GR yang muncul setelah abad 1 adalah Gereja Ortodoks Etiopia di abad 4, Gereja Byzantium di abad 4 juga, lalu ada Gereja Ortodoks Rusia sebagai Putri Byzantium, kemudian ROCOR sebagai Putri Ortodoks Rusia, dan lain-lain.

Kalau GR itu dibangun oleh para rasul atau uskup. Jemaat Yerusalem itu adalah Gereja yang  dibangun oleh Maran Yeshua sendiri. Jadi hanya ada satu jemaat yang dibangun oleh Yeshua, yaitu Gereja Yerusalem. Para rasul adalah jemaatnya. Jemaat itulah yang menyebar dan kemudian membangun GR-GR ke mana mereka diutus. Gereja Roma yang berani klaim bahwa mereka adalah gereja yang dibangun oleh Yeshua itu adalah suatu bentuk kesombongan. Usaha meninggikan diri di antara semua GR yang ada.

2. Apa buktinya GNI adalah suatu Gereja Rasuliah?
Jawab: GNI dipimpin oleh Uskup. Uskup adalah penerus dari tahta para rasul awal di abad 1 Masehi. Para Rasul adalah para Uskup atau Imam-imam yang memiliki hak untuk mentahbiskan. Lalu para uskup mentahbiskan uskup penerusnya, demikian seterusnya. Uskup demi uskup mengembalakan jemaat dari abad ke abad sampai sekarang. Jadi karena GNI dipimpin oleh Uskup maka komunitas ini termasuk ke dalam GR.

3. Mengapa Nazarene Indonesia memakai kata 'Gereja' bukan 'Jemaat' saja yang lebih tepat?
Jawab: Sama saja sebenarnya. Kata ‘Gereja’ sudah melekat di semua komunitas GR di diseluruh dunia. Umat Nazarene juga menyematkan kata ‘Gereja’ dalam namanya karena semua komunitas Kristen di Indonesia baik itu GR dan non GR juga memakai kata ‘Gereja’. GNI juga merupakan Jemaat (Aramaik: Idtah). Jemaat itu mengacu kepada suatu komunitas pemuridan dan pewartaan.

4. Mengapa GNI yang baru berdiri di tgl 13 Maret 2016 berani klaim sebagai Gereja Rasuliah? 
Jawab: Yak arena GNI dipimpin oleh Uskup! Tanpa uskup maka tidak ada jemaat, tidak ada Gereja Rasuliah. GNI adalah GR yang berdiri setelah abad 1. Di mata Alaha, semua Uskup adalah sama. Jadi semua GR itu pada hakikatnya adalah sama juga. GR adalah komunitas Perjanjian Baru.

5. Apa bedanya GNI dengan Kristen Mesianik (KM) karena sama-sama klaim sebagai umat Nasrani?
Jawab: GNI bukanlah KM, dan KM bukanlah GNI. Ada jurang perbedaan di antara keduanya. GNI dipimpin Uskup, KM dipimpin oleh Pendeta. Tidak ada satupun Pendeta yeng pernah memimpin jemaat Nazarene di abad 1. GNI memakai siddur (liturgy) ibadat Nazarene abad 1 yang disusun oleh Uskup Mar Yakub, KM tidak. GNI adalah pewaris Tradisi-tradisi Nazarene awal, KM sama seperti Protestan, tidak mewarisinya malah membuangnya. Sebagai ganti tradisi tersebut mereka banyak mengadopsi tradisi Yahudi Farisi seperti melakukan Hukum Taurat.

6. Apa bedanya GNI dengan Gereja Roma Katolik (GRK)?
Jawab: Kendati sama-sama merupakan GR yang dipimpin Uskup, di dalam ajaran ada banyak perbedaan di antaranya. GNI bercorak semitik seperti Nazarene awal, sementara GRK bernuansa latin. Uskup GNI tidak selibat, GRK selibat. GNI menolak ajaran Paus tidak pernah salah mengajar, sementara GRK meyakininya. GNI menolak ajaran Maria (Miriam) sebagai RATU SORGA sperti yang diajarkan GRK. GNI adalah Sabbath keeper (pemelihara Sabbath), GRK memindahkan Sabbath ke hari Minggu. Dan masih banyak yang lain.

Perbedaan di atas tidak membuat GNI memandang rendah GRK. Semua Uskup adalah sama di mata Alaha, semua adalah Wakil Maran Yeshua di muka bumi ini. Kendati memiliki banyak perbedaan ajaran, dan keduanya masing-masing meyakini paling benar, GNI tidak tertarik untuk menyombongkan diri apalagi di Indonesia, GNI baru saja hadir dibanding mereka sudah beberapa abad.

7. Mengapa GNI tidak bergabung dengan GOI di Indonesia? Bukankah semua Gereja Rasuliah di Indonesia harus masuk ke dalam Sinode sesama Ortodoks yaitu GOI?
Jawab: Bergabung dengan sinode GOI yang didirikan Imam ROCOR? Ini tidak pernah terbersit di dalam pikiran Uskup GNI. Kami lebih tertarik untuk memiliki sinode sendiri atau membuat agama tersendiri di Indonesia nantinya yang sejajar dengan Protestan dan Roma Katolik. Pemikiran yang mengharuskan semua Gereja Rasuliah (GR) di Indonesia untuk bergabung dengan Sinode GOI pernah dicetuskan oleh seorang Diakon ROCOR. Ini ditepis dengan bijak oleh rekan-rekan Gereja Coptik juga.

8. Termasuk ke dalam SINODE manakah GNI ini?
Jawab: Belum, kami masih terdata di dalam Pemerintahan Australia sebagai cabang dari Catholic Orthodox Church of The New Age di Queensland. Di tahun 2016 ini kami sedang menjajaki untuk bergabung atau mengakuisisi suatu SINODE yang tidak aktif. Dan jika suatu saat GNI memiliki sinode sendiri, bukan berarti umat Nazarene di Indonesia ini menjadi pecahan dari Protestan. Kepemilikan sinode hanya dalam arti bahwa GNI ingin memiliki legalitas yang lebih kuat di Indonesia. Sampai suatu saat Nazarene atau Nasrani bisa menjadi satu agama sendiri di republik ini.

9. Adakah Gereja Semesta di dunia ini seperti yang diklaim oleh seorang Diakon Gereja Rasuliah yang besar?
Jawab: Tidak ada! Ini adalah klaim dari suatu GR besar yang menyangka bahwa karena jumlah mereka banyak lalu mereka meyakini diri mereka adalah Gereja Semesta, GR lainnya harus masuk ke dalam mereka untuk diselamatkan. Jumlah bukanlah parameter sesuatu bisa dianggap benar.

10. Mengapa GNI bisa memiliki Mata Rantai Tahbisan banyak? Mengapa tidak hanya satu saja seperti Coptik atau Roma Katolik?
Jawab: Karena ada beberapa Uskup yang bisa mendapatkan beberapa Tahbisan dari beberapa Gereja Rasuliah, contohnya adalah Alm. Uskup Agung John Ward yang mendapatkan tahbisan dari Gereja Syria, Anglikan, dan Asyria. Dari beberapa tahbisan ini, GNI bisa memiliki berbagai tradisi, kaya akan tradisi yang tidak didapatkan oleh GR yang hanya punya 1 Rantai Tahbisan Rasuliah saja.

11, Kalau keuskupan GNI di Australia memakai nama ‘ortodoks’, apakah GNI juga berhaluan HELENISME seperti GOI yang sudah terlebih dahulu ada di Indonesia?
Jawab: Arti kata ‘Ortodoks’ tidak ada hubungannya dengan ideology HELENISME. Kata ‘Ortodoks’ artinya adalah Ajaran yang Lurus. GNI tidak memiliki rantai TAHBISAN yang berasal dari Gereja Byzantium, sama sekali tidak mewarisi tradisi dan budaya HELENIS mereka. GNI bercorak semitik bukan Yunani dalam pengajaran kami.

12. Apakah GNI adalah bagian dari Gereja Nestorian?
Jawab: GNI memiliki rantai TAHBISAN dari Gereja Nestorian (Asyria) memang, namun tidak bisa dibilang bahwa kami adalah bagian dari mereka. Keuskupan GNI di Australia adalah suatu keuskupan yang MANDIRI. GNI berhutang tahbisan dari mereka. Dari semua GR yang ada di muka bumi ini, kami paling menghormati Gereja Church of the East (Nestorian) pemilik Peshitta Aramaik ini.

13. Mengapa GNI bukan merupakan pecahan Protestan?
Jawab: Protestan dan pecahannya adalah penganut SOLA SCRIPTURA atau ajaran yang membuang TRADISI. Sementara GNI dan semua GR lain yang sudah ada sejak abad 1, semua adalah pelestari TRADISI (Oral Torah). Semua Qadishotim (sakramen) dan sejarah itu ada di dalam TRADISI bukan di Kitab Suci (written torah).

14. Dimana saja Kehila atau Paroki GNI sekarang ini?
Jawab: Sampai tahun 2016 ini, GNI memiliki paroki di Cibubur-Jakarta, Medan, Madiun, dan Jogyakarta. Paroki lain menyusul.

15. Apa persyaratan untuk berjemaat di GNI?
Jawab: Simple, mereka yang menerima Yeshua sebagai Tuhan dan Juruselamat. Lalu mau menyerahkan diri kepada Uskup sebagai Wakil Maran Yeshua untuk dibaptis.

16. Apa persyaratan bagi seorang Pendeta untuk mendapatkan TAHBISAN RASULIAH di GNI?
Jawab: Mereka memiliki peundukan diri terhadap Uskup.

17. Apakah GNI itu masih menjadi bagian dari Assembly of Jerusalem (AoJ) seperti tahun 2006?
Jawab: Sudah tidak. GNI sama sekali tidak ada hubungan apa-apa lagi dengan mereka.

18. Apa yang dimaksud dengan ‘New Age’ dalam nama Gereja Keuskupan Agung di Australia: Orthodox Catholic Church of the New Age? Apakah ini artinya GNI memiliki ajaran New Age Movement (NAM)?
Jawab: New Age artinya adalah Zaman Baru (Ibrani: Olam Haba), tidak ada hubungan sama sekali dengan New Age Movement (NAM).
Kita mendapatkan bimbingan dari Uskup Mar Nicholas demikian:
Zaman Baru yang dimaksud disini adalah ‘Dispensasi Perjanjian Baru’ terhitung sejak Dispensasi Yudaisme dicabut YHWH dengan Pembuangan Bangsa Israel sejak Kerajaan Israel Utara (abad ke-7 SM) dan Kerajaan Yehuda (abad ke-6 SM); masa Zaman Para Rasul sampai Jemaat Perjanjian Baru sekarang ini disebut Era Zaman Baru yang dipenghujung Zaman Akhir ini Yeshua sang Mshikha segera Datang kedua ke bumi, Maranatha!

19. Apakah di dalam GNI terdapat suatu ordo juga seperti halnya di dalam Gereja Roma Katolik?
Jawab: Ordo adalah suatu terekat atau kelompok yang memiliki suatu tugas khusus, menghidupi tuga stersebut sebagai suatu visi atau tujuan hidup bersama. Keuskupan GNI yang terletak di Australia memiliki satu Ordo bernama Confraternity the Christ of King (CKC) yang didirikan juga oleh Alm Uskup Agung John Ward di abad 19. Suatu saat nanti di Indonesia, memungkinkan terbentuknya ordo baru yang menekuni suatu tugas khusus yang berbeda dengan ordo CKC tersebut.

20. Apakah Ordo Confraternity the Christ of King (CKC) ada kaitan dengan kaum Esseni?
Jawab: Dilihat hubungan sejarah tahbisan tidak ada keterkaitan, namun kedua komunitas ini memiliki kesamaan visi dan aturan komunitas. Secara Visi yaitu sama-sama mempersiapkan kedatangan Yeshua. Kaum Esseni sejak abad 2 SM menantikan kedatangan Yeshua sebagai Imam Besar Melkisedek, sementara CKC berdiri dengan tujuan mempersiapkan kedatangan Yeshua kedua kali sebagai Raja di Yerusalem. Sedangkan secara aturan komunitas (Ibr: Yahad), kedua komunitas ini sama-sama memandang semua jemaat terikat dengan tali persaudaraan yang dipimpin oleh seorang pemimpin (Uskup) yang independen dengan Uskup lainnya.

21. Bagaimana sejarah terbentuknya Ordo CKC?
Jawab: Ordo Persaudaraan Kerajaan Meshikha (CKC) terinspirasi dari visi John dan Jessie Ward (abad 19) dalam mempromosikan keyakinan kembalinya Meshikha ke bumi . Saat ini ada tiga 'Tingkatan' dari ordo ini. Tingkat Pertama dan Kedua, tingkat anggota yang tinggal dalam sebuah lahan membentuk suatu komunitas . Sekelompok kecil anggota Ordo Ketiga tinggal secara lokal . Para anggota ini membuat komitmen untuk pengembangan lebih lanjut spiritual mereka sementara juga membantu pekerjaan ordo ini.

Para anggota komunitas berusaha untuk menjalani kehidupan yang seimbang yang berkisar menghadiri palayanan gereja, pengabdian dan doa pribadi dan kegiatan lainnya dalam kehidupan sehari-hari. Empat bidang utama pekerjaan ordo ini antara lain: Gereja , lahan perkebunan, Pendidikan Kampus dan Museum. Lainnya adalah menjalankan pelayanan publik , mengunjungi orang sakit, melakukan aktifitas karya amal dan memberikan kuliah umum merupakan bagian dari pekerjaan yang sedang berlangsung dari anggota Persaudaraan ini.

Persaudaraan ini diatur oleh suatu Pemimpin yang dipilih dari salah satu anggota dari dalam jajarannya untuk membimbing dan memimpin. Pemimpin (Chaplain) tersebut ditugaskan sebagai mentor spiritual untuk semua anggota. Komunitas ini menempati lahan St Michael dengan luas 135,2 hektar termasuk Abbey House atau tempat tinggal terpisah.

22. Apakah GNI terbuka untuk jemaat dengan kelainan sexsual seperti kaum LGBT?
Jawab: Ya, asal mereka mau berubah sesuai gaya hidup Limudah yang menolak LGBT. Semua berhak dipulihkan, semua akan disempurnakan seperti jemaat yang sudah ada di dalam umat Nazarene ini.

23. Apakah GNI termasuk ke dalam bilangan Gereja Ortodoks Oriental?
Jawab: Tidak, kendati memiliki kesamaan pengajaran namun GNI tidak tercakup ke dalam Oriental.

24. Bagaimana jika ada yang tertarik menjadi jemaat GNI namun belum ada paroki di kotanya?
Jawab: Mereka bisa belajar secara online. Jika mereka masih berkomunitas di jemaat lain itu adalah hak mereka. Bahkan sampai mereka dibaptis juga mereka diberi kebebasan untuk mengikuti ibadat di gereja lain. GNI tidak bisa menutup kebebasan mereka untuk berkomunitas. Jika suatu saat GNI memiliki Paroki terdekat maka mereka bisa berkumpul bersama di paroki terdekat.



Selamat datang di Laman TANYA JAWAB dengan kategori KEIMAMATAN. Semua hal tentang keimamatan di Perjanjian Baru yang sering ditanyakan akan diulas di sini. Semoga dari sini, para pembaca bisa memahami keimamatan dalam GNI.


1. Mengapa jemaat tidak secara otomatis adalah seorang Imam seperti tercatat dalam 1 Pet 2:9?
1Ptr 2:9  Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Alaha sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib.
Jawab: Ayat 1 Pet 2:9 tidak menjelaskan bahwa jemaat Nazarene itu secara otomatis adalah Imam-imam tertahbis juga. Ini adalah kesalahan dalam menafsirkan ayat karena terpengaruh ajaran Sola Scriptura (Hanya Kitab Suci) yang diajarkan oleh Martin Luther di abad 16. Ajaran Nazarene abad 1, sama sekali tidak mengenal ajaran Sola Scriptura ini. Mengapa? Karena Pilar Iman bukan hanya Kitab Suci, melainkan juga Tradisi Suci. Dan jenjang keimamatan itu ada di dalam Tradisi Suci, sudah dibentuk oleh Maran Yeshua sejak abad 1 Masehi.

2. Apa yang dimaksudkan dengan Keimamatan Melkisedek?
Jawab: Keimamatan Melkisedek adalah Keimamatan Universal yang tidak bersifat Tribal (kesukuan). Contoh dari mulai zaman Adam sampai Perjanjian Sinai, seluruh dunia di bawah Torah Nuh dan sistem Keimamatan Melkisedek. Oleh karena terjadinya distorsi, baik pengajaran Torah dan Keimamatan maka Alaha membuat perencanaan contoh keimamatan melalui keturunan Yisrael dengan memilih Suku Lewi. Suku inilah yang mewarisi keimamatan tribal khususnya keturunan Harun.

Sementara Keimamatan Melkisedek dan Torah Nuh tetap berjalan di luar bangsa Israel, sehingga kita menemukan artefak keimamatan yang mirip dan moral Torah yang sama di seluruh dunia. Sedangkan Torah Musa dan Keimamatan Harun bersifat Tribalisme yang disebut Masa Dispensasi bagi Umat Pilihan Israel. Masa Dispensasi Yisrael berakhir pada zaman Yokhanan Ha-Mikveh (Lukas 16:16), lalu masuk kedalam dispensasi Keimamatan Melkisedek dalam Diri Yeshua yang diterus sampaikan kepada para rasul-Nya dan para uskup hingga masa kini. Keimamatan ini bersifat universal atau katolik. Sehingga Mar Saul (Paulus) menulis tidak ada lagi perbedaan Yehudim dan Goyim.

3. Bagaimanakah jenjang keimamatan di dalam Nazarene?
Jawab: Jenjang Keimamatan di dalam GNI terbagi 2:
  • Tahbisan Minor (dari bawah ke atas): 1. Kleris, 2. Verger, 3. Khazan, 4. Shaman, 5. Akolid, 6. Sub Shamahsa.
  • Tahbisan Mayor (dari bawah ke atas): 7. Shamasha (Diakon), 8. Qashisha (Imam/Elder/Kohen/Presbiter), 9. Uskup (Mebaqqer/Pastor/bishop).
4. Mengapa Imam dan Uskup GNI tidak selibat?
Jawab: GNI mengikuti pola keimamatan abad 1 Nazarene bukan pola pengembangan di abad 2 dan seterusnya. GNI berusaha melestarikan ajaran abad 1 sampai 3 di mana pengajaran masih bercorak semitik dan tidak terpengaruh ajaran lainnya.

Keimamatan dalam PB adalah terusan atau kelanjutan dari Keimamatan Lewi-Harus di PL. Kalau di dalam PL, tidak ada pantagan untuk menikah, maka di dalam PB juga demikian. Tugas seorang imam adalah untuk menjadi perantara antara jemaat dan Alaha (Tuhan), jadi tidak ada sangkut-pautnya dengan selibat atau menikah. Para rasul yang ditahbiskan Maran Yeshua juga banyak yang menikah, salah satu contohnya adalah Mar Kefa (Petrus), Uskup Antiokia. Nama ‘Petrus’ kemudian dicatut oleh Gereja Roma Katolik menjadi Uskup pertama mereka untuk menegaskan bahwa mereka adalah Gereja yang paling Utama atau Bunda Gereja. Kemudian di dalam ajaran Roma inilah dikembangkan ajaran para Imam dan Uskup itu harus Selibat. GNI bukanlah Roma Katolik.

Para Uskup dan Imam adalah para contoh teladan jemaat. Bagaimana mereka bisa menjadi contoh sosok kepala keluarga yang baik kalau tidak menikah? Bagaimana cara mereka memberikan konseling jika mereka tidak pernah mengajar anak dan istri?

5. Apa perbedaan antara Imam dan Uskup?
Jawab: Imam (Elder) memiliki semua hak dalam keimamatan kecuali MENTAHBISKAN. Hanya Uskup yang berhak melakukannya. Dari jemaat biasa, seseorang bisa ditahbiskan hanya oleh Uskup masuk ke dalam jenjang keimamatan dari Minor lalu masuk ke Mayor. Seorang Imam kemudian bisa ditahbiskan menjadi Uskup oleh beberapa Uskup, biasanya lebih dari satu Uskup kecuali dalam keadaan genting.

6. Apa perbedaan antara Uskup dan Uskup Agung? lalu bagaimana dengan Paus dan Patriakh?
Jawab: Di manta Alaha (Tuhan), Uskup, Uskup Agung, Paus, dan Patriakh adalah Uskup saja. Uskup adalah jenjang keimamatan yang paling tinggi. Jika jemaat menjadi sangat banyak maka dibutuhkan banyak uskup, maka akan dipilih KETUA USKUP, jadilah USKUP AGUNG. Di antara USKUP AGUNG bias dipilih menjadi PATRIAKH. Perhatikan bahwa tidak ada TAHBISAN lagi dari jenjang Uskup Agung dan lainnya, semua Tahbisan hanya berakhir sampai ke Uskup. Proses pemilihan Uskup Agung atau Patriak adalah seperti proses pemilihan yang dituakan.

7. Apa perbedaan antara Keimamatan di dalam Gereja Rasuliah dan Keimamatan Lewi-Harun?
Jawab: Sebenarnya Keimamatan Melkisedek (K PB) yang ada di dalam Gereja Rasualiah (Perjanjian Baru) adalah KELANJUTAN dari Keimamatan Lewi-Harun di PL (K PL). Adapun perbedaan di antaranya adalah sbb:
  • K PB tidak dialirkan berdasarkan darah suku (tribalisme), K PL hanya suku Lewi saja yang berhak menjadi Imam.
  • K PB bertugas sejak abad 1, sejak kedatangan Maran Yeshua untuk menggantikan keimamatan Lewi (K PL).
  • K PB bertugas di depan Mezbah sebagai ganti Bait Suci yang hancur, sementara K PL tidak bisa bertugas tanpa adanya bangunan Bait Suci Yerusalem.
  • K PB terikat pada Perjanjian Baru, K PL tentunya terikat pada Perjanjian Sinai/Musa/Lama.
  • K PB melakukan qadishot (sacrament) dalam Torah Mshikha (LAI: Hukum Kristus). Sementara K PL melakukan semua ritual dalam Torah Sinai di dalam Bait Suci.
  • Kepala atau Imam Besar K PB adalah Mesias (Meshika) yang adalah Putra Alaha, sementara K PL dipimpin oleh Imam Besar manusia.
  • K PB mempersembahkan kurban Darah Yeshua, sementara K PL mempersembahan darah hewan saja.
8. Apakah seorang Pendeta itu adalah setara dengan seorang Imam?
Jawab: Tentu tidak. Sejak abad 1 sampai 21, tidak ada jabatan KEPENDETAAN di dalam struktur keimamatan Perjanjian Baru. Nama PENDETA itu muncul saat Gereja non Rasuliah masuk ke Nusantara dan terkontaminasi ajaran Hindu. Pendeta adalah guru agama Hindu bukan pengajar ajaran Nazarene. Pendeta tidak pernah punya hubungan dengan Jemaat Perdana sekalipun mereka pandai berbahasa Ibrani dan Aramaik, sekalipun mereka pandai menafsir ayat-ayat Kitab Suci.

9. Apakah Tahbisan seseorang itu bisa hangus jika seseorang itu berdosa? Mengapa?
Jawab: Tidak akan hangus. Seorang Uskup sekalipun adalah manusia yang bisa jatuh ke dalam dosa juga. Yang membuat seseorang menjadi Uskup itu sebenarnya adalah ROH Kudus bukan Uskup lain. Uskup lain tidak pernah bisa melakukan semua ritual tanpa ada peran dari Roh Kudus ini. Semua Uskup harus mempertanggungjawabkan pengajarannya langsung kepada Maran Yeshua di pengadilan saat dia sudah wafat nanti.

Sebagai jemaat GNI, kami semua terus menghormati semua Uskup sekalipun mereka jatuh ke dalam dosa. Siapa yang berhak menghakimi kecuali Alaha? Semoga mereka bertobat. Maran kasihanilah kami semua..

10. Apakah Tahbisan seseorang itu bisa hangus jika seseorang itu mengajarkan hal yang salah? Mengapa?
Jawab: Tidak juga hangus. Seorang Uskup juga adalah manusia. Dia mendapatkan atau mewariskan ajran dari para Uskup terdahulu yang juga adalah manusia yang bisa salah. Semua manusia, semua Uskup bisa salah, bahkan konsili bisa salah dan ada contohnya dalam sejarah (selidikilah Konsili Florence Italia, Juni 1493).

Sebagai jemaat GNI, kami semua terus menghormati semua Uskup sekalipun mereka memiliki pengajaran yang berbeda dengan kami. Kami menghormati setiap perbedaan yang ada. Maran kasihanilah kami semua..

11. Apa pandangan GNI terhadap para imam dan uskup di Gereja Rasuliah lain yang berbeda pengajaran?
Jawab: Kami menghormati mereka sesame pewaris tradisi suci dan kitab suci Jemaat Awal. Kita harus mengucap syukur bahwa ajaran Nazarene yang berusia 21 abad ini masih terus ada, tidak punah di makan waktu atau kalah ‘bersaing’ dengan agama modern lainnya.

12. Apa pandangan GNI terhadap keimamatan di dalam gereja protestan dan pecahannya?
Jawab: Pada dasarnya kami menghormati semua rohaniawan termasuk yang ada di dalam Gereja Non Rasuliah seperti Protestan dan pecahannya. Kendati kami meyakini bahwa otoritas ilahi itu tidak ada pada mereka sejak era Martin Luther yang membuang Tradisi termasuk Tradisi Keimamatan, kami juga meyakini bahwa banyak di antara mereka yang berhati tulus melayani, berkorban banyak hal dalam mengajar apa yang mereka yakini sbg suatu kebenaran. Semua itu bernilai dalam kekekalan.
Keberadaan GNI di Indonesia adalah untuk mendorong mereka terus melayani Tuhan, tidak stop. Keberadaan GNI adalah untuk memperlengkapi mereka sehingga mereka bisa benar-benar menjadi para Imam atau bahkan Uskup yang ditahbiskan. Sehingga juga kita bisa sama-sama mewariskan ajaran kuno Nazarene dan bersama melestarikannya di Nusantara ini.

Keberadaan GNI bukan untuk menghakimi mereka, kendati banyak yang salah artikan kehadiran kami di Indonesia. Kami tidak berniat untuk berdebat, kami berniat untuk berdiskusi. Jika ada yang menolak, itu kami hormati, jika ada yang tertarik maka kami terbuka.

13. Apakah GNI juga memperbolehkan Imam dan Uskup wanita?
Jawab: Tidak. Tidak pernah ada Imam wanita di PL, demikian juga di dalam PB. Sekali lagi keimamatan PB adalah kelanjutan Keimamatan di PL. Peran wanita hanya bisa sampai jenjang Diakonisa.

14. Apakah GNI mentahbiskan Imam gay dan lesbi juga?
Jawab: Tidak, semua LGBT hendaknya bertobat, mengakui kesalahan dan sungguh-sungguh berniat untuk hidup normal. Tidak pernah ada imam gay dan lesbi dalam jenjang keimamatan keuskupan kami, dan tidak akan pernah ada.

15. Mengapa topi imam dan uskup GNI mirip dengan Roma Katolik?
Jawab: Itu hanya topi saja. Topi Uskup atau para Imam GNI bisa berganti-ganti sesuai budaya local yang ada, bisa pakai peci, bisa blangkon, atau topi sesuai tradisi local lainnya. Itu tidak masalah. Kalau Uskup GNI ditahbiskan dengan menggunakan topi keimamatan Roma Katolik itu karena di keuskupan Australia memakai tradisi Roma Katolik. Perhantikan bahwa kami memiliki berbagai rantai tahbisan, dari Roma Katolik juga ada. Selain itu dari Syria dan Asyria. Kami kaya akan tradisi. Mengikuti pakaian keimamatan Roma Katolik dalam satu atau dua kegiatan bukan berarti kami mewarisi ajaran mereka.

16. Mengapa GNI bisa memiliki Uskup berdarah Indonesia padahal di Gereja Rasuliah lain sulit seorang Imam Indonesia naik ditahbiskan menjadi seorang Uskup?
Jawab: Imam dan Uskup di dalam PB memang terbuka untuk semua ras manusia. Jika ada Gereja Rasuliah yang masih mempertahankan Uskup harus dari negara tertentu, itu hak mereka. Itu bukan ajaran awal Nazarene. Orang Jawa, Ambon Batak, Manado, Nias, Aceh, Padang, Bali, Kupang, manapun berhak untuk masuk ke dalam keimamatan PB termasuk untuk menjadi Uskup jika memang dipilih.

17. Mengapa GNI tidak punya seorang Patriakh?
Jawab: Ini hanya masalah kuantitas. Komunitas GNI masih terbilang kecil, jika 10 tahun lagi di setiap propinsi di Indonesia ada paroki, bukan tidak mungkin kami memiliki banyak Uskup dan beberapa Uskup Agung kemudian memiliki 1 Patriakh.

18. Apakah para Imam Nazarene Indonesia juga menerima persepuluhan seperti halnya para Imam Lewi di PL?
Jawab: Bisa. Yang berhak untuk menerima persepuluhan atau Buah Sulung adlaah para imam, baik itu di PL dan di PB. Di dalam Sefer Limudah, jemaat dianjurkan untuk memberikan Buah Sulung kepada para imam atau uskup atau para nabi. Jika tidak ada maka bisa diberikan kepada jemaat yang hidupnya kurang mampu, atau sedang ditimpa musibah.

Untuk persepuluhan, tidak ada ayat Kitab Suci yang mengharuskannya. Namun sempat tercatat di dalam kitab Kejadian bahwa Abraham menyerahkan persepuluhan kepada Imam Melkisdek. Ayat tersebut dijadikan dasar oleh Uskup Agung John Cuffe sebagai landasan diperbolehkannya jemaat untuk memberikan persepuluhan mereka kepada para imam atau Uskup GNI dengan sukarela, tanpa ada pemaksaan dan tidak diharuskan.

Dalam tradisi GNI yang diajarkan oleh Alm Uskup Mar Nicholas, jemaat hendaknya memenuhi kebutuhannya masing-masing terlebih dahulu baru kemudian bisa memberikan persepuluhan kepada Uskup melalui bendahara paroki yang ditunjuk.

19. Apakah para Imam Nazarene menyunatkan jemaat?
Jawab: Sunat-menyunat jasmani tidak lagi ada di dalam PB. Dalam konsili I Yerusalem th 50 Masehi, di mana semua rasul masih hidup, mereka sempat membicarakan hal ini. Keputusannya adalah sunat jasmani bukanlah bagian dari tradisi suci Nazarene. Jika ada orang yang menyunatkan anaknya hendaknya mereka sadar bahwa itu diperbolehkan untuk hal kesehatan bukan dengan alasan teologia seperti di PL. Jemaat Nazarene adalah jemaat BP bukan PL.

Jika ada komunitas yang mewajibkan sunat dan mengaku-ngaku Nasrani itu bukanlah kami. Itu pasti hanya komunitas Yg Mirip Nasrani saja. Kalau ada Imam Nazarene yang mengajarkan hal sunat jasmani itu merupakan ajaran wajib maka dia pasti akan ditegur.

20. Mengapa para Imam atau Uskup GNI itu bekerja sekuler juga?
Jawab: Bekerja sekuler atau tidak itu sama sekali tidak melanggar aturan kejemaat Nazarene. Mar Shaul (Paulus) juga berkerja sembari mengajar padahal dia adalah Uskup Vagante (Uskup yang berkelana, tidak menetap). GNI adalah Gereja Rasuliah (GR) yang tidak mengedarkan proposal keliling untuk menjalankan pemuridannya, GNI juga tidak ditopang dana oleh pihak keuskupan Australia dan pihak Luar Negeri manapun. Jadi, demi berlangsungnya semua rangkaian pewartaan injil di Nusantara ini, kami bekerja. Keberadaan Full Timer bisa saja ad ajika suatu saat divisi atau unit usaha kami sudah maju. Maran Kasihanilah kami.

21. Apa saja bentuk pelayanan para Imam dan Uskup GNI?
Jawab: Seperti layaknya para Imam dan Uskup lainnya, memuridkan, meminpin peribadatan, sakramen, menikahkan, dan lain-lain. Bisa dilihat lebih detailnya di sini.

22. Apakah para Imam dan Uskup GNI mau melayani non Jemaat?
Jawab: Tentu saja, kami ada untuk semua yang terbuka untuk berdiskusi yang ingin ikut serta mewariskan ajaran kuno Nazarene atau kepada mereka yang masih dalam tahap menjajaki.

23. Berapakah batasan usia seseorang untuk bisa menjadi Imam dan Uskup di GNI?
Jawab: Untuk Tahbisan Minor, bisa ditahbiskan jika mereka sudah akil balik. Untuk Tahbisan Mayor Shamasha di atas 20. Untuk Tahbisan Imam saat berusia 26 tahun sudah bisa, dan untuk Tahbisan Uskup bisa saat usia 30 tahun. Yeshua ditahbiskan menjadi pengajar atau gembala saat Dia dibaptis oleh Mar Yuchanan (Yohanes) di usia sekitar 30 tahun.



Selamat datang di Laman TANYA JAWAB dengan kategori PERIBADATAN. Semoga dari sini, para pembaca bisa memahami siapa GNI itu sebenarnya.


1.    Apakah GNI juga doa menghadap ke Yerusalem seperti Yahudi? Mengapa?
Jawab: Tidak, GNI bukanlah kaum Yahudi yang terus berdoa menghadap reruntuhan Bait Suci Yerusalem. GNI adalah pewaris ajaran Nazarene awal. Bait Suci Rohaniah kami adalah Maran Yeshua sendiri. Dia akan datang dari arah TIMUR sehingga kami beribadat baik itu Doa Harian dan Ibadat Sabbath serta Hari Maran itu menghadap TIMUR, itulah kiblat kami.
Mat 24:27 (LAI) Sebab sama seperti kilat memancar dari sebelah timur dan melontarkan cahayanya sampai ke barat, demikian pulalah kelak kedatangan Anak Manusia.

2. Apakah benar bahwa siddur (Liturgi) Ibadah Nazarene Indonesia itu memakai siddur Nasrani Kuno abad 1? Seperti apakah siddur tersebut?
Jawab: Ya, dalam peribadatan Doa Harian 7x Nazarene Indonesia memakai siddur (liturgy) Gereya Syria Antiokia yang kami warsikan dari jalur Jakobit. Untuk peribadatan Sabbath dan Hari Minggu (merayakan kebangkitan Maran Yeshua), kami memakai siddur Mar Yakub yang dibuat pada tahun 50 Masehi. Siddur Mar Yakub adalah siddur Nasrani paling kuno. Mar Yakub sendiri adalah Uskup I Yerusalem berdarah Yehuda yang ditahbisan langsung oleh Yeshua.

Nazarene Indonesia tidak memakai siddur yang dibuat para rabbi Messianic Judaism, atau pengajar modern lainnya yang awam dalam tradisi suci Nasrani. Siddur ini tidak pernah dicatat di dalam suatu Kitab Suci khusus, hanya ada di dalam Tradisi. Jadi banyak umat Kristen yang tidak mewarisinya karena memang menolak adanya Tradisi sejak menganut ajaran Sola Scriptura. Banyak yang tidak sadar bahwa Tradisi adalah SUMBER DARI KITAB SUCI. Tidak ada kitab yang turun dari langit, semua berasal dari Tradisi Lisan (Oral Torah).

3. Mengapa siddur peribadatan Nazarene banyak mengandung doa-doa yang sudah dibakukan? Bukankah itu seperti MANTRA yang diucapkan berulang-ulang?
Jawab: Umat Yahudi paska pembuangan juga membakukan Doa Harian yang dikenal dengan Semoneh Esrei (Doa Berkat 18). Ini adalah doa yang diulang-ulang seperti MANTRA dengan maksud menyelipkan ajaran di dalamnya sehingga para pewaris ajaran ini memahami ajaran ini dengan baik.

Saat masuk ke dalam masa Perjanjian Baru, Doa Harian Semoneh Esrei tersebut diganti dengan Doa Bapa Kami (Tefila dMaran) oleh Maran Yeshua. Lalu doa ini dimasukkan ke dalam siddur peribadatan baik itu Doa Harian dan juga siddur peribadatan untuk Perjamuan Suci. Jadi doa-doa yang dibakukan bukan bermasuk negative seperti doa dukun-dukun, ini adalah cara bagaimana ajaran Yeshua terus bisa dilestarikan dan diajarkan secara tidak sadar diucapkan terus oleh para pewarisnya.

4. Apakah diperbolehkan musik di dalam peribadatan Nazarene? Apakah alat musid trasional diperkenankan?
Jawab: Tentu tidak masalah asalkan suasana teduh dan himat bisa dipelihara. Peribadatan Nazarene adalah peribadatan Timur yang tenang bukan peribadatan Barat yang hingar bingar. Musik bukanlah inti dari peribadatan. Penyembahan bukanlah inti peribadatan. Inti peribadatan umat Nazarene sejak abad 1 sampai 21 ini adalah QURBANA QADISHA (Perjamuan Suci).

Adanya pergeseran dari inti ibadat itu dikarenakan dibuangnya ajaran tradisi dari dalam gereja. Sejak abda 16, banyak gereja hanya memegang Kitab Suci sebagai satu-satunya pilar iman. Jadi, gereja-gereja tersebut membuat tradisi peribadatan masing-masing, sebagian dengan menitikberatkan pada music. Inilah yang menjadi biang masalah, tidak adanya tradisi lagi.

Alat music tradisional tentu diperboleh juga, tidak ada masalah. Alat music itu bersifat netral, tidak ada yang salah.

5. Apakah kaum wanitanya harus berkerudung dalam peribadatan? Di luar ibadat bagaimana?
Jawab: Ya. Dalam ibadat, kaum wanita Nazarene berkerudung. Dari yang kecil hingga yang dewasa, namun di luar peribadatan itu bisa dilepas. Ini adalah tradisi kuno yang terus dilestarikan sampai ke Indonesia saat ini. Kerudung adalah tanda penghormatan wanita kepada suami atau kaum Adam di kehila (1 Kor 11:5-6).
1 Kor 11: 5 (LAI) Tetapi tiap-tiap perempuan yang berdoa atau bernubuat dengan kepala yang tidak bertudung, menghina kepalanya, sebab ia sama dengan perempuan yang dicukur rambutnya. 6  Sebab jika perempuan tidak mau menudungi kepalanya, maka haruslah ia juga menggunting rambutnya. Tetapi jika bagi perempuan adalah penghinaan, bahwa rambutnya digunting atau dicukur, maka haruslah ia menudungi kepalanya.

6. Apakah ada banyak patung dan lukisan ikon dalam ruang ibadat Nazarene?
Jawab: Tidak. GNI bercorak semitik bukan Helenis yang memiliki budaya patung dan banyak lukisan/ikon. Sebelum masuknya ajaran para rasul ke Roma dan kata Konstantinopel, mereka adalah penyembah pagan. Ada banyak kuil berhala dengan banyak patung dan ikonisasi di dinding kuil. Jadi saat mereka menerima Kristen menjadi agama negara, ajaran pagan itu dibuang, namun budayanya tetap. Kuil-kuil megah pagan hanya diganti saja patung dan dekorasinya. Tempat ibadah dibuat megah bak istana, ini bukan tradisi awal semitik Nazarene. Kaum Nazarene bisa beribadah di manapun dengan hanya membangun mezbah. GNI mewaris ajaran semitik bukan lainnya. Kami tidak membangun istana untuk beribadat. Ruang ibadat paroki-paroki kami pun minim lukisan dan patung.

7. Apakah GNI juga menyembah patung?
Jawab: Tidak. Sebenarnya tudingan ini banyak diarahkan kepada penganut Roma Katolik yang menurut kamipun itu tidak tepat. Mereka memang membuat patung, namun tidak menyembahnya.

8. Apakah GNI juga akan membangun gedung peribadatan seperti istana raja yang megah?
Jawab: Tidak. Jemaat Perdana hanya berupa rumah-rumah biasa. Yang terpenting adalah ada MEZBAH dengan segi empat (mewakili YOH HE WAW HE) yang bermakna semua pengajaran bermula dari Dia. Para Imam Tertahbis hanya menyampaikan ajaran turun-temurun saja yang berasal dari Yeshua Sang YHWH.

9. Apakah Roti Qurbana di GNI itu memakai ragi? Mengapa?
Jawab: Roti Perjamuan Nazarene Indonesia TIDAK MEMAKAI RAGI tepat seperti Perjamuan Pesakh terakhir yang dilakukan oleh Yeshua dan para rasul (Mat 26:17-29). Ajaran GNI mengacu kepada ajaran paling awal.

10. Mengapa Perjamuan Suci lebih penting daripada Kotbah?
Jawab: Perjamuan Suci-lah yang membuat seseorang itu mendapat kehidupan KEKAL, bukan kotbah.
Yoh 6:54 (LAI) Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman.
Semua gereja yang dibangun di abad 1 pasti mengetahui hal ini. Adanya bias ajaran sampai pada Kotbah merupakan inti ibadat itu baru dimulai di abad 16, sejak adanya ajaran berbahaya Sola Scirptura. Ini adalah ajaran yang menitikberatkan HANYA pada Kitab Suci, buang jauh-jauh Tradisi. Padahal Qurbana atau Perjamuan Suci itu adalah bagian dari tradisi. Jadi bagi penganut Sola Scriptura, yg terpenting adalah Kotbah, karena dalam kotbah ada uraian ayat-ayat kitab suci. Semua pengajarnya merasa berhak untuk mengajar padahal bukan mereka yang menulis, bukan mereka yang memelihara naskah-naskah kuno, bukan mereka yang menerjemahkannya di awal, dan bukan mereka yang mengkanon sejak awal.

11. Adakah kolekte uang dalam peribadatan Nazarene? Mengapa?
Jawab: Peribadatan Nazarene sama sekali tidak ada pengumpulan dana/uang. Kotak uang (peti persembahan) diletakkan di luar ruang ibadat (Mrk 12:43). Yang disebut sebagai ‘KOLEKTA’ dalam peribadatan Nazarene itu adalah doa-doa bukan kumpul uang. Lagi-lagi, penganut Sola Scriptura membuat tradisi ibadatnya sendiri sehingga berbeda dengan ajaran awal.

12. Apa perbedaan Perjamuan Suci dalam Gereja Rasuliah/GR dengan di luar Gereja Rasuliah?
Jawab: Tradisi Perjamuan Suci di dalam GR itu sudah dibakukan seka abad 1, ada ritual khusus dalam siddur khusus, dan dilayangka hanya oleh Imam Tertahbis. Sementara di luar GR, semua merasa berhak untuk melayangkannya tanpa perlu paham siddur kuno, ritual kuno, dan tradisi kuno.

13. Mengapa Perjamuan Suci di Luar Gereja Rasuliah ada juga MUJIZAD-nya?
Jawab: MUJIZAD bisa dilakukan oleh NABI PALSU. Perhatikan NABI PALSU melakukan mujizad tercatat di PL.
Ulangan 13: 1 Apabila di tengah-tengahmu muncul seorang nabi atau seorang pemimpi, dan ia memberitahukan kepadamu suatu tanda atau mujizat, 2  dan apabila tanda atau mujizat yang dikatakannya kepadamu itu terjadi, dan ia membujuk: Mari kita mengikuti allah lain, yang tidak kaukenal, dan mari kita berbakti kepadanya, 3  maka janganlah engkau mendengarkan perkataan nabi atau pemimpi itu; sebab YHWH, Alahamu, mencoba kamu untuk mengetahui, apakah kamu sungguh-sungguh mengasihi YHWH, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu.
Perhantikan NABI PALSU melakukan mujizad tercatat di PB.
Wahyu 13: 13  Dan ia mengadakan tanda-tanda yang dahsyat, bahkan ia menurunkan api dari langit ke bumi di depan mata semua orang.
Mujizad tidak pernah menjadi pedoman pengajaran itu benar atau salah. Umat Nazarene hanya berusaha melestariakn ajaran turun-temurun saja, melestarikan ritual Perjamuan Suci Kuno seperti yang diajarkan Yeshua kepada para murid-Nya saja. Jika memang ada yang tersu sakit, maka kami mengucap syukur. Toh semua akan mati pada akhirnya. Jika ada yang sembuh, maka kami mengucap syukur karena memang Maran Yeshua masih terus bisa berkarya. Kami tidak memaksakan kehendak supaya mujizad it uterus terjadi di dalam setiap perjamuan. Tuhan bukanlah pembantu yang menuruti perkataan kita bukan?

14. Apa arti MEZBAH dalam peribadatan Nazarene?
Jawab: Mezbah adalah bagian yang sangat penting dalam peribadatan Nazarene. Tanpa Mezbah maka tidak akan bisa dilayangkan ritual paling penting yaitu Perjamuan Suci. Mezbah ini adalah replica dari Bait Suci Yerusalem di mana para imam memotong kurban. Para Imam di PB juga melaksanakan Kurban Darah dan Tubuh Yeshua di atas Mezbah ini.
Adanya Mezbah ini adalah sebagai penggenapan nubuatan yang keluar dari mulut Yeshua sendiri bahwa ada saatnya di mana manusia tidak perlu ke Yerusalem (ke Bait Suci) untuk beribadat. Perhatikan ucapan Yeshua di sini:
Yoh 4: 21 Kata Yeshua kepadanya: "Percayalah kepada-Ku, hai perempuan, saatnya akan tiba, bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem. 22 Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah apa yang kami kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi. 23  Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian. 24 Alaha itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran."

15. Bagaimana cara jemaat atau ketekumen membuat MEZBAH di rumah masing-masing atau di paroki?
Jawab: Sediakan saja MEJA SEGI EMPAT YANG KHUSUS, jangan dipakai untuk keperluan lain. Usahakan kita menghadap ke MEJA tersebut sekalian kita menghadap TIMUR. Jadi saat kita hadap Timur, kita juga menghadap ke Mezbah tersebut. Persiapkan di atas Meja, 2 lilin, 2 fas bunga dan bunganya, Salib, Menorah, dan Kitab Suci Peshitta. Jika tidak ada, letakkanlah yang ada dahulu. Semua bisa bertahap. Mezbah yang sudah permanen biasanya dari bahan batu juga dan harus dikonsekrasi oleh Uskup atau Imam. Buatlah dahulu dari apa yang ada, selebihnya akan menyusul.

16. Siapakah yang memimpin peribadatan Sabbath dan Minggu jika belum ada Shamasha di suatu komunitas calon Paroki?
Jawab: Yang dituakan, biasanya adalah seorang pria. Jika di rumah, saat suami belum pulang kerja (ibadat buka Sabbath/erev) bisa dilakukan oleh ibu.

17. Apakah Doa Harian 7x sehari itu diwajibkan di dalam Nazarene?
Jawab: Tidak ada. Yang diwajibkan di dalam ajaran Nazarene adalah penundukan diri pada Uskup saja karena Uskup adalah wakil Alaha (Tuhan). Lainnya bisa dilakukan secara bertahap. Doa harian 7x dibuat untuk para imam yang hidup dibiara. Bagi kita yang bekerja bisa melakukan 3x sehari.

18. Mengapa ada Doa Harian seperti umat Islam? Apakah GNI mencontoh mereka?
Jawab: Islam baru ada di abad 7, Nazarene ada di abad 1. Jadi peribadatan kami tidak pernah mencontoh Islam karena kami lebih dahulu ada.  

19. Jika ada gerakan dalam Doa Harian yang salah, apakah itu artinya Doa tersebut BATAL seperti dalam ajaran Islam?
Jawab: Tidak.

20. Mengapa Doa Harian 7x sehari? Mengapa bukan 3x saja seperti yang tercatat di dalam Sefer Limudah?
Jawab: Doa Harian 7x dikembangkan oleh Gereja Syria Anitokia. Ini ditujukan bagi kaum biarawan yang hidupnya focus untuk doa. Kita bisa memilihnya untuk 3x atau 7x sebisa kita, tidak ada pemaksaan atau keharusan.

21. Bagaimana bisa melakukan Doa Harian jika kita bekerja sekuler?
Jawab: Tidak perlu kita pergi ke suatu tempat untuk berdoa khusus. Kita juga tidak berdoa di hadapan orang sperti rekan-rekan Muslim. Itu bukan tradisi Nazarene. Usahakankah Doa membaca siddur atau jika tidak cukup waktu, naikkanlah Doa Bapa Kami 3x sehari, Pagi, Siang, Sore.

22. Dalam peribadatan, mengapa Imam GNI memakai pakaian tradisional? Mengapa tidak menyamakan dengan pakaian keimamatan Keuskupan Agung di Australia?
Jawab: Tidak ada ketentuan pakaian peribadatan keimamatan dan jemaat harus mencontoh keuskupan atau budaya lain. Peribadatan Nazarene disusun dengan tujuan bisa diadopsi di dalam banyak budaya bangsa-bangsa. Jadilah diri kita sendiri, banggalah degan budaya warisan nenek moyang kita sendiri. Jangan sok kebarat-baratan atau sok keyahudi-yahudian.

23. Apakah pembukaan ibadat bisa menggunakan GONG Jawa sebagai ganti Sofar (Nafiri)?
Jawab: Bisa. Di barat, bisa dipakai lonceng, di Indonesia khususnya Jawa bisa dipakai GONG. Di daerah lain bisa digubakan alat tiup tradisional lainnya.

24. Mengapa ruang ibadah Nazarene itu ada TANDA SALIB-nya? Bukankah itu adalah lambang kutuk?
Jawab: Tanda salib sudah ada di dalam Kitab Suci PL Paleo Hebrew (bahasa Ibrani kuno). Huruf TAW itu berbentuk salib. Tanda salib itu ada di dalam Siddur Kuno Nazarene yaitu di dalam Siddur Mar Yakub. Tanda Salib juga merupakan Shahadat (pengakuan Iman) paling sederhana. Barang siapa menolak Tanda Salib, maka mereka benar-benar tidak paham ajaran awal Nazarene.

25. Apakah peribadatan Nazarene itu harus duduk melantai? Bagaimana kalau ada jemaat yang tidak terbiasa?
Jawab: Duduk di lantai atau di kursi tidak penting. Yang penting semua jemaat bisa dengan NYAMAN ada di dalam ruang ibadat dari awal sampai akhir.

26. Apakah boleh seorang Pendeta dari gereja lain berkotbah dalam peribadatan Nazarene?
Jawab: Silahkan datang dan bertanya-jawab. Pendeta atau pengkotbah manapun tidak bisa mengajar di jemaat Nazarene. Mengikuti Perjamuan Suci juga tidak diperkenankan.



Selamat datang di Laman TANYA JAWAB dengan kategori SPIRITUALITAS. Semoga dari sini, para pembaca bisa memahami siapa GNI itu sebenarnya. Ini adalah tanya jawab seputar hal-hal yang sulit dipahami oleh indera jasmani.


1.    Apa tujuan kehidupan manusia dalam ajaran GNI?
Jawab: Tujuan hidup manusia yaitu kembali kepada Fitrah Ilahiahnya atau manunggal dengan Sang Mshikha (Yoh 17:21-26). Tujuan hidup kami bukanlah untuk masuk ke dalam Firdaus (Sorga). Hal ini dijelaskan oleh Maran Yeshua sendiri dalam Yoh 6:48-56 dimana kita sejak di bumi sudah melakukan pemanunggalan secara bertahap (Qurbana Qadisha/Perjamuan Suci) yang disempurnakan pada Zaman Baru nanti. Qurbana kadisha hanya dilayangkan oleh imam tertahbis saja.

Semua jiwa saat ini sedang mengalami penyempurnaan, sedang menaiki tangga kesempurnaan. Pada akhirnya akan kembali kepada Sang Pencipta.

2.    Mengapa GNI tidak meyakini adanya API KEKAL DI NERAKA?
Jawab: Api kekal dalam ayat Injil (Mat 18:8 dan Yud 1:7) bukanlah seperti api di dapur untuk memasak. Di dalam Alam Roh tidak ada api seperti di dunia fana. Tidak ada penyiksaan jiwa-jiwa manusia digoreng atau direbus di dalam air mendidih, itu tidak ada. Itu semua adalah gambaran kiasan bahwa Neraka adalah tempat di mana jiwa-jiwa tidak mendapatkan apa yang mereka inginkan dan tersiksa oleh keinginan mereka sendiri.

3.   Apa itu makna LAHIR BARU dalam GNI?
Jawab: Ini adalah proses masuknya suatu jiwa ke dalam Perjanjian Baru. Caranya adalah dengan dibaptis air dan Roh Kudus oleh Uskup di Gereja Rasuliah.
Yoh 3: 5  Jawab Yeshua: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Alaha.
Arti ‘dilahirkan dari air’ adalah masuk dalam qadishot (sakramen) Baptis air.
Arti ‘dilahirkan dari roh’ adalah masuk ke dalam qadishot Baptis Roh Kudus atau peminyakan. Kedua qadishotim ini adalah bagian dari 7 sakramen umat Nazarene. Sakramen sendiri adalah bagian dari Tradisi (Oral Torah).

4.   Apakah jemaat GNI juga berdoa kepada Orang Kudus (Kadosa)? Mengapa? Mengapa tidak hanya kepada Tuhan?
Jawab: Ya, GNI bisa terus berkomunikasi dengan para Kadosa yang terus Alaha tunjuk sebagai penjaga jemaat ini. Berdoa di sini artinya adalah BERKOMUNIKASI DALAM ROH, bukan seperti manusia biasa. Secara jasmani manusia sudah tidak bisa berbicara dengan orang yang sudah wafat. Adanya komunikasi ini adalah bagian dari Pengakuan Iman yang disusun oleh Para Rasul sendiri yaitu “Aku percaya ….dan PERSEKUTUAN DENGAN KADOSA (orang kudus)…”

Saat manusia wafat, maka dia meninggalkan raga jasmaninya di bumi. Dia membawa jiwa dan rohnya masuk ke Sheol (alam astral). Semua kesadarannya dibawa ke alam sana. Semua orang yang hidup kudus, akan terus disempurnakan oleh Alaha sampai berhak masuk ke dalam Alam Kadosa (Alam Orang-orang Kudus). Salah satu tugas mereka adalah berdoa untuk saudara-saudara mereka di Bumi, inilah komunikasi yang coba dibangun antara jemaat di Bumi dan mereka di sana. Hampir sama seperti saat seorang jemaat meminta Rohaniawan untuk membantu mereka mendoakan, tidak ada yang salah dengan meminta bantu doa. Inilah persekutuan itu, semua saling menopang. Saling topang ini tidak bisa dibatasi oleh ruang dan waktu.

Jemaat Nazarene Indonesia masih bisa berkomunikasi dengan Kadosa John Ward, Alm Uskup Agung di Australia yang dihidup di abad 19, pendiri Ordo Persaudaraan Kerajaan Mshikha. Beliau berbicara dengan Uskup Agung pada Desember 2015 lalu saat memberitakan keadaan Alm Uskup Nicholas yang wafat pada tanggal 25 Desember 2015.

Gereja yang sudah anti pada persekutuan dengan Kadosa, adalah gereja modern yang tidak paham pengajaran awal para rasul di abad 1.

5.       Apakah arti ‘NABI’ itu bagi GNI?
Jawab: Nabi adalah penyambung pesan Alaha kepada jemaat-Nya. Nabi juga adalah orang yang peka sehingga dibukakan penyingkapan demi penyingkapan baru oleh Alaha.

6.       Mengapa para NABI itu bisa ada sampai sekarang?
Jawab: Karena Nabi adalah salah satu dari dua PONDASI dari Gereja Rasuliah (Ef 2:20). Nabi adalah salah satu jawatan di dalam Gereja-Nya untuk memperlengkapi jemaat (1Kor 12:28). Karena Alaha itu masih berbicara kepada jemaat-Nya maka tentu jabatan ini sangat penting untuk ada di antara jemaat. Kalau tidak ada yang berperan menjadi nabi, lalu siapa yang bisa mendengar suara Tuhan?

7.       Apa pandangan GNI terhadap Gereja Rasuliah (GR) yang sudah tidak memiliki jawatan kenabian lagi?
Jawab: Bagaimana bisa tidak ada? Sebenarnya pasti ada karena nabi adalah pondasi dari Gereja Rasuliah. GR akan timpang dan rapuh jika tidak ada peran ini. Mereka yang hidup di biara-biara, tekun berdoa dan semedi adalah mereka yang sangat berpotensi untuk menjadi nabi, namun suara mereka tidak didengarkan oleh para pemimpin gereja. Itulah yang harus dibenahi. Para nabi harus memiliki peran, harus diberikan tempat di antara jemaat, harus diundang untuk menyatakan Sabda Tuhan yang baru, lalu diuji dengan baik.

GNI berdoa agar para kaum mistikis (para nabi) di gereja-gereja rasuliah lain akan berani menyuarakan suara kenabian mereka.

8.       Apa itu GNOSIS?
Jawab: Gnosis adalah kata Yunani berarti PENGETAHUAN. Semua pewahyuan yang diterima dari Alaha itu mengandung pengetahuan/gnosis. Jadi semua tradisi dan kitab suci juga mengandung pengetahuan akan Alaha ini. Kalau tidak ada gnosis maka jadinya seperti novel, hanya karangan manusia saja.
Sayangnya di abad 1, ada kaum yang disebut GNOSTIK yang mengajarkan hal-hal berbeda dari ajaran Yeshua. Ini yang membuat kata ‘gnosis’ itu memiliki arti negative.

9.       Apakah GNI itu termasuk GNOSTIK karena memasukan kitab-kitab Gnostis ke dalam Kanon sepert Injil Thomas dan Kisah Rasul Thomas?
Jawab: Ada kitab yang dipandang tidak layak diajarkan kepada jemaat oleh suatu Gereja Rasuliah, oleh karena itu dalam Kanonisasi Kitab Suci akan disingkirkan dan disebut masuk ke dalam kategori Gnostik. Kaum Gnostik di abad 1 adalah kaum yang tidak meyakini kedatangan Yeshua sebagai manusia yang utuh. Jadi ada berbagai kitab yang mereka golongkan masuk ke dalam ajaran mereka.
Sementara bagi GNI yang merupakan Gereja Rasuliah juga, injil Thomas dan Kisah Rasul Thomas itu bagian dari kanon, tidak terkamiri oleh ajaran Gnostis di abad 1. Mengapa kami bisa yakin? Karena kami masih memiliki peran kenabian yang Tuhan singkapkan kebenaran demi kebenaran-Nya di akhir zaman ini. Dari gnosis baru tersebut kami bisa dengan lebih bijak MENILAI kitab-kitab kuno tersebut.

10.    Apakah GNI meyakini mujizad itu masih ada sampai sekarang?
Jawab: Tentu mujizad itu masih ada.

11.    Apakah GNI memiliki tradisi PUASA juga?
Jawab: Tentu, sesuai tuntunan Sefer Limudah, jemaat berpuasa pada Rabu dan Jumat. Lalu pada perayaan-perayaan lain.

12.    Apa yang dimaksud dengan KEBIARAAN (MOTISISME)?
Jawab: Monastisisme ada sebelum agama Kristen atau bahkan Yahudi. Kelompok orang yang mengikat diri bersama-sama untuk melayani Tuhan dalam beberapa bentuk setidaknya sudah ada di milenium ke-4 SM di Mesir, Sumeria dan di tempat lain. Namun dalam Alkitab, bentuk-bentuk paling awal dari kehidupan komunal terkait dengan “Anak-anak para nabi”, tampaknya didirikan oleh Samuel di abad ke-11 SM. (1 Samuel 19; 18-24) Pada Awal Gereja Kristen (Kristen-Yahudi) di Yerusalem juga mulai muncul semacam organisasi komunal (Kisah 4: 32) memegang semua properti yang sama dan menundukkan diri dengan petunjuk dari para Rasul.

Sejak abad 1 sampai sekarang bentuk kehidupan biaran ini terus dilestarikan oleh banyak GR termasuk keuskupan di Australia.

13. Apakah GNI memiliki Biara seperti Gereja Rasuliah (GR) lainnya?
Jawab: Ya tentu, terbagi antara biara pria dan wanita yang ada di Australia. Di waktu kedepan akan dibangun (jika Alaha mengizinkan) di daerah Tarutung, Sumater Utara. Kami sudah memiliki lahan sekitar 2 hektar di sana.  

14.    Apakah GNI meyakini karunia-karunia Roh Kudus?
Jawab: Ya tentu.

15.    Apakah Roti dan Anggur dalam Perjamuan Suci menurut GNI itu hanya symbol atau benar-benar Tubuh dan Darah Yeshua?
Jawab: Bukan symbol, setelah dikonsekrasi itu adalah Darah dan Tubuh Maran Yeshua. Kendari dilihat dengan mata jasmani itu hanya roti dan anggur, tetap saja dalam Alam Roh, ada kurban Yeshua di sana.




Selamat datang di Laman TANYA JAWAB dengan kategori REINKARNASI. Berikut adalah jawaban dari Uskup Agung Mar John Reginald Cuffe, DD., J.P., CKC.


Untuk alasan ini saya akan mencoba menyediakan hanya sederhana saja dan jawaban ringkas.
1.    Sebenarnya apakah arti ‘reinkarnasi’ itu sendiri? Apa beda dengan ‘Inkarnasi’?
Asal mula kata “re-inkarnasi” adalah sederhana dari kata “inkarnasi” dengan prefiks “re” (kembali) ditambahkan. “Inkarnasi” merujuk kepada roh menjadi “inkarnasi” dalam daging – yakni, hidup dalam tubuh fisik hingga mati, ketika roh meninggalkan tubuh dan menjadi “dis” (tidak) + carnate (menjadi daging), jadi discarnate (tidak berjasad tubuh), yakni roh atau hantu. Akar kata dari semua kata ini adalah bahasa Latin “carne” artinya daging. Jika roh menjadi incarnate dengan demikian roh memasuki tubuh berdaging dan roh tetap menjelma dalam tubuh daging (incarnate) hingga tubuh jasmaniah ini mati, itulah waktunya roh keluar dari daging lagi. Biasanya setelah suatu periode waktu dihabiskan di mana roh tak berjasad tubuh kemudian roh itu akan re-inkarnasi kembali – menjadi masuk kedalam daging kembali melalui tubuh daging fisik yang baru. (bandingkan Ayub 1:2a)

2. Apakah Ajaran ‘reinkarnasi’ dalam Kekristenan adalah sama seperti dalam Buddhisme? Apakah jiwa manusia bisa masuk ke dalam tubuh binatang?
Dalam Buddhisme, Hinduisme dan sebenarnya dalam semua Iman yang berbeda, ada atau historis, keyakinan itu, atau percaya pada reinkarnasi, bentuk tepatnya keyakinan itu bervariasi satu dari yang lain, dan seperti yang diajarkan oleh kaun Kristen ini berbeda lagi. Kita melihat tiap kehidupan sebagai suatu kesempatan untuk melakukan kemajuan rohaniah. Jiwa-jiwa binatang bisa meningkat dalam sifat manusia seiring berlalunya waktu (bandingkan Roma 8:19-23), dan umat manusia meningkat naik kedalam Orang-orang Suci dan Malaikat-malaikat (Lukas 20:36; Mattai 13:43). Ide bahwa jiwa manusia harus ber-reinkarnasi dalam binatang atau bentuk lebih rendah lain dari kehidupan sebab tak ada alasan jelas, adalam umum dalam Buddhisme tapi ini bukan keyakinan kami.

3. Bukankah Reinkarnasi adalah ajaran bida’a sebab kebanyakan Gereja Rasuliah tidak lagi mengakui keyakinan tersebut?
Istilah bida’a secara meluas disalahgunakan, tapi secara umum ini menunjuk kepada suatu keyakinan yang secara khusus dikutuk melalui suatu konsili dari Gereja Tak Terbagi. Sejumlah orang atau kelompok menerapkannya untuk keyakinan yang dinyatakan sebagai bida’a oleh suatu konsili dari denominasi mereka sendiri khususnya. Pastinya dibawah defenisi pertama, keyakinan pada reinkarnasi BUKAN bida’a, sementara dibawah defenisi kedua yang sama bisa diterapkan kepada sejumlah ajaran-ajaran dari semua Gereja-gereja tanpa terkecuali. Contoh Gereja Roma disebut bida’a oleh Gereja Ortodoks karena gereja ini menambahkan frasa kata “Filioque” (sang Anak) pada Pengakuan Iman Nikea.

4. Gereja Ortodoks Katolik Nasrani Indonesia adalah salah satu gereja yang mempertahankan dan mengajarkan reinkarnasi dalam Gereja Rasuliah di Indonesia.
Perjanjian Lama dan perjanjian Baru mengindikasikan ide reinkarnasi (Ibrani; Gilgulim) diterima oleh Yeshua dan Rasul-rasul-Nya, oleh sebab itu jika tidak ada Gereja lainnya di Indonesia yang mengajarkan hal itu, siapa yang harus dipersalahkan?

5. Tanakh (Alkitab Ibrani) tidak pernah mengajarkan reinkarnasi!
Tanakh (Tanakh akronim dari: Torah, Nevi’im, Ketuvim) sebagaimana kitab ini sekarang dipakemkan, belum resmi diakui hingga tahun 90 M.,  saat Sanhedrin Yahudi secara resmi menambahkan kitab-kitab Ketuvim terhadap Torah dan Nevi’im.  Segera setelah ini (100 M) Yudaisme dihapuskan kebanyakan perihal Persembahan Korban menurut Torah Musa dan menghapuskan Keimamatan Lewi kaum Aaron. Ini tak mengherankan jika setelah modifikasi dramatis itu, ajaran-ajaran langsung Yudaisme adalah berbeda dari Yudaisme Zaman ha-Mashiakh. Pastinya Perjanjian Lama Kristen (Mshikhanuth) mereferensikan reinkarnasi.
(Musuh-musuh kami seringkali langsung salah kutip ayat-ayat Kitab Suci untuk membingungkan kami dan nomor 6 sebagai usaha ini contohnya. Namun, sebagaimana juga itu adalah salah terjemah saya akan mengulas hal itu lebih rinci kelak.)

6. Bukankah tercatat dalam Kitab Ibrani bahwa manusia yang hidup hanya satu kali saja dan kemudian dihakimi? 
Sebenarnya, tidak, bukan demikian. Kutipan yang anda kutip itu merujuk kepada Ibrani 9: 27-28, yang terjemahan aslinya seharusnya demikian; “Dan seperti hal itu ditetapkan kepada umat manusia satu kali mati, tapi setelah ini penghakiman agar Mshikha adalah satu kali saja dipersembahkan untuk menanggung dosa-dosa dari banyak orang; dan kepada mereka yang mencari Dia akan menampilkan Dia kedua kali tanpa dosa bagi keselamatan.” Ini memberitahukan kepada kita bahwa umat manusia biasa yang fanahanya mati sekali saja. Ini tidak memberitahukan kepada kita bahwa mereka hanya hidup satu kali saja, sebab itu menjadi tidak benar. Kematian sebagai yang fana memahami istilah itu, merujuk kepada perhentian hidup dalam tubuh dagingIni tidak merujuk kepada “roh” yang melanjutkan hidup. Tiap tubuh fisik mati hanya satu kali, paling sedikit hal itu disebutkan dalam pada zaman Paulus, meskipun obat modern terkadang mengubah ini zaman ini. Namun, roh, hidup selama-lamanya, dan apakah atau tidak roh kembali ke bumi kepada hidup dalam tubuh lainnya, bergantung pada standar rohaniah jiwa itu capai semasa hidup di bumi sebelumnya. Demikianlah pada akhirnya tiap hidup itu dihakimi, sebagaimana ayat ini indikasikan. Tapi ayat itu sendiri memberitahu kita bahwa Mshikha akan kembali ke hidup bumi untuk kedua kalinya, dan “sebagaimana dia begitulah kita dalam dunia ini.” (1 Yoh 4: 17)
(Nomor 7. Ini menunjukkan ketidaktahuan dan sikap bebal untuk menerima jawaban, tapi saya akan memberikan jawaban lagi.

7. Jangan bodoh! Tidak ada tradisi Rasuliah mengajarkan reinkarnasi hingga saat ini!
Tidak hanya ada referensi Alkitabiah yang mendukung keyakinan reinkarnasi. Ada referensi dalam karya-karya tulis bapa-bapa Rasuliah dan bahkan pada zaman kemudian selalu ada mereka yang mengajarkan bentuk reinkarnasi. Namun, kebanyakan para penulis Kristen berminat untuk menggiring para pengikut mereka bagi Kesucian, oleh sebab itu mereka jarang memberikan waktu lama membicarakan nasib mereka yang gagal mencapai tujuan hidup. Ini hanya terjadi sejak manusia mulai menantang doktrin abad pertengahan perihal Hukuman Kekal sehingga keyakinan reinkarnasi menjadi lebih umum lagi.

8. Semua Konsili-konsili yang terjadi pastilah atas pimpinan Roh Kudus (Kisah 15: 28). Sehingga apa yang diputuskan konsili itu adalah keputusan Roh Kudus juga, inilah yang pasti benar.
Saya mengutip referensi yang diberikan di sini dalam terjemahan yang lebih tepat pada Kisah 15: 28, King James Version disebutkan; “Sebab ini tampak baik bagi Roh Kudus, dan bagi kami, untuk tidak meletakkan beban lebih berat lagi dari pada perihal yang diperlukan; bahwa kamu berhenti dari memakan daging yang dipersembahkan kepada berhala-berhala, dan dari darah, dan dari binatang yang mati dicekik, dan dari percabulan: dari semuanya ini kamu jauhkanlah dirimu sendiri, maka kamu melakukan yang baik. Demkianlah salam bagimu.” Tentunya ini merujuk kepada keputusan bahwa non-Yahudi bisa menjadi pengikut Mshikha tanpa pertama harus disunat, dan yang perintah-perintah Torah Musa tetapkan yang mereka masih bisa diharapkan untuk jalankan. Sejak saat itu, keputusan-keputusan besar oleh Gereja biasanya dilakukan melalui semacam konsili-konsili, dan jika mereka diilhami Roh Kudus, pastilah keputusan-keputusan itu akan menjadi benar. Tapi tentu saja ada ketidaksepakatan timbul, dan itulah sebabnya begitu banyak perbedaan denominasi-denominasi kini, masing-masing mengklaim dirinya paling benar, dan kebanyakan kasus masing-masing mengutuk kelompok denominasi lainnya adalah sesat dan anggota-anggota mereka seakan-akan masuk Neraka.Kenyataannya Alaha lebih murah hati dari pada kebanyakan hamba-hamba-Nya di bumi dan Dia menolong mereka yang gagal paham, kesempatan lain bagi Keselamatan melalui reinkarnasi.

9. Jika menurut Yeshua (Yesus), Yukahnan Pembaptis dirinya sendiri adalah Eliyahu, mengapa ketika ditanya perihal itu Yukhanan berkata ia bukan Eliyahu?
Jika anda percaya Yeshua (Yesus), Mar Yukhanan (Yohanesi) adalah reinkarnasi Eliyahu (Elia). Sebagaimana Mar Yukhanan menyangkali hal itu saat ia ditanya, jawaban adalah jelas. Seperti kebanyakan orang Mar Yukhanan tidak ingat hidup masa lalunya. Dia tidak tahu apakah ia adalah Eliyahu. Namun, Yeshua adalah Keberadaan Ilahi, tahu kebenaran.

10.  Mengapa pertumbuhan populasi manusia semakin berkembang sekarang dan jumlah manusia tidak mungkin sebanyak yang sekarang jika ini adalah proses reinkarnasi?
Ini adalah pertanyaan bagus dan menunjukkan bahwa penanya paling sedikitnya berpikir logis tentang perihal ulasan ini, maka ia layak mendapatkan jawaban. Sebagaimana manusia meningkat jumlahnya seiring tenggang waktu antara inkarnasi-inkarnasi menurun tajam, dan sebagaimana Zaman bergulir kepada akhir masanya ini adalah satu faktor yang menyebabkan populasi meningkat. Ada yang lainnya, dan kebanyakan langsung atau tak langsung terkait dengan akhir dari Zaman Kristen, yang sekarang adalah sangat dekat. Penyebab mayor lainnya adalah fakta bahwa pertambahan jumlah dari roh-roh dari hewan-hewan sekarang sedang masuk tingkatan manusia untuk pertama kali, sehingga menjadi bertambah pada kenaikan jumlah populasi manusia kita sekarang sedang melihat kemerosotan dalam populasi spesies hewan-hewan besar dan kepunahan beberapa spesies. Dan jika anda menanyakan mengapa hal ini akan terjadi pada akhir Zaman, ini disebabkan mendekati Mshikha. Roh-roh dari semua orang ini – dan dari hewan-hewan – menjadi orang – memiliki Malaikat-malaikat Pelindung yang adalah cemas terhadap orang-orang mereka ada di bumi saat Mshikha datang sehingga mereka bisa memperoleh keuntungan kuasa spiritual yang Ia akan bawa bersama Dia. Ada banyak lagi yang saya bisa tuliskan perihal ini, tapi ini barangkali cukup. 
Akhir kata, Rencana Ilahi bagi Ciptaan-Nya adalah jauh lebih rumit dari pada kita yang fana, kita hanya bisa berharap untuk mengerti, dan ini hanya mereka yang punya pengalaman jalan sempit mistik yang bisa memahami bahkan sebanyak yang kita bisa lakukan.

Jika ide bahwa hewan-hewan memiliki roh-roh adalah sukar diterima akal anda, saya sarankan renungkanlah dengan tenang berulang-ulang dan lakukanlah penelitian dengan baik. Jelas, memang ada beberapa kebenaran-kebenaran yang bahkan Para Rasul (Shlikhim) sendiri belum sanggup memikulnya [memikirkannya] saat Mshikha ada bersama mereka (Yoh 16: 12) ini tentu saja tak mengejutkan kita jika banyak orang belum bisa menerima pengetahuan mistis lebih maju. Namun, saya harus menjelaskan beberapa poin yang perlu dipikirkan.

Kisah Adam dan Hawa adalah suatu alegori yang merepresentasikan turun roh bentuk manusia baru dari Firdaus ke bumi untuk pertama kali sebagai manusia. Adam dan Hawa masing-masing menghadirkan roh dan jiwa dari tiap individu dan juga alegori yang mendemonstrasikan bahwa saat roh dan jiwa yang sebenarnya adalah satu, mereka seringkali berbeda satu dengan yang lain. Mar Paulus menjelaskan kepada kita bahwa mereka adalah berbeda dari satu sama lainnya. (Ibrani 4: 12).
Sama seperti sekarang saya telah menuliskan tentang roh bentuk manusia-baru, dan ini menggiring kita kepada pertanyaan perihalbagaimana dan kapan roh manusia dibentuk oleh Alaha. Jawaban singkat, ini diciptakan melalui perpaduan dua roh dari spesies hewan lebih tinggi, masing-masing telah lengkap inkarnasi-inkarnasinya dalam Kerajaan Binatang. Demikianlah dua roh hewan sempurna digabungkan oleh Alaha untuk menjadikan roh manusia kedalam keberadaan, sama seperti dua roh-roh manusia sempurna lebur untuk membentuk sesosok malaikat (Lukas 20:36).

Inilah sebabnya mengapa roh dari keberadaan manusia adalah bukan, dan tak bisa menjadi, reinkarnasi kedalam tubuh dari seekor hewan, tapi ini adalah sesuatu yang kebanyakan umat Buddhis dan Hindu tidak pahami [Apa lagi dunia Kristen modern, sama sekali tidak paham!], namun klaim-klaim mereka bahwa manusia bisa ber-reinkarnasi sebagai hewan-hewan. Tidak tak bisa terjadi tanpa menghancurkan kesatuan dari roh-roh yang Alaha telah ciptakan, dan apa yang Alaha telah satukan bersama tidak ada manusia bisa memisahkan.

Jadi anda benar membuat perbedaan jelas antara roh-roh hewan (animal spirits) dan roh-roh manusia, sebagaimana sesungguhnya Alaha lakukan dan dicatat dalam Kitab Suci. Dan dalam konteks tersebut saya mengutip pertama dari Peng 3: 18-21
“Sebab apa yang menimpa anak-anak manusia juga terjadi pada binatang-binatang; bahkan satu menimpa mereka: sebagaimana yang satu mati, begitu juga kematian menimpa lainnya; ya, mereka semua satu nafas; supaya seorang manusia tidak merasa lebih unggul dari seekor binatang: sebab semua [adalah] sia-sia. Semua pergi menuju ke satu tempat; semuanya adalah berasal dari debu, dan semua kembali kepada debu kembali. Siapakah yang tahu roh manusia pergi naik ke atas, dan roh dari binatang-binatang yang pergi menuju ke bawah bumi?”
Ayat ini mengulas fakta bahwa dari sudut pandang fisik bait itu binatang-binatang dan umat manusia hidup dan mati dalam cara yang sama. Dan dalam hal tubuh mereka akhirnya membusuk dan kembali kepada debu. Kemudian pada poin ini perbedaan diantara roh-roh mereka. Roh manusia punya kesempatan untuk meninggalkan dunia fisik selama-lamanya dan bergerak maju kedalam jagat-jagat sorgawi (celestial planes), sementara roh dari bintang tidak mencapai poin itu dan harus turun ke bumi lagi.

Ini adalah perbedaan antara binatang dan manusia yang membolehkan kita “berkuasa atas ikan di laut, dan atas burung unggas di udara, dan atas hewan ternak, dan atas seluruh bumi, dan atas setiap yang merangkak di atas bumi”. (Kejadian 1: 26) Saya juga menunjukkan kepada anda Kejadian 9: 2 -3 yang mana Alaha berkata bahwa
“setiap yang bergerak yang hidup akan menjadi makanan bagimu; bahkan tumbuhan hijau Aku berikan kepadamu segala sesuatu.”
Dari sini kita bisa melihat bahwa kita diharapkan membunuh dan memakan binatang-binatang dan juga tumbuh-tumbuhan. Dalam menyembelih seekor binatang kita tidak berbuat kesalahan-sebenarnya ini bisa dikatakan bahwa kita sedang menolong binatang untuk bergerak maju pada perjalanannya sendiri, dan sepanjang kita membunuh binatang-binatang dengan minimum kejam, kita sedang melakukan keadilan apa yang Alaha rencanakan bagi kita untuk perbuat.

Dalam 1 Kor 15: 39-40 Mar Paulus sedang menjelaskan perihal binatang-binatang, ikan dan burung-burung adalah semua daging, tapi mereka adalah jenis daging berbeda, dan ia kemudian menggunakan bahwa untuk mengindikasikan bahwa hanya ada perbedaan tipe daging, jadi ada tipe tubuh yang berbeda – tubuh spiritual dan tubuh fisik.

Ini sempurna tepat bagi anda untuk mendefenisikan perbedaan roh binatang dan roh manusia, dan jika anda ingin untuk menggambarkan roh binatang sebagai hanyalah keberadaan “nafas hidup” itu adalah O.K. menurut saya. Anda juga bisa mengatakan bahwa roh binatang secara mendasar adalah berbeda terhadap roh manusia, sebab roh binatang adalah roh yang sangat sedikit dan kurang kapasitas spiritual untuk menerima realitas spiritual yang lebih tinggi. Kebenaran, meskipun, yakni meskipun mereka sangat lebih muda dari pada kita, roh-roh binatang juga adalah anak-anak Alaha sama seperti kita adanya, dan akhirnya mereka akan berkembang untuk memenuhi tempat-tempat mereka sebagai umat manusia, saat kita berkembang menjadi Orang-orang Suci dan Malaikat-malaikat. Demikianlah semua dari Ciptaan Alaha dengan konstan berkembang menuju Titik Akhir yang Dia telah rancangkan sejak Dia membuatnya masuk kedalam keberadaan.

Saya akui bahwa ini adalah ulasan agak mendalam, dan seperti saya katakan,pikirkan pelan-pelan ini tak mudah untuk dipahami.

11. Mengapa ajaran reinkarnasi Gereja Ortodoks Katolik Nasrani Indonesia juga merujuk kepada Sains? Bagaimana tentang hari jika kemudian ilmu pengetahuan membuktikan keberadaan reinkarnasi bertentangan?
Bisa saja ada baiknya penelitian Ilmu pengetahuan (Sains) yang mendukung keyakinan reinkarnasi, tapi doktrin reinkarnasi tidak bergantung pada suatu penelitian ilmu pengetahuan khususnya. Reinkarnasi adalah sesuatu yang telah ada sebagai bagian dari Rencana Ilahi bagi Ciptaan lama sebelum munculnya ilmu pengetahuan modern, dan reinkarnasi masih menjadi bagian dari Rencana Ilahi sekalipun sains tidak lagi mendukungnya.

12. Mengapa kebanyakan Gereja-gereja Rasuliah tidak mengajarkan ini lagi?
Sebab dengan kemerosotan Peradaban Romawi banyak sekali roh-roh yang sudah maju telah berakhir dari inkarnasi-inkarnasi bumiah mereka, dan mereka yang menggantikan tempat mereka hidup di bumi ini adalah kebanyakan roh-roh yang lebih muda. Roh-roh yang sudah maju perlu dibimbing dengan perlahan dan memberikan kesempatan untuk memahami jalan-jalan Alaha, sesuatu yang roh-roh primitif secara umum tidak bisa lakukan. Mereka perlu ditundukkan kepada suatu disiplin keras dan dipaksa melalui ancaman-ancaman untuk berbuat apa yang benar – sebaliknya mereka akan terus menerus untuk berbuat salah atau sesat. Demikianlah meskipun banyak dari para pemimpinnya tahu tentang reinkarnasi, gereja abad pertengahan segera menemukan reinkarnasi perlu mengancam orang-orang Barbar dengan api-neraka, jika mereka tidak memperbaiki kelakuan dalam inkarnasi saat ini, dari pada menceritakan kepada mereka bahwa jika mereka masih melanjutkan hidup kekerasan dan kehidupan-kehidupan jahat, mereka akan punya kesempatan lainnya untuk memperbaiki ulang dalam sejumlah inkarnasi-inkarnasi lagi. Oleh karena itu ajaran reinkarnasi sesungguhnya disembunyikan dalam biara-biara, dan kemudian, pada akhirnya terlupakan atau hilang sepenuhnya.

13. Mengapa kebanyakan Gereja-gereja Kristen TIDAK mengajarkan reinkarnasi lagi?
Pertanyaan ini sebenarnya sama seperti salah satu sebelumnya dan jawaban adalah sama, meskipun saya akan menambahkan dengan seiring lahirnya Reformasi (abad ke-16 M) bahwa, pengetahuan reinkarnasi tidak terbuka diajarkan dalam Kekeristenan selama seribu tahun, dan pengetahuan doktrin reinkarnasi masih tersembunyi dalam biara-biara dan ketika itu biara-biara dihancurkan oleh Reformasi, sehingga ini juga mengakibatkan reinkarnasi hilang. Dengan kata lain jika di Gereja Katolik dan Ortodoks saja sudah hilang, apa lagi yang diharapkan orang-orang Protestan untuk bisa menggalinya kembali?

14. Jika tidak ada nabi dalam Gereja, mengapa suara kenabian dalam Gereja Ortodoks Katolik Nasrani Indonesia Indonesia tidak diakui oleh semua Gereja Rasuliah?
Pertanyaan mengapa kebanyakan gereja-gereja modern tidak mengakui nabi-nabi atau menerima bahwa individu-individu modern bisa melihat visi penglihatan dan menerima pesan-pesan dari Alaha atau Para Malaikat-Nya, sama seperti nabi-nabi kuno Yahudi, adalah langsung terkait dengan alasan orang-orang Yahudi paskah pembuangan yang melarang semua nubuatan. Ini cukup sederhana Imam-imam (kohanim) yang berkuasa di Israel setelah sekitar tahun 500 S.M, tidak suka dicela oleh nabi-nabi karena banyak kesalahan-kesalahan mereka (lihat Maleakhi 2) dan sebagaimana juga mereka mengontrol kuasa duniawi dari abad ke-5 S.M., dan seterusnya, mereka bisa mencegah orang-orang dari keberadaan diakui dan menghancurkan usaha pelestarian karya-karya mereka, meskipun beberapa yang disebut Kitab-kitab Apokrifa bisa dilihat sebagai usaha menentang pelarangan ini. Jadi begitu jugalah dengan Kekristenan, dengan kuasa duniawi seringkali mendukung kepemimpinan agama, yang tidak mau dicela oleh masyarakat atas pebuatan mereka yang salah. Meskipun banyak orang-orang suci melaporkan visi – penglihatan dan pengalaman-pengalaman mistis, jika ini semua tidak cocok dengan kepentingan pihak berwenang gerejawi (seperti St. Bernardette) maka karya-karya mereka tidak akan diakui. Karya-karya nubuatan dan pengalaman mistik Archbishop John Sebastian Ward tetap bertahan, tapi hanya diantara para pengikutnya, hingga kemunculan media komunikasi internet modern membuat publikasi lebih mudah. Jadi mengapa Gereja-gereja lain tidak mengakuinya, barangkali itu adalah kecemburuan manusiawi – dan barangkali suatu hari nanti mereka akan menerimanya.
(Nomor 15 sebenarnya asumsi-asumsi kontradiksi dari nomor 5, tapi saya kan mengulas hal ini dengan tertulis.)

15. Jika Gereja Ortodoks Katolik Nasrani Indonesia menolak Ragi Farisi (Mat 16:6), lalu mengapa anda mengikuti beban muatan Yudaisme dengan mengajarkan reinkarnasi sebagaimana orang lain?
Orang-orang Nasrani Awal atau Kristen Awal dilarang mengikuti ajaran-ajaran Farisi, dan Saduki dalam Mat 16: 6 &12. Dan dalam pasal sebelumnya (Mat 15: 1-6) Mshikha sudah menjelaskan bahwa ini disebabkan mereka telah “menggantikan perintah Alaha menjadi tak berguna oleh tradisi mereka”, tapi keyakinan Reinkarnasi ada dalam Yudaisme lama sebelum tradisi-tradisi Farisi dan Saduki, dan dalam satu bentuk atau lainnya ini juga dipercaya oleh hampir semua Iman, pada zaman Mshikha. Kami tidak percaya Reinkarnasi DISEBABKAN orang Yahudi percaya, tapi karena Mshikha sendiri tidak pernah mengutuk reinkarnasi dan paling sedikitnya satu kasus mengesahkan reinkarnasi khususnya.

16. Jika kita masing-masing menjadi anggota Gereja Rasuliah ini dan mati apakah kami akan ber-reinkarnasi kembali?
Apakah atau tidak orang re-inkarnasi tidak bergantung pada gereja di mana kita bergabung. Itu bergantung apakah atau tidak kita mengikuti Mshikha dengan cukup baik bagi Dia untuk menghakimi kita layak untuk masuk Kerajaan-Nya dan tidak kembali hidup di bumi lagi atau, seperti Mar Yukhanan tegaskan, menjadi “tiang penopang Bait Alaha-Ku dan tidak akan keluar lagi dari situ.” (Wahyu 3: 12).

17. Reinkarnasi? Torah Karma? Mengapa ini seperti Hinduisme? Bukankah sebutan ini membingungkan atau doktrin campur aduk?
Kata “Reinkarnasi” aslinya bukan dari Hindu, meskipun kata “karma” memakai istilah mereka. Namun, ini secara fektif artinya yang sama seperti “Torah Musa”, “Torah Tabur Tuai” atau “Keadilan Ilahi”(Ibrani: השגחה פרטית Hashgochoh Protis / Hashgachah Pratit), yang semua istilah orang-orang Nasrani-Kristen gunakan. Efektifnya masing-masing berarti; “Mata ganti mata, dan gigi ganti gigi”seperti Mshikha wacanakan dalam Mar Mattai 5: 38 dan pada ayat berikutnya, Dia memberitahu kita bahwa sementara itu adalah Torah Musa, mereka yang mengikuti Dia harus “jangan melawan kejahatan: tapi siapa saja menampar pipimu sebelah kanan, berikanlah juga padanya pipi yang lain.” Dalam ayat 44 Ia selanjutnya; “Kasihilah musuh-musuhmu, berkatilah mereka yang mengutuki kamu, berbuat baiklah kepada mereka yang membenci kamu, dan berdoalah bagi mereka yang meskipun memperdayai kamu, dan menganiaya kamu; sehingga kamu bisa disebut anak-anak dari Bapamu yang ada di surga: sebab Ia yang menciptakan matahari-Nya terbit bagi orang jahat dan orang baik, dan mengirimkan hujan bagi orang benar dan orang fasik”. Ini adalah apa yang kita sebut Torah Kasih, dan ini melalui mengikuti Torah Kasih dan pengorbanan kehendak kita sendiri sebagaimana Ia telah perbuat, Mshikha mengajar kita bagaimana kita mengatasi Torah Karma dan mendapatkan hak bagi Kesucian Hidup. Ini adalah perbedaan antara ajaran kami dan keyakinan Hindu.

18. ‘Roh kembali kepada Alaha’ dicatat dalam Kitab Suci, Mengapa harus percaya reinkarnasi? Tidakkah ini bertentangan?
Ini tampaknya mengacu kepada Pengkotbah 12: 7, “Kemudian debu akan kembali ke bumi sebagaimana itu sebelumnya: dan roh akan kembali kepada Alaha yang memberikannya.” Kemudian poin penting perihal ayat ini adalah kata “Kemudian”, berkaitan kata ini dengan ayat-ayat yang mendahului ini, yang memberitahukan pada kita bahwa kita harus Mengingat Alaha saat kita masih usia muda, sebelum usia tua dan kematian datang menjemput kita. Kemudian ini menunjuk kepada beragam aspek kematian dari sudut pandang spiritual, sebelum lanjut menggambarkan kematian fisik dan bagaimana tubuh jasmaniah menjadi membusuk dalam debu tanah sementara roh tetap bertahan hidup. Ayat yang mendahului ini mengindikasikan bahwa pada akhirnya roda kelahiran kembali (gilgul) rusak dan KEMUDIAN roh kembali kepada Alaha. Manusia hidup dengan banyak kehidupan di bumi, tapi ketika tidak lagi membutuhkan reinkarnasi dan mulai bergerak maju melalui Jagat-jagat surgawi rohnya melanjutkan bergerak maju hingga sepanjang roh ini bisa kembali kepada Kesatuan dengan Alaha dan ketika semua anak-anak-Nya kembali kepada-Nya, Alaha akan kembali lagi menjadi “semua dalam Semua”sebagaimana Mar Paulus beritahu kita dalam 1 Kor 15: 28).

19. Jika anda percaya reinkarnasi, lalu apa gunanya ada Neraka? Tidakkah Yeshua mengajarkan keberadaan Neraka?
Jelasnya Yeshua mengajarkan keberadaan Neraka. Dia bahkan turun kedalam Neraka, sebagaimana pengakuan Iman Rasuli katakana (Pengakuan Iman Nikea juga), agar untuk membebaskan jiwa-jiwa yang ada dalam perbudakan (Efe 4: 8-10 & 1 Pet 3: 18 -19). Tidak pernah berpikir bahwa Neraka tidak ada – itu adalah salah satu dari favorit kebongan-kebongan Setan. Ini jelasnya ada dan ini tegasnya merupakan tempat penghukuman, hukuman yang seringkali berakhir selama sezaman atau bahkan selama banyak zaman-zaman, sebagaimana Mshikha beritahukan kepada kita dalam banyak tempat dalam Perjanjian Baru tapi ini Tidak Kekal.Hanya Alaha saja yang Kekal., dan bahkan mereka yang dilemparkan kedalam Neraka bisa diselamatkan, seperti Mar Keppa beritahukan pada kita banyak yang diselamatkan oleh Mshikha diantara Penyaliban-Nya dan Kebangkitan-Nya. Semua akan menderita sesuai hukuman bagi dosa-dosa mereka, tapi pada akhirnya mereka akan keluar kembali dan diberikan kesempatan lainnya, melalui reinkarnasi untuk berbuat apa yang mereka gagal lakukan dalam inkarnasi mereka sebelumnya.

Selamat datang di Laman TANYA JAWAB dengan kategori PERBANDINGAN DENGAN AJARAN KRISTEN MESIANIK. Kategori ini dimunculkan karena seringkali ada kesalahpahaman bahwa GNI itu disamakan dengan Kristen Mesianik. Semoga dari sini, para pembaca bisa memahami siapa GNI itu sebenarnya.



Perbandingan dengan ajaran Gereja Nasrani Indonesia:
Dalam Judaism, Nama Tuhan (Pesonal Names) dalam Tanakh itu ada sebanyak 72 nama[1]. Sementara Nasrani meyakini bahwa Nama Tuhan itu ada banyak juga, bahkan Dia memperkenalkan nama yang berbeda saat Dia berkontak kepada bangsa-bangsa lain di luar Israel. Jadi, kata ‘Elohim’, ‘El’, ‘El Shaddai’, dll semua adalah Nama Tuhan (Personal Names). Pengerucutan Nama Tuhan menjadi satu saja, bukanlah ajaran semitik Nasrani, melainkan pandangan dari agama modern dengan tafsirannya sendiri.


Perbandingan dengan ajaran Gereja Nasrani Indonesia:
Tidak ada satupun Nama ‘Yahweh’ baik di dalam Tanakh maupun dalam kitab-kitab yang ditulis oleh Kaum Nasrani atau para pemimpin Gereja Rasuliah kami. Tidak ada satupun nama ‘Yahweh’ di dalam kanonisasi kitab-kitab Perjanjian Baru. Yang ada adalah יהוה dibaca ‘Adonai’ atau ‘Hashem’ dalam Tanakh bahasa Ibrani dan ܡܪܝܐ dibacaMaryah’ di dalam Tanakh aramaik dan kitab-kitab PB aramiak. Di dalam Septuaginta dan kitab-kitab PB Yunani juga tidak pernah tercantum Nama ‘Yahweh’. Nama ‘Yahweh’ hanya ada di dalam kitab-kitab terjemahan yang banyak dijual di toko buku, kitab terjemahan ini banyak di pakai oleh kaum Sacred Name Movement (SNM), salah satunya adalah KS-ILT. Nama (yod) ה (heh) ו (vav) ה (heh) atau יהוה dibaca menjadi ‘Yahweh’ hanya dipergunakan bagi studi dalam kalangan jemaat Gereja Rasuliah, bukan dalam pelayanan atau peribadatan, dan kitab suci. Hal ini dimaksudkan supaya Nama Suci ini tidak disebut secara sembarangan dan tetap kudus.


Perbandingan dengan ajaran Gereja Nasrani Indonesia:
Dalam pemuridan Nasrani, pelafalan sebenarnya pelafalan Nama Tuhan (YHWH) itu tidak penting. Dari semua ajaran, yang sangat penting adalah ajaran MORALITAS. Percuma mengetahui banyak ajaran termasuk tahu pelafalan Nama Suci dengan benar kalau moralitasnya jeblok.

Dalam Nasrani (Gereja Rasuliah), jemaat diajarkan untuk memperbaiki diri, ini dibimbing setiap hari melalui Doa Harian 7x bagi yang mampu, dan bagi yang tidak, sebisanya. Dengan Doa Harian ini, semua jemaat diajarkan untuk sadar diri bahwa jemaat adalah orang berdosa, tanpa belas kasih Tuhan maka semua akan sia-sia. Jemaat dididik untuk meruntuhkan pilar-pilar kesombongan. Dibangun di atas dasar KERENDAHAN HATI tersebut ajaran-ajaran Nasrani lainnya bisa dengan mudah diserap. Tanpa kerendahan hati, maka seorang jemaat yang pintar tidak akan rela untuk menundukkan diri pada para imam di atasnya.

Selain Doa Harian, jemaat juga diajarkan untuk melakukan pengakuan dosa di hadapan jemaat di depan Altar dalam peribadatan sebelum menerima Perjamuan Suci. Pengakuan Dosa seperti ini adalah 1 dari 7 sakramen (aramaik: Qadasha) yang sudah diformulasikan pada abad awal.

Penekanan moralitas ini sangat fital, tidak ada jemaat yang bisa merasa lebih pintar dari yang lainnya. Tidak ada yang boleh sok tahu, semua pengajaran harus diterima, mengalir dari atas (uskup) ke bawah (jemaat). Pengajaran didiskusikan dalam tanya jawab dalam Makresta (pengajaran) dalam ibadah dan ruang-ruang pembelajaran. Semua pengajaran yang diyakini dan ternyata berbeda dengan ajaran Imam Tertahbis, maka semua ajaran tersebut dianggap salah dan harus dibuang. Tanpa kerendahan hati, tidak akan bisa seseorang melakukan hal ini. Moralitas seperti inilah yang sangat ditekankan dalam ajaran Nasrani.

Dengan semua mengacu kepada pengajaran uskup, maka pengajaran itu bisa dibuat tersusun rapih, tidak saling berbenturan di dalam jemaat suatu paroki. Namun, jika ternyata uskup yang mengajar itu bersalah dalam pengajaran, maka uskuplah yang harus bertanggung jawab, sebab dia adalah Wakil Tuhan. Tuhan sendiri yang akan berhitung dengannya. Jemaat diharuskan memiliki penundukkan diri, dengan modal ini, maka jemaat yang memiliki pengajaran yang salah, tidak bisa disalahkan. Jemaat sama sekali tidak punya hak untuk menafsirkan kitab suci. Jemaat hanya menerima pengajaran, lalu membenahi diri supaya memiliki moralitas yang baik. Moralitas tetap hal yang lebih utama.

Ada kalanya, ditemukan suatu Gereja Rasuliah berpindah keuskupan atau berpindah mata rantai tahbisan. Hal ini jamak dan terjadi juga pada GNI, berpindah dari AoJ ke Keuskupan di Australia. Keadaan ini bisa dipicu salah satunya karena pengajaran keuskupan (kepatriakhan) sudah menyimpang. Maka hanya ada 2 jalan, mengikuti yang keliru, atau berpindah keuskupan yang memiliki pengajaran yang benar. Sekali lagi, perpindahan ini adalah hal wajar, sudah sering terjadi di dalam sejarah Gereja Rasuliah. Pindahlah, tapi jangan sampai berdiri mandiri seperti Protestan, itu namanya TERPUTUS dari rantai tahbbisan. Berdiri mandiri seperti Protestan itu berarti keluar dari kesatuan Tubuh Mshikha.


Perbandingan dengan ajaran Gereja Nasrani Indonesia:
Yoh 17: 6 (Dukhrana Bible Research-Peshitta Murdock-LAI) ܰܘܕ݁ܥܶܬ݂ ܫܡܳܟ݂ ܠܰܒ݂ܢܰܝ ܐ݈ܢܳܫܳܐ ܗܳܢܽܘܢ ܕ݁ܝܰܗ݈ܒ݂ܬ݁ ܠܺܝ ܡܶܢ ܥܳܠܡܳܐ ܕ݁ܺܝܠܳܟ݂ ܗ݈ܘܰܘ ܘܠܺܝ ܝܰܗ݈ܒ݂ܬ݁ ܐܶܢܽܘܢ ܘܰܢܛܰܪܘ ܡܶܠܬ݂ܳܟ݂. I have made known thy name to the men, whom thou gavest me from the world: thine they were, and thou gavest them to me; and they have kept thy word. Aku telah menyatakan nama-Mu kepada semua orang, yang Engkau berikan kepada-Ku dari dunia. Mereka itu milik-Mu dan Engkau telah memberikan mereka kepada-Ku dan mereka telah menuruti firman-Mu. 
Mar Yuchnan (Yohanes) penulis kitab ini adalah uskup untuk 7 Gereja Rasuliah yang berada di daerah Asia Minor. Salah satu muridnya adalah Mar Polikarpus, yang kemudian menjadi Uskup di Smirna. Mar Yuchnan sebagai seorang Uskup menulis Injil ini dengan cara mencatatkan ajaran lisan (Oral Torah/Masora) yang dia telah terima sendiri dari Maran Yeshua. Masora adalah tradisi. Jadi, sumber dari injil ini adalah tradisi Nasrani. Injil ini tidak turun dari langit atau hasil bisikan dari Tuhan. Dia menuliskan injil ini untuk melawan ajaran Gnostis yang berkembang saat itu, yang menolak bahwa sosok Yeshua adalah sosok Tuhan yang benar-benar menjadi manusia. Kaum Gnostik meyakini Yeshua hanyalah berupa bayangan. Hal inilah yang membuat Mar Yuchnan menulis kepada jemaat Gereja Rasuliah bahwa Yeshua adalah Sang Miltha Alaha (Firman Tuhan) yang menjadi manusia, ayat 1 dan 14.

Di dalam Tradisi Nasrani dijelaskan bahwa Maran Yeshua adalah seorang Rabbi Yahudi bukanlah pendeta penganut Sola Scriptura abad 16 yang tidak mengenal tradisi. Maran Yeshua juga bukan Rabbi Messianic Jewish yang terpengaruh Sacred Name Movemement. Semua Rabbi Yahudi memahami tradisi dan melakukan tradisi. Tradisi dan kitab suci (Oral dan Written Torah) Nasrani adalah satu-kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Maran Yeshua tidak pernah mengajarkan Nama Suci dilafalkan menjadi ‘Yahweh’ kepada 12 rasul dan 70 murid yang menjadi imam-imam di Gereja Rasuliah yang mereka dirikan. Saat para imam Nasrani memimpin peribadatan, Nama ‘Yahweh’ tidak pernah eksis di dalam siddur (liturgi) peribadatan. Siddur Mar Yakub HaTzadiq yang dibuat tahun 50 Masehi, siddur Mar Addai-Mar Mari yang dibuat tahun 55 Masehi, dan siddurim Nasrani kuno lainnya tidak pernah memuat nama ‘Yahweh’. Saat Maran Yeshua mengucapkan “Aku telah menyatakan Nama-Mu…” maka artinya adalah Maran telah mengajarkan siapa Sosok Tuhan Sementa Alam dan ajaran-Nya.

Semua jemaat di bawah pimpinan Uskup Mar Yuchnan di Asia Minor dan jemaat Nasrani yang telah menyebar di abad 1 yang menerima injil Yohanes ini, tidak pernah diajarkan bahwa Maran Yeshua mengajarkan pelafalan nama ‘Yahweh’.


Perbandingan dengan ajaran Gereja Nasrani Indonesia:
Nama Suci memang tidak boleh diganti-ganti namun cara mengucapkannya bisa berubah sesuai bahasa yang dipakai jemaat di setiap negara, misalkan ‘Tuhan’, ‘God’, atau lainnya. Tradisi pengucapan Nama Tuhan seperti ini sudah terjadi berabad-abad dalam berbagai cabang Gereja Rasuliah dan memang itu tidak melanggar Torah Mshikha. Di Indonesia, tanpa memandang rendah jemaat Gereja Rasuliah lain, jemaat Nasrani terus melestarikan pengucapan ‘Maryah’ seperti jemaat Church of the East pemilik Peshitta.

Jadi, kendati Nama Suci bisa berganti-ganti itu tidak melanggar Torah Mshikha  (LAI: Hukum Kristus) yang menjadi pedoman atau UU kehidpan berjemaat kami. Mungkin ini melanggar Torah Kristen Mesianik, tidak mengapa.


Perbandingan dengan ajaran Gereja Nasrani Indonesia:
Pelafalan Sang Nama יהוה bagi jemaat Gereja Rasuliah adalah ‘Maryah’ bukan ‘Yahweh’. Kami melestarikan saja ajaran turun-temurun, tidak menggonta-ganti dan tidak juga merevisinya dengan tafsiran modern atau mengikuti pemahaman sarjana-sarjana Teologi. Para sarjana teologi bukanlah para pemimpin iman Nasrani. Para sarjana teologi bukanlah para leluhur iman Nasrani. Ke-12 rasul dan 70 Murid yang ditahbiskan Maran Yeshua, mereka para pemimpin dan leluhur iman yang mengajarkan kami.

Frasa ‘Maryah’ berasal dari dua kata, ‘Mar’ artinya ‘Maran’ atau ‘Tuhan/Tuan’, sedangkan ‘Yah’ adalah Nama Tuhan. Dalam tradisi Assyria, kata ‘Mar’ selanjutnya bisa ditujukan kepada seseorang yang dihormati, ini sebanding dengan kata ‘Sir’ di Inggris. Contohnya, Uskup Yerusalem I, Mar Yakub HaTzadiq dan Uskup Church of the East I, Mar Addai.

Membaca יהוה dengan ‘Yahweh’ adalah suatu tradisi baru yang dimulai oleh Sacred Name Movement (SNM) di abad 20. Ini bertentangan dengan tradisi Nasrani atau Gereja Rasuliah bercorak semitik. Tradisi Gereja Rasuliah semitik dalam mengucapan Nama Suci ini mirip (tidak terlalu sama) dengan tradisi Jawa yang mengajarkan, tidak sopan menyebut langsung nama orang tua atau yang dituakan. Orang Jawa dididik untuk mengucapkan kata ‘Bapak’ atau ‘Ibu’ di depan nama orang yang dihormati kendati usianya belumlah tua. Mengucapkan dan menulis nama orang tua di sana-sini tanpa ada kata ‘Bapak’ di depannya adalah pelanggaran tradisi. Tidak ada saksinya, tapi pastilah ditegur oleh orang tua jika diketahui mereka.


Perbandingan dengan ajaran Gereja Nasrani Indonesia:
Tidak semua tradisi Farisi (Talmud) yang bertentangan dengan Tradisi Nasrani. Dalam hal ini kedua tradisi ini sama. Talmud adalah tradisi lisan yang dituliskan mulai di abad 1 Masehi. Jumlahnya sangat banyak, lebih banyak dari kitab Tanakh karena banyak ritual dan hal detail dicatatkan kembali supaya para penganut Judaism bisa tahu bagaimana isi Tanakh sesuai arti penafsiran kaum Farisi awal. Penganut Sola Scriptura membuang tradisi dan membuat tradisi sendiri-sendiri. Lalu denominasi Kristen Mesianik membuat tradisi mengucapkan Nama ‘Yahweh’ secara langsung yang berbeda dengan tradisi Nasrani dan Farisi.

Perihal Talmud adalah tulisan para rabbi, sebenarnya Kitab Suci juga demikian. Kitab Suci tidak turun dari langit, tidak ditulis oleh Tuhan sendiri. Keduanya penting bagi umat Yahudi dan tidak bisa dipisahkan. Tradisi dalam Nasrani juga dituliskan oleh para pemimpin Nasrani, ada yang menjadi kitab suci, ada yang menjadi tradisi tertulis (misnah). Baik tradisi dan kitab suci keduanya penting, tidak boleh hanya salah satunya. Semua Kitab Suci berasal dari tradisi, jadi bagaimana mungkin menghilangkan tradisi atau membuat tradisi baru yang bertentangan dengan tradisi kuno?

Pebandingan dengan ajaran Gereja Nasrani Indonesia:
Pendeta dan Rabbi-Rabbi Messianic Jewish tidak berhak untuk membaptis seseorang untuk menjadi jemaat Nasrani, mereka hanya berhak membaptis untuk menjadi anggota jemaat kehila modern masing-masing.[2]

Baptis air dan pemateraian adalah dua qadishotim yang berbeda dan dilaksanakan berurutan dalam ritual inisiasi seseorang menjadi jemaat Nasrani. Dalam inisiasi ini, seorang jemaat menjalani empat buah qadishotim (aramaik: qadasha). Keempat ritual qadoshotim ini tidak dituliskan detail di dalam Kitab Suci dan juga tentunya tidak ada di dalam materi pengajaran STT. Ini hanya ada di dalam oral Torah Nasrani, diajarkan di dalam seminari-seminari Gereja-gereja Rasuliah dari dulu sampai sekarang. Keempat ritual ini memiliki siddur masing-masing.

Yang pertama, Ritual Pengakuan Dosa. Seseorang yang berniat untuk benar-benar menjadi jemaat, tidak hanya mengucapkan doa saja. Dia harus mengatakan keinginannya bertobat meninggalkan kehidupan lamanya di hadapan Wakil Tuhan di bumi, dia harus mengakui dosa-dosanya kepada Sang Imam. Dalam ritual ini Imam akan memberikan wejangan dan menyatakan bahwa Tuhan telah menghapuskan dosanya.
Sefer Limudah 4:14 Akuilah dosa-dosamu dalam jemaat, dan janganlah melakukan ibadahmu dengan hati nurani yang jahat. Inilah jalan hidup.

Yang kedua, Ritual Baptisan Air. Ritual baptis air ini bermula dari kaum Eseni, sering disebut juga pentahiran. Kaum Eseni adalah kaum keturunan Imam Besar Zadok yang biasanya melakukan pentahiran dua kali sehari dengan membenamkan tubuh ke dalam air. Mereka melakukan hal tersebut berkenaan dengan pekerjaan mereka sebagai imam-imam yang setiap hari menjadi saksi pemotongan kurban. Pakaian dan badan mereka amis oleh darah binatang, sehingga mereka harus mentahirkan diri. Dengan kata lain, pentahiran ini sama saja seperti mandi di zaman modern ini. Semua orang Yahudi yang percaya pada kemesiasan Yeshua harus dibaptis air. Setelah itu mereka bisa disebut sebagai bagian dari jemaat Yahudi sekte Nasrani. Mengikuti hal ini, goyim yang percaya juga ikut dibaptis air.


Yang ketiga, Ritual Baptisan Api (Mshikna atau pemeteraian atau Baptisan Roh Kudus). Tanda seseorang itu milik Tuhan adalah jika di dahi mereka memiliki tanda materai. Ritual ini melibatkan adanya minyak yang dioleskan di dahi mereka yang dibaptis. Pengolesan atau pemeteraian ini membuat seseorang itu resmi mendapatkan julukan Mshikhanim atau Kristen, yang artinya pengikut Meshikha (Yang Diurapi). Sang Mesias diurapi, demikian juga para pengikut-Nya diurapi atau dioleskan minyak. Bagaimana cara membuat minyak tersebut? Apa saja bahan-bahannya? Bagaimana cara mengoleskannya? Bagaimana cara menyimpan sisanya? Itu semua tidak ada di dalam Kitab Suci, hanya ada di dalam Tradisi Nasrani.

Yang keempat, Ritual Qurbana Qadisha (Perjamuan Suci). Di dalam ajaran 12 rasul Sefer Limudah semua telah ditetapkan bahwa orang yang belum dibaptis, tidak boleh menerima Perjamuan Suci.
Sefer Limudah 9:5 Dan jangan ijinkan satu orangpun makan atau minum Ucapan Syukurmu tapi kecuali yang telah di-mikveh kedalam sang Nama Maran. Sebab perihal kebenaran Maran telah mengatakan hal ini, “Jangan berikan perkara yang kudus kepada anjing-anjing”
Ritual ini adalah ritual yang sangat penting dan inti dari ibadah Nasrani. Saking pentingnya ajaran ini, saat Maran Yeshua menjelaskannya pertama kali kepada khalayak Yehudim, banyak dari mereka yang menolak dan pergi. Momen Perjamuan Suci adalah momen di mana jemaat menyatu dengan Tubuh dan Darah Meshikha. Bagaimana cara membuat rotinya? Bagaimana cara mempersiapkannya di altar? Bagaimana cara menyuapi ke dalam mulut jemaat? Bagaimana menyimpan sisanya? Bagaimana memilih anggur yang baik? Semua itu tidak ada di dalam Kitab yang ditulis para pemimpin Nasrani. Inofrmasi ini terlalu banyak untuk dituliskan ke dalam kitab tertentu, ini hanya ada di dalam tradisi (Oral Torah).

Ritual-ritual di atas bersama qadosha lainnya telah dirangkum atau dilembagakan oleh para rasul di abad 1 Masehi. Lalu diwariskan kepada para uskup yang ditahbiskan di semua Gereja Rasuliah untuk menggantikan posisi 12 rasul dan 70 murid. Karena satu dan lain hal, memang harus diakui adanya perbedaan dalam ritual-ritual penting ini, namun demikian, itu semua adalah perbedaan minor. Semua uskup di Gereja Rasuliah memahami adanya urut-urutan ritual dalam proses entenisasi seseorang kepada Sang Mshikha Yeshua. Tidak ada dari mereka yang membaptis dengan cara baru seperti menyelam seseorang dengan cara mengucapkan Nama ‘Yahweh’.

Jenis baptisan air di dalam ajaran Nasrani ada 2 (dua) jenis, yaitu selam dan tuang. Dalam ritual, air yang dipakai haruslah air yang mengalir, oleh karena itu dua jenis baptisan ini bisa dianggap sah. Baptis tuang biasanya dilakukan pada daerah yang kekurangan air atau terhadap orang yang sedang terbaring sakit. Tidak mungkin orang sekarat yang mau bertobat harus diselam, bisa-bisa mempercepat kematiannya bukan? Salah satu kitab yang bisa dijadikan referensi Baptisan Nasrani adalah Sefer Limudah.
Sefer Limudah 7:1 Dan tentang penyelaman, demikianlah kamu menyelamkan diri setelah mendaraskan semua aturan-aturan ini. Menyelamlah dalam Nama sang Bapa dan sang Anak dan sang Roh Kudus, dalam air mengalir [hidup]. 7:2 Dan jikalau tidak ada air mengalir [hidup], mikveh dalam air lain. Dan jika tidak bisa menyelam dalam air dingin, maka dalam air hangat pun boleh. 7:3 Dan jika tidak ada, tuangkanlah air tiga kali pada kepada, dalam Nama sang Bapa dan sang Anak dan sang Roh Kudus.
Tradisi Baptis atau Materai dengan Nama Yahweh oleh seorang pendeta adalah suatu tradisi anyar abad 21 yang terjadi di Indonesia. Ini adalah tradisi yang asing di mata jemaat Nasrani kuno.


Perbandingan dengan ajaran Gereja Nasrani Indonesia:
Yeshua tidak pernah menyebut nama ‘Yahweh’. Para rasul tidak pernah menyebutkan nama ‘Yahweh’ Jemaat Nasrani sejak abad 1, tidak pernah diajarkan mengucap Nama ‘Yahweh’. Sang Nama Kudus יהוה tidak pernah diucapkan demikian. Jemaat di dalam peribadatan mengucapkan nama ‘Maryah’ saat membaca tetragrammaton (ditambah tradisi membuat Tanda Salib). Hanya Imam Tertahbis atau jajaran keimamatan saja yang diizinkan mengucapkan Sang Nama di hadapan Altar dengan memakai Siddur Peribadatan Kuno Nasrani. Cara memasyurkan Sang Nama bagi umat Nasrani adalah dengan melestarikan ajaran Nasrani semitik dari abad ke abad. Dengan demikian makin banyak orang yang akan masuk ke dalam Perjanjian Baru dan diselamatkan.


Perbandingan dengan ajaran Gereja Nasrani Indonesia:
Tidak ada 1-pun Bapa-bapa Gereja Rasuliah yang mengajarkan atau menyatakan bahwa ada nama ‘Yahweh’, baik di dalam Septuaginta apalagi di dalam Kitab-kitab PB. Origen (185-232) adalah seorang Imam (Presbiter) dari Gereja Coptic Alexandria, lalu Jerome (342-420) yang ditahbiskan menjadi Imam (Presbitter) di Gereja Syria Ortodoks Antiokia. Kedua Gereja Rasuliah ini, Coptic (dari rasul Mar Markus) dan Syria (dari Rasul Mar Keipha/Petrus) adalah Gereja Purba yang besar yang terus melestarikan ajaran kerasuliahan yang mengizinkan Nama ‘Allah’ tercatat dalam Kitab terjemahan dan siddur peribadatan mereka. Mereka sama sekali tidak mengajarkan nama ‘Yahweh’ sebagai nama Tuhan yang harus disebut-sebut.

Gereja Nasrani Indonesia masih memiliki rantai tahbisan dari Gereja Syria Ortodoks. Keuskupan GNI di Australia adalah Putri dari Gereja Syria Ortodoks, oleh karena itu, kami juga mewariskan ajaran mereka dan tidak pernah mendapat ajaran ada Bapa Gereja Syria yang menyebut nama ‘Yahweh’ atau mengajarkan nama ‘Yahweh’ ada di dalam naskah PB.

Gereja-gereja Kristen Mesianik di Indonesia dan komunitas-komunitas Messianic Judaism Modern di seluruh dunia tidak punya benang merah keterkaitan dengan Gereja Coptic dan Syira Ortodoks. Mencatut dua nama besar Imam Gereja Rasuliah untuk mendukung ajaran modern Mesianik adalah tindakan yang tidak terpuji.

Ibrani 10:26 “Sebab jika kita sengaja berbuat dosa, sesudah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran, maka tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa itu.”
Secara tradisi GNI meyakini bahwa Kitab Ibrani adalah salinan pengajaran-pengajaran Mar Shaul kepada orang-orang Yahudi saat dia mendekam di dalam dipenjara. Kemungkinan lain, kitab ini ditulis oleh Mar Yakub HaTzadiq yang menerima banyak input ajaran dari kaum Esseni Messianic Kuno.

Kitab Ibrani dan khususnya ayat Ibrani 10:26 sama sekali tidak ada hubungan dengan Nama ‘Yahweh’ yang didengung-dengungkan oleh peganut Sacred Name Movement di abad 20. Kitab Ibrani disinyalir ditulis oleh Mar Shaul berupa kumpulan pengajaran kepada jemaat Nasrani awal yang berdarah Yehudim. Sejak abad 1 Masehi para rasul dan 70 Murid termasuk Mar Shaul berpencar dalam ladang-ladang penginjilan dan mendirikan Gereja-gereja Rasuliah, mereka tidak pernah mengajarkan nama ‘Yahweh’. Nama asing ini tidak pernah dicatatkan di dalam siddur dan kitab-kitab.

Pada pasal 10, penulis kitab ini menyinggung Torah Sinai (LAI: Hukum Taurat) yang mengharuskan adanya penyembelihan kurban-kurban (ayat 1), lalu darah kurban hewan tersebut tidak mungkin bisa menghapus dosa manusia (ayat 4), maka harus ada Kurban Yeshua (ayat 12) untuk menghapus dosa manusia. Darah-Nya adalah Darah Perjanjian. Kemudian, penulis menyinggung tentang keimamatan (ayat 21), lalu menyinggung peribadatan (ayat 25), kedua ayat ini menjelaskan adanya jemaat Gereja Rasuliah yang dipimpin oleh Imam Besar Yeshua dan tentunya imam-imam di bawah-Nya, lalu beribadah kepada Tuhan melalui imam-imam tersebut sesuai siddur Nasrani yang telah ditetapkan di abad 1 Masehi, contohnya siddur Mar Yakub HaTzadiq. Jemaat Nasrani tidak pernah beribadah dengan menggunakan siddur Messianic Judaism Modern. Jemaat Nasrani tidak akan bisa beribadah tanpa bimbingan Imam-imam.

Berikutnya penulis menyinggung perihal hukuman bagi yang berdosa (ayat 26), kemudian siapa yang dimaksudkan penulis bagi mereka yang ‘menganggap najis Darah Perjanjian’ (ayat 29). Ini menjelaskan bahwa yang dimaksudkan orang yang berdosa dan bagi dosanya tidak ada korban lagi adalah mereka yang sudah masuk ke dalam bilangan jemaat Nasrani lalu murtad keluar. Ini menceritakan mereka yang sudah dibaptis oleh para rasul (imam-imam Tertahbis) dan memakan Perjamuan Suci (termasuk minum Darah Perjanjian), lalu keluar dari jemaat. Bagi merekalah tidak ada lagi kurban penghapusan dosa.

Jadi ayat Ibrani 10:26, bukan tentang hukuman bagi mereka yang menolak Nama ‘Yahweh’, melainkan bagi mereka yang murtad dari jemaat Nasrani. Penafsiran ayat Ibrani yang keluar dari konteks ini adalah karena memang para pengajar Kristen Mesianik tidak punya hubungan dengan kaum Nasrani kuno, sehingga mereka tidak memahami Tradisi Nasrani di balik ayat-ayat kitab suci termasuk kitab Ibrani ini. Tradisi terlebih dahulu ada, barulah ada kitab suci.


Perbandingan dengan ajaran Gereja Nasrani Indonesia:
Rom 8: 11 (Dukhrana Bible Research-Peshitta Lamsa-LAI)  ܘܶܐܢ ܪܽܘܚܶܗ ܕ݁ܗܰܘ ܡܰܢ ܕ݁ܰܐܩܺܝܡ ܠܡܳܪܰܢ ܝܶܫܽܘܥ ܡܫܺܝܚܳܐ ܡܶܢ ܒ݁ܶܝܬ݂ ܡܺܝܬ݂ܶܐ ܥܳܡܪܳܐ ܒ݁ܟ݂ܽܘܢ ܗܰܘ ܡܰܢ ܕ݁ܰܐܩܺܝܡܶܗ ܠܝܶܫܽܘܥ ܡܫܺܝܚܳܐ ܡܶܢ ܒ݁ܶܝܬ݂ ܡܺܝܬ݂ܶܐ ܐܳܦ݂ ܠܦ݂ܰܓ݂ܪܰܝܟ݁ܽܘܢ ܡܺܝܬ݂ܶܐ ܢܰܚܶܐ ܡܶܛܽܠ ܪܽܘܚܶܗ ܕ݁ܥܳܡܪܳܐ ܒ݁ܟ݂ܽܘܢ And if the Spirit of Him who raised our LORD Jesus Christ from the dead dwells within you, so he who raised Jesus Christ from the dead will also quicken your mortal bodies by his Spirit that dwells within you. Dan jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, diam di dalam kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh Roh-Nya, yang diam di dalam kamu.
Surat kiriman (Igeret) Roma adalah hasil karya Uskup Mar Shaul (Paulus). Mar Shaul ditahbiskan menjadi uskup oleh para uskup (penatua) di Antiokia, hal ini tercatat di dalam Kis 13:1-3. Di abad 1 Masehi jabatan Imam dan Uskup (Presbitter dan Bishop) masih belum dibedakan. Jabatan ini memiliki hak untuk menahbiskan murid menjadi uskup. Atau bisa dibilang, uskup menahbiskan uskup. Karena itu, Mar Shaul bisa melantik Mar Timotius menjadi uskup di Efesus tahun 65 Masehi dan melantik Mar Linus juga untuk menjadi uskup di Roma. Semua jemaat Nasrani selalu dipimpin oleh uskup, demikian juga dengan jemaat di Roma. Di kota inilah jemaat berkembang dan akhirnya menjadi suatu kepatriakan besar yang dipimpin oleh Paus. Paus adalah nama administrisi, orang yang menjabatnya adalah seorang uskup juga. Paus (Bishop) memimpin Gereja Katolik Roma sampai di abad 21 ini.

Surat Roma memang ditujukan awalnya khusus untuk jemaat Gereja Rasuliah di Roma, namun saat kitab-kitab Nasrani mulai dikanon oleh masing-masing Gereja Rasuliah, Igeret ini dijadikan salah satu kitab pedoman pengajaran yang mendukung Pernyataan-pernyataan Yeshua di Injil. Jadi, posisi Igeret ada di bawah Injil. Surat Kiriman Roma ini sekarang dipegang oleh semua Gereja Rasuliah di bumi ini yang terus melestarikan Pentahbisan uskup-uskup sebagai pewaris ajaran Nasrani dan sebagai Wakil Tuhan di bumi.

Jutaan uskup yang sudah wafat dan masih hidup saat ini, termasuk uskup Gereja Nasrani Indonesia tidak pernah mengajarkan ayat Roma 8:11 ini berkenaan dengan Nama ‘Yahweh’. Tidak ada satupun nama ‘Yahweh’ di dalam Igeret ini. Tidak pernah ada pesan tentang nama ‘Yahweh’ di dalam Igeret lainnya.

Ajaran kebangkitan dalam Nasrani adalah setiap manusia yang wafat akan meninggalkan tubuh duniawinya (tanah kembali ke tanah), dan mengambil ‘Tubuh Yang Baru’. Tubuh inilah yang dibangkitkan dan memasuki alam roh.


Perbandingan dengan ajaran Gereja Nasrani Indonesia:
Penganut Judaism dan Nasrani yang keluar dari Rahim agama Yahudi ini tidak pernah melarang orang untuk menyebutkan ‘Halleluyah’. Semua orang boleh menyebut dua kata yang disambung menjadi satu ini. Menyembah Maryah Allah dengan menyebut ‘Haleluyah’ sama sekali tidak melanggar UU di republik ini, tidak melanggar Halakah, tidak melanggar Torah Mshikha. Sekalipun ada satu agama yang mematenkan kata ‘Haleluyah’ untuk menjadi milik mereka, hal tersebut tidak bisa menghentikan seseorang menyebutkannya.


14. Ajaran KM: ‘Allah’ itu berasal dari nama Dewa Pagan[4], janganlah diucapkan karena melanggar perintah Tuhan di Kel 23:13.

Perbandingan dengan ajaran Gereja Nasrani Indonesia:
Baik Judaism dan Nasrani memperbolehkan umatnya untuk mengganti kata ‘Eloah’ (ibrani) menjadi kata ‘Allah’ (Arab). Kata adalah suatu sarana atau wadah untuk mentrasportasikan suatu makna. Jadi yang terpenting adalah makna di dalam wadah kata tersebut, bukan wadahnya yang harus diributkan.

Ayat Keluaran 23:13 itu adalah perintah Tuhan untuk bangsa Israel bukan kepada pendeta dan umat goyim yang dipimpinnya. Lalu maknanyapun bukan berarti nama sesembahan agama lain tidak boleh diucapkan. Perhatikan bahwa kata ‘El’, ‘Baal’, ‘Kosher’, dan kata ‘Shamayim’ adalah kata-kata Ibrani yang diserap dari bahasa lain yang merupakan nama-nama dewa Kanaan. El bahkan merupakan nama dewa tertinggi bangsa Kanaan.[5] Hampir semua gereja di Indonesia pernah menyanyikan lagu dengan judul ‘El Shaddai’. Mereka tidak pernah menyembah dewa Kanaan.

Kitab Keluaran adalah 1 dari 5 kitab Mosha yang berisi tentang proses keluarnya bangsa Israel dari tanah penjajah Mesir dengan pertolongan Tuhan. Setelah Tuhan membawa keluar bangsa ini, di tengah gurun Sinai, Tuhan mengikatkan diri-Nya dengan 12 suku Israel ini dalam suatu perjanjian. Perjanjian ini disebut juga Perjanjian Sinai. Lalu karena bangsa Israel tidak bisa memegang isi perjanjian ini maka umat Nasrani meyakini bahwa perjanjian ini batal, bangsa Israel dibuang ke Ashur, 720 SM dan bangsa Yehuda di buang ke Babilon pada 586 SM. Mereka dibuang karena mereka menyembah berhala Kanaan. Jadi perintah-perintah Tuhan pada kitab Keluaran-Imamat-bilangan-ulangan itu diperuntukkan khusus untuk bangsa Israel, sekali lagi bukan kepada Gereja di abad 21. Kita harus paham cara membaca kitab sesuai konteksnya, jangan dicabut ke luar konteks.


Perbandingan dengan ajaran Gereja Nasrani Indonesia:
Kata ‘Eloah’ (ibrani) bisa diganti dengan ‘Allah’ atau kata apapun sesuai dengan bahasa yang berlaku pada suatu negara. Pewaris ajaran Nasrani yang bermukim di timur tengah seperti Gereja Ortodoks Syria dan Church of The East yang mengucapkan ‘Allah’, tidak pernah bermaksud untuk menyembah atau berdoa kepada sesembahan muslim. Para Imam Tertahbis di Gereja Rasuliah ini tidak pernah mewarisi pengajaran Anti-Allah, mereka juga tidak pernah mendapatkan wahyu ilahi untuk melarang Jemaat Nasrani untuk mengucapkannya.


Perbandingan dengan ajaran Gereja Nasrani Indonesia:
Umat Nasrani Yehudim awal di abad 1 memang tidak menyebut ‘Allah’ melainkan ܐܠܗܐ dibaca ‘Alaha’ (Aramaik timur) atau ‘Aloho’ (Aramaik barat). Di dalam sinagoge, text Ibrani yang mereka baca adalah אֱל֫וֹהַּEloah’ atau אֱלֹהִיםElohim’. Mereka tidak berbahasa Arab, jadi kata ‘Allah’ itu asing bagi mereka. Asing, tapi mereka tidak anti seperti halnya penganut Islamologi ajaran dr Suradi. Umat Nasrani di Timur Tengah mengucapkan nama ini dalam peribadatan mereka, khususnya sejak abad 7 dimana Bahasa Arab mendominasi Bahasa Aramaik yang mereka gunakan. Perhatikan contoh seorang jemaat Church of The East yang menuliskan ‘God Bless You’ dalam bahasa arab di bawah ini:


Gereja ini sudah ada sejak abad 1, sejak Mar Addai-Mar Mari menginjil ke daerah Edessa lalu menyingkir ke Mesapotamia bertemu dengan komunitas Gereja Rasuliah lain di bawah pimpinan Mar Thoma. Jadi, tidak benar adanya pengajaran yang mencatut nama Nasrani yang anti menyebut nama ‘Allah’.


Perbandingan dengan ajaran Gereja Nasrani Indonesia:
Semua terjemahan harus mengikuti aturan baku tata bahasa ke mana suatu naskah itu diterjemahkan. Apakah para penerjemah LAI punya kompetensi Bahasa Ibrani, Yunani, dan Indonesia? Silahkan bertanya pada mereka untuk klarifikasi hal ini. Jemaat Nasrani Indonesia memilih tetap melestarikan kata ‘Alaha’ (Aramaik) untuk penerjemahan ke dalam Bahasa Indonesia. Aramaik adalah bahasa kuno yang menjadi bahasa sehari-hari Maran Yeshua dan para rasul. Hanya Mar Shaul (Paulus) saja yang lancar menggunakan Bahasa Yunani di antara 12 rasul awal. Ada beberapa istilah Aramaik yang terus dipertahankan oleh penerjemah GNI dalam menulis siddur atau barisan ayat-ayat Peshitta. Hal ini dikarenakan kandungan makna dalam kata Aramaik tersebut jika diterjemahkan bisa menjadi bias. Tidak adanya kata ‘Allah’ di dalam siddur dan buku-buka materi seminari St Basil bukan berarti GNI adalah penganut Islamologi Anti Allah yang dipelopori oleh Alm dr Suradi.


Perbandingan dengan ajaran Gereja Nasrani Indonesia:


  • Generalisasi, perubahan makna menjadi lebih luas dari sebelumnya.
  • Spesialisasi, perubahan makna menjadi lebih sempit dari sebelumnya.
  • Sinestesia, makna menjadi tertukar,
  • Asosiasi, perubahan makna kata karena memiliki persamaan sifat.
  • Peyorasi, perubahan makna kata menjadi buruh dari sebelumnya.
  • Amelia, perubahan makna kata menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Jadi, kalau dilihat dari ilmu bahasa EYD (Ejaan Yang Disempurnakan) Bahasa Indonesia kita di atas, maka kata ‘Allah’ yang dipakai oleh jemaat Nasrani di Arab mengalami perubahan kata ‘Amelia’. Kata tersebut yang dulunya dipakai untuk penyembahan kaum non Nasrani, diserap dan dijadikan kata dengan kandungan ajaran yang berbeda sehingga artinya menjadi lebih baik.

Kosakata Bahasa Indonesia sendiri menyerap beberapa kata yang dahulunya bermakna Nama Dewa suatu agama kuno. Misalnya antara lain: ‘Surya’, adalah nama Dewa Matahari bangsa India Kuno, ini berubah makna menjadi sinonim dari kata ‘matahari’. Lalu kata ‘Hyang’ yang merupakan nama lain dari Dewa Siwa agama Hindu (Sang Hyang Widi Wasa atau Tuhan Yang Maha Kuasa)[6], nama ini diserap dan menjadi kata ‘sembahyang’. Arti kata ‘sembahyang’ bukan lagi menyebah Dewa Siwa agama Hindu, melainkan beribadah sesuai kepercayaan masing-masing. Dewi ‘Sri’ adalah nama dewi kesuburan di Pulau Jawa. Nama ini banyak diadopsi oleh wanita-wanita Jawa. Tentunya mereka bukan bermaksud untuk menyerupai atau menyembah dewi ini dengan menamai anak mereka dengan nama yang sama.


Perubahan makna kata ini adalah hal yang wajar terjadi pada peradaban umat manusia. Umat Israel juga mengalami hal ini saat mereka menyerap kata ‘El’ untuk mereka tuliskan ke dalam siddur dan kitab suci Tanakh, padahal kata ‘El’ tersebut adalah Nama Dewa Tertinggi dari orang Kanaan Kuno. Tentu saja, mereka mengganti makna dari kata ini. Ajaran ‘El’ bangsa Israel itu berbeda dengan ajaran ‘El’ bangsa Kanaan. ‘El’ adalah Sang Bapa sementara ‘Asherah’ adalah Sang Bunda dari semua dewa Kanaan. Seperti yang tertulis dalam prasasti Ugaritik.[7]

Iman Nasrani tidak pernah bertentangan dengan sejarah. Iman Nasrani adalah penyembahan kepada Sang ‘El’ Maryah yang memiliki kandungan ajaran awal bercorak semitik abad 1 Masehi. Ini bukanlah penyembahan kepada sesembahan agama lain yang memiliki ajaran yang berbeda. Nasrani dan Islam adalah dua agama yang berbeda. Kendati memiliki nama atau kata sesembahan yang sama, bukan berarti ajarannya sama.


Perbandingan dengan ajaran Gereja Nasrani Indonesia:
Tuhan tidak plin-plan, kalau Dia tidak mempermasalah umat Nasrani di Arab mengucapkan ‘Allah’ dalam peribadatan pada abad awal sampai sekarang, maka Dia juga tidak mendorong MA Malaysia untuk melarang umat Kristen mengucapkan kata ini.




Perbandingan dengan ajaran Gereja Nasrani Indonesia:
Tuhan itu maha tahu, sebelum manusia mengucapkan doa untuk kebutuhannya, Tuhan sudah paham. Bahkan sebelum si manusia itu dilahirkan, Tuhan sudah tahu detail kebutuhannya, Dia merancangkan kebaikan untuk manusia yang Dia ciptakan. Doa adalah sarana manusia memiliki hubungan intim dengan Tuhan yang bisa disebut dengan banyak nama.


Perbandingan dengan ajaran Gereja Nasrani Indonesia:
Nama ‘Yahweh’ dan nama ‘Allah’ memang tidak pernah ada di dalam Kitab Suci Nasrani, baik yang berbahasa awal Aramaik ataupun Yunani. Kedua nama ini asing, tidak ada.
Setiap gereja memiliki halakha-nya masing-masing. Kalau Kristen Mesianik yang lahir di abad 21 ini memiliki tradisi tidak mengucapkan nama ‘Allah’ itu kami hormati, silahkan terus pertahankan. Tradisi Nasrani yang kami pegang sejak abad 1 berbeda.

Kitab suci dalam PB ditulis dari tradisi-tradisi Nasrani oleh Gereja Rasuliah. Kitab Suci tadinya dituliskan hanya untuk jemaat Gereja Rasuliah saja, misalnya Igeret Roma, ini adalah tulisan Mar Shaul untuk jemaat Gereja Rasuliah yang kemudian dipimpin oleh Uskup Mar Linus, murid Mar Shaul dan Mar Clementinus, murid Mar Keipha. Lalu Kitab Wahyu, ditulis oleh Mar Yuchnan (Yohanes) untuk Gereja-gereja Rasuliah di Asia Minor. Gereja-gereja ini lalu dinaungi oleh Gereja Ortodoks Syria kemudian caplok ke dalam wilayah Gereja Byzantium. Kitab-kitab di abad 2 dan seterusnya dituliskan juga adalah kitab yang diperuntukkan kepada jemaat Gereja Rasuliah, bukan untuk umat Hindu, Budha, Islam, dan juga bukan untuk gereja non rasuliah di abad 21 ini.

Seiring waktu berjalan, kitab suci Gereja Rasuliah ini menyebar terutama sejak dimulainya ajaran Sola Scriptura (hanya berpedoman pada Kitab Suci). Semua tidak mau tunduk pada Imam Tertahbis, semua mengaku bahwa masing-masing adalah jemaat dan sekaligus imam. Semua orang tidak lagi berada di dalam kesatuan jemaat gereja pewaris ajaran para rasul. Mereka berbondong-bondong untuk memiliki, membaca, dan yang mengherankan adalah berani menafsirkan ayat-ayat kitab suci tanpa memahami tradisi. Dari era inilah muncul terjemahan kitab yang beraneka macam bahasa. Dan dalam Bahasa Arab, kata ‘Allah’ itu ada.

Umat Nasrani tidak mempermasalahkan bahwa kitab Nasrani ini menyebar dan dikomersilkan, uang masuk ke kantong penerjemah dan pihak percetakan. Tidak menjadi masalah. Dan saat ada terjemahan yang mencantumkan kata ‘Allah’ juga tidak masalah. Saat ini jemaat Gereja Rasuliah yang bermukim di Arab juga menggunakan bahasa Arab yang di dalamya tentu ada kata ‘Allah’. Ini tidak menjadi persoalan.



Perbandingan dengan ajaran Gereja Nasrani Indonesia:
Nama Mesias disebutkan beragam dalam jemaat Nasrani yang tersebar ke banyak negara dengan bahasa-bahasa yang berbeda. Di Mesopotamia disebut ‘Eashoo’ dan ‘Eashoa’, di Roma dan Konstantinopel disebut ‘Iesous’, di Arab disebut ‘Isa’, dan lain-lain. Nama-nama ini telah dituliskan ke dalam siddur Nasrani dari abad ke abad. Perubahan nama akibat perbedaan bahasa ini sering disebut sebagai ‘transliterasi’. Transliterasi ini adalah hal wajar dalam sudut pandang bahasa. Transliterasi bisa terjadi karena bahasa dan logat di dunia ini tidak ada yang sempurna. Semua ada kelebihan dan kekurangannya. Nama Ibrani ‘Yeshua’ menjadi ‘Iesous’ akibat di dalam kosakata Yunani tidak ada huruf ‘Y’ lalu akhiran ‘a’ hanya untuk nama wanita. Jika nama ‘Yeshua’ dipertahankan maka mereka akan menganggap Sang Mesias ini adalah wanita atau kewanita-wanitaan.

Di Indonesia, jemaat Nasrani dididik untuk melestarikan nama Ibrani-Nya: ‘Yeshua’. Keuskupan GNI di Australian yang biasa menggunakan Bahasa Inggris, mereka menyebutnya, ‘Jesus’. Nama transliterasi bisa berbeda, namun ajaran-Nya jangan. Jemaat Gereja Nasrani Indonesia tidak diajarkan merasa paling benar karena menyebutkan nama Ibraninya, dan tidak memandang rendah mereka yang mengucapkannya sesuai rasa budaya masing-masing di Indonesia. Yang penting bukan nama asli atau translasinya, yang penting adalah ajaran-Nya yang membuat moralitas kita menjadi baik.


Perbandingan dengan ajaran Gereja Nasrani Indonesia:
Para imam Nasrani tidak pernah mengajarkan nama ‘Jesus’ berasal dari nama dewa tertinggi Yunani ‘Zeus’. ‘Jesus’ itu berasal dari ‘Iesous’ yang ditranslasikan dari ‘Yeshua’. Akhiran ‘a’ dalam budaya Bahasa Yunani biasanya digunakan untuk nama wanita, sehingga menyebut nama ‘Iesua’ akan membuat mereka menjadi canggung. Itulah sebabnya mereka menyebutnya dengan ‘Iesous’, mereka tidak memiliki perbendaharaan huruf ‘Y’. Perubahan nama ini tidak akan disertai perubahan ajaran kalau saja ajaran tradisi dan kitab suci Nasrani terus wariskan dari abad ke abad.


Perbandingan dengan ajaran Gereja Nasrani Indonesia:
Jemaat Nasrani tidak pernah memperdebatkan Nama Mesias. Namun nama ‘Yahshua’ tidak pernah kami pakai selama 21 abad ini.



Perbandingan dengan ajaran Gereja Nasrani Indonesia:
Sunat adalah tradisi dari pewaris ajaran Farisi. Ritual sunat adalah bagian dari tradisi dalam Torah Sinai (LAI: Hukum Taurat) yang ditarik kebelakang lagi dipegag oleh keturunan Avraham. Sunat dalam agama Yahudi bukanlah sunat dengan mantri atau dengan dokter. Ritual sunat Yahudi meliputi keterlibatan mohel (si penyunat), dua orang tua yang disunat, kursi kosong Eliyahu, kakek dari yang disunat, dan lain-lain. Ritual ini berjalan sesuai siddur.

Bagi umat Nasrani Goyim (Kristen), sunat tidaklah dibebankan. Ini sudah merupakan keputusan Konsili Yerusalem th 50M yang dipimpin oleh Uskup Mar Yakub HaTzadiq dan Uskup Mar Keipha (Petrus). Semua pemimpin Nasrani awal, yaitu 12 rasul (minus Yudas Iskaryot) ditambah 70 murid menghadiri konsili pertama tersebut sebelum mereka berrpencar untuk mendirikan Gereja-gereja Rasuliah. Cerita tentang konsili besar ini sekilas tercatat di dalam kitab Kisah Para Rasul pasal 15. Ada perbedaan ajaran yang meruncing di antara jemaat. Kelompok Ebionit yang menekankan bahwa goyim Nasrani harus disunat sesuai ritual Yahudi, kelompok ini melawan Mar Shaul (Paulus) dan lainnya. Ebionit dinyatakan salah, lalu secara bertahap mereka keluar dari Nasrani di abad 2 dan punah. Punahnya mereka bukan berarti ajarannya juga punah.

Kaum Ebionit adalah mereka yang meyakini Yeshua sebagai Sang Mesias namun tidak meyakini keilahian-Nya juga. Ajaran mereka sempat mempengaruhi Uskup Gereja Coptic Alexandria sebelum pada akhirnya diekskomunikasi atau dikucilkan. Pengajaran mereka dicontek oleh penggagas ajaran Saksi Yehova, Churles Taze Rushell di abad 19. Ajaran ini juga berkembang dengan baik di Indonesia sekarang.

Kembali ke konsili Yerusalem dan sunat, sejak abad 1 sampai 21 ini umat Nasrani mematuhi hasil konsili tersebut. Tidak perlu sunat jasmani untuk menjadi jemaat Nasrani. Jika sunat untuk alasan medis, itu lain masalah. GNI hanya mewariskan dan berusaha melestarikan keputusan Konsili Yerusalem yang masih dipimpin oleh para rasul Yahudi.


Perbandingan dengan ajaran Gereja Nasrani Indonesia:
Sejarah membuktikan bahwa ajaran Maran Yeshua diwariskan kepada Gereja-gereja Rasuliah, bukan kepada komunitas Messianic Judaism Modern. Ketidakpahaman sejarah bisa membuat seseorang salah persepsi dan akhirnya salah ikut pengajaran. Messianic Judaism tidak mewarisi tradisi Nasrani tetapi malah mewarisi tradisi Farisi. Gereja Rasuliah sudah ada sejak abad 1 sampai abad 21 kini, sementara MJ Baru muncul di abad 19.


Perbandingan dengan ajaran Gereja Nasrani Indonesia:
Perayaan di dalam Torah Sinai berbeda dengan perayaan yang ada di dalam Torah Mesias (Gal 6:2). Mengapa demikian? Karena Moedim (7 perayaan Yahudi) adalah bagian dari Torah Sinai dan Torah Sinai hanyalah bayangan[8] tentang Mesias Yeshua yang telah datang pada masa Perjanjian Baru. Semua perayaan pada PB terfokus pada diri Yeshua. Perayaan paling utama adalah Pesakh. Jemaat Nasrani tidak lagi merayakan Moedim seperti layaknya kaum Yahudi termasuk Messianic Jewish merayakannya.

Kami jemaat Nasrani Katolik Orthodoks Kuno Satu Rasuliah (GNI) merayakan perayaan Pesakh melebihi kaum Yahudi sendiri di mana Pesakh tersebut dirayakan setiap saat yang kami sebut sebagai Qurbana Qadisha (Perjamuan Suci). Perayaan Savuot, setiap saat dilayangkan dalam Doa Epiklesis atau Shekinah dalam ibadah. Perayaan Roti Tak Beragi ada di dalam bahan Perjamuan Suci, yaitu Roti Tidak Beragi, Perayaan Buah Sulung sebagai Hari Kebangkitan Maran yang dirayakan tiap hari pertama atau Yom Rishon (Minggu).Yom Kipurim dirayakan setiap saat di depan altar, di mana imam memberikan absolusi pengakuan dosa. Perayaan Sukkot, dirayakan setiap saat di mana kami manunggal (bersukka) dengan Tubuh dan Darah Yeshua. Perayaan Peniupan Terompet atau Shofar selalu dilakukan setiap saat kami menghadap Kiblat Timur dengan konsep Maranatha dalam memulai ibadah. Ketujuh perayaan dalam perintah Torah adalah bayangan dari apa yang terjadi di dalam Torah haMashiakh seperti yang leluhur iman kami lakukan di atas sejak abad pertama.
Di daerah lain, penanda waktu untuk memulai ibadah bisa menggunakan alat music sesuai budaya lokal, misalnya Gong di India, atau lonceng di Eropa. Jika jemaat Nasrani berkembang di daerah Sunda, maka bisa saja sofar digantikan dengan angklung, di Sumbar meniup Bansi, di Maluku diganti Tahuri, dan yang lainnya.

Jadi, jemaat Nasrani merayakan 7 Moedim dengan cara yang berbeda, dengan cara sesuai Torah Mshikha. Perayaan Moedim Nasrani selalu dipimpin oleh imam, sementara perayaan Moedim Judaism dipimpin rabbi Yahudi.


Perbandingan dengan ajaran Gereja Nasrani Indonesia:
Umat Kristen atau Nasrani dididik untuk melakukan dan tuduk pada Torah Mesias (LAI: Hukum Kristus, Gal 6:2) bukan Torah Sinai (LAI: Hukum Taurat). Di dalam masa Perjanjian Baru ini, melakukan Torah Sinai adalah hal yang bisa mematikan iman.
Rom 4:14 (LAI) Sebab jika mereka yang mengharapkannya dari hukum Taurat, menerima bagian yang dijanjikan Allah, maka sia-sialah iman dan batallah janji itu.

Bahkan umat Yahudi sendiri tidak bisa melakukan Torah Sinai apa adanya. Mereka melakukan pendekatan Torah Musa ini akibat hancurnya Bait Suci Yerusalem II di tangan Jendral Titus pada tahun 70 Masehi. Karena peribadatan Yahudi berpusat pada bagunan tersebut, maka mereka berkumpul pada Konsili Yavne di tahun 90 Masehi untuk merumuskan peribadatan yang baru. Hasilnya mereka merubah peribadatan dari peribadatan Bait Suci yang dipimpin oleh imam-imam Lewi, diganti dengan peribadatan Sinagoga yang dipimpin oleh para Rabbi. Kurban digantikan dengan pertobatan, doa harian, dan sedekah. Mereka mulai menuliskan tradisi lisan, lalu mereka sebut sebagai Talmud. Adanya Talmud diharapkan supaya ajaran Judaism bisa Lestari sampai ke abad modern. Dengan demikian HaTorah yang mereka lakukan tidaklah penuh, sampai Sang Mesias yang mereka nantikan datang untuk membangun Bait Suci III Yerusalem. Demikian yang diyakini kaum Farisi Judaism ini.

Melakukan Hukum Taurat apa adanya di zaman modern di Indonesia adalah hal yang tidak mungkin. Mengapa? Ada 3 komponen penting yang harus ada untuk menjalankan Torah ini, yaitu Bangunan Bait Suci, Dewan Sanhendrin, dan keimamatan. Bait Suci sebagai tempat ritual pengampunan dosa dan pusat pelayanan. Dewan Sanhendrin bertugas sebagai dewan pengadil, supaya semua berjalan tertib dan ada hukuman yang jelas. Lalu ada keimamatan sebagai wakil Tuhan di bumi. Nah apakah ketiganya ada? Tidak. Apakah hukum rajam bisa dilakukan di Indonesia? Tentu saja bagi yang coba-coba melakukan bagian dari Torah Sinai ini akan masuk penjara. Apakah ada yang tunduk pada keturunan Lewi di sini? Tidak ada juga. Jadi memang suatu hal yang mustahil melakukannya. Sedangkan kalau mau melakukan Hukum Taurat seperti yang dilakukan oleh kaum Yahudi, itu artinya jelas-jelas mengunyah dan memakan ragi Farisi.
Mat 16:6 (LAI) Yesus berkata kepada mereka: "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap ragi orang Farisi dan Saduki."
Berbeda dengan Torah Sinai, Torah Mesias bisa dilakukan di manapun, bahkan di Indonesia! Haleluyah 3x! Ketiga komponen di atas ada di dalam Gereja Rasuliah. Bait Suci digantikan dengan Altar/Mezbah sebagai tempat kurban Tubuh dan Darah (Roti dan Anggur) diletakkan, lalu ada Dewan Sanhendrin sebagai pengadil, yaitu Dewan Keuskupan yang berisi beberapa uskup yang bertindak sebagai penentu stadar moral yang tertuang dalam kanon (Halakah). Lalu ada keimamatan Melkisedek (pengganti Keimamatan Lewi), yaitu para uskup dan juga semua pelayan yang ditahbiskan dari jenjang minor sampai mayor, perhatikan Gambar 2.4. Di dalam Torah Mesias, tidak ada hukuman rajam, yang ada adalah ritual pengampunan. Ritual pengampunan dosa adalah bagian dari qadishotim (sakramen-sakramen) yang ada. Ritual ini dilakukan oleh jemaat di dalam ibadah, sebelum dilaksanakan Qurbana Qadisha (Perjamuan Suci), dengan maju ke depan, membisikan dosanya kepada Imam dan menerima pengampunan.

Secara tidak disadari oleh para pendeta Mesianik yang mengajarkan Torah Sinai, mereka telah melanggar Torah Musa ini sendiri seperti terlihat pada tabel di bawah:

No
Pengajaran Pendeta Mesianik
Pelanggaranpada Torah Sinai sendiri
1
Gentile mengajar Torah Sinai

Tradisi (Oral Torah) Judaism. Pengajar haruslah tetap kaum Yehudim.
2

Wanita menjadi pemimpin (Gembala).
Tradisi (Oral Torah) Judaism, kepemimpinan selalu pada kaum pria. Sekte-sekte Judaism yang mengizinkan pemimpin wanita yaitu Reform dan Conservative Judaism. Mereka sering bertikai dengan pewaris ajaran Farisi ketat, Orthodox Judaiasm.
3
Pendeta memipin ibadah/perayaan Moedim Judaism.
Tradisi (Oral Torah) Judaism, pemimpin ibadah Moedim haruslah Rabbi Yahudi. Goyim bisa ikut tapi taati aturan, sebagai tamu atau pendatang.
4
Tanpa disunat bisa merayakan Moedim.
Written Torah: Imamat 12:2 dan Kel 12:48.
5
Meyakini sunat dengan dokter/mantri adalah Brit milah.
Tradisi (Oral Torah) Judaism perihal Brit milah.
6
Goyim melayangkan Birkat Kohanim (Berkat Keimamatan)
WrittenTorah: Bil 6:22-27
7
Melakukan kurban Roti dan Anggur sebagai ritual pengampunan dosa.
Written Torah: Imamat 14:13, kurban selalu hewan.
8
Beribadah tanpa menghadap Kiblat Yerusalem.
Tradisi (Oral Torah) Judaism, ibadah selalu menghadap Yerusalem.
9
Meyakini ajaran Sola Scriptura (Hanya Kitab)
Tradisi (Oral Torah) Judaism, harus selalu dipegang dan diwariskan. Hanya kaum Saduki saja yang menolak tradisi.

Kalau diperhatikan sejujurnya, dalam pengamatan kami, jemaat Mesianik di Indonesia sedang mencampur-aduk Torah Sinai dengan pemahaman mereka sendiri. Sehingga apa yang mereka lakukan itu bukan lagi Torah Musa, tapi modifikasinya. Hal ini bisa terjadi karena mereka tidak punya dewan Sanhendrin yang bertugas sebagai dewan pengadil jemaat. Jadi, melanggar atau tidak, itu tidak jadi masalah.


Perbandingan dengan ajaran Gereja Nasrani Indonesia:
Pakaian dalam peribadatan haruslah sopan sesuai dengan budaya masing-masing. Dalam penyebaran injil, para rasul Yehudim, tidak pernah mengajarkan goyim Kristen awal berbusana seperti ala Yahudi. Dalam Igeretnya Mar Shaul menjelaskan: “Bagi orang-orang yang tidak hidup di bawah Torah Sinai, aku menjadi seperti orang yang tidak hidup di bawah Torah Sinai…”[9] Jadi tidak pernah ada goyim di Mesopotamia, di Asia Minor, di Celtic, di Etiopia, di Mesir, di Roma pada abad pertama berpakaian Yahudim. Semua uskup di kota-kota tersebut memberi kebebasan umat Nasrani untuk berpakai sesuai budaya masing-masing.

Demikian juga di Indonesia, Uskup Mar Nicholas memberi kebebasan, ada yang memakai peci, ada blangkon, ada penutup kepala biasa, dan ada juga yang memakai kippah. Dalam busana, baik pria dan wanita berpakaian sopan. Wanita memakai kerudung putih. 


Perbandingan dengan ajaran Gereja Nasrani Indonesia:
Para pemimpin Nasrani atau Para pendiri Gereja Rasuliah mengajarkan bahwa umat Nasrani (Kristen) harus menghidupi Perjanjian Yang Diperbaharui (PB), ini tidak ada hubungannya dengan gerakan anti-semitik[11] yang dihembuskan kuat pada abad 4 oleh Gereja Helenis. Pengajaran ini bukan hanya berlandaskan Scripture (Kitab), namun juga berdasarkan Tradisi (Masora). Tradisi dan Kitab suci tidak bisa dipisahkan.

Menurut Kitab Suci, Perjanjian Sinai (PL) adalah perjanjian yang diabaikan oleh umat Israel dan Yehuda dengan berulang kali melakukan penyembahan berhala. Mereka dibuang Tuhan dan mati di pembuangan. Yang tersisa adalah anak-cucu keturunan mereka.
  • 1.   Perjanjian Sinai (PL) dibuat antara Tuhan dan 12 suku Israel di Sinai (1500 SM), baca di Im 26:9 dan Im 26:25.
  • 2.   Kutuk akan menjadi hadiah bagi mereka yang melanggar isi perjanjian, baca di Ul 27:26.
  • 3.   Bukan Tuhan yang mau membatalkan Perjanjian Sinai, di ayat Im 26:44 dan Yos 23:16. 
  • Im 26:44 (LAI) Namun demikian, apabila mereka ada di negeri musuh mereka, Aku tidak akan menolak mereka dan tidak akan muak melihat mereka, sehingga Aku membinasakan mereka dan membatalkan perjanjian-Ku dengan mereka, sebab Akulah TUHAN, Allah mereka.
  • 4.   Israel dan Yehuda melanggar isi perjanjian, tercatat di ayat Yer 11:10 dan Yer 22:9
  • 5.  Tuhan membuang mereka ke tanah pembuangan untuk mati di sana, lalu Dia memegang janji-Nya untuk terus mengikatkan diri dengan Perjanjian, maka jadilah Perjanjian yang Diperbaharui (PB), Yer 31:31-32.
  • 6.  Perjanjian Sinai sudah usang, harus ditinggalkan, masuk ke Perjanjian Yg Diperbaharui, Ibr 8:13.

Menurut Tradisi, pemimpin Nasrani awal meneguhkan bahwa umat percaya harus meninggalkan Perjanjian Sinai. Ini ditegaskan pada Konsili 1 Yerusalem yang dihadiri semua pemimpin awal Nasrani. Mereka adalah pemimpin Gereja Rasuliah, mereka bukan pemimpin Messanic Jewish dan bukan pemimpin Kristen Mesianik. Hasil keputusan mereka, menyatakan adanya Torah yang berbeda yang harus dijalankan oleh umat percaya non yahudi. Torah yang dimaksud adalah Torah Meshikha (LAI: Hukum Kristus), oleh karena itu setelah konsili tersebut berakhir, Mar Shaul menuliskan surat ke jemaat Gereja Rasuliah di Galatia, bahwa mereka tidak perlu harus mengikuti Torah Sinai yang terdapat di dalam Perjanjian Sinai (Gal 6:2). Para rasul keturunan Israel termasuk Mar Shaul sendiri mengikuti Torah Meshikha (1 Kor 9:21).

Menurut Tradisi, umat Nasrani keturunan Israel, bisa tetap melakukan Torah Sinai, namun dalam kerangka PB, tidak lagi PL. Kedatangan Yeshua menggenapi Torah Sinai tersebut. Tercatat juga dalam Kitab Kis 22:12; 24:14; 25:8.

Dalam Tradisi, Torah Mshikha  memiliki perayaan yang berbeda dengan perayaan di dalam Torah Sinai, memiliki siddur (liturgi) peribadatan yang berbeda, memiliki doa-doa yang berbeda, memiliki kiblat doa yang berbeda, memiliki halakha yang sedikit banyak berbeda, memiliki Shahadat yang berbeda (lebih luas, tidak bertentangan dengan Torah Sinai), memiliki keimamatan dan jenjang keimamatan yang berbeda, memiliki ritual-ritual (qadishotim) berbeda, dll.

Jadi, baik mengacu pada Kitab dan pada Tradisi Suci (written dan oral Torah), Perjanjian Lama dengan Torah Sinai di dalamnya sudah tidak dilakukan lagi di dalam PB yang memiliki Torah Meshika. Inilah ketetapan Nasrani abad 1 yang terus dipelihara oleh pewarisnya sampai ke abad 21 ini. Tidak dilakukan dalam hal ini bukan berarti harus dihapuskan dalam kitab suci. Tentu tidak, semua masih ada.

Mat 5 (LAI dan Dukhrana Bible Research), ayat (17) Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.  ܠܳܐ ܬ݁ܰܣܒ݁ܪܽܘܢ ܕ݁ܶܐܬ݂ܺܝܬ݂ ܕ݁ܶܐܫܪܶܐ ܢܳܡܽܘܣܳܐ ܐܰܘ ܢܒ݂ܺܝܶܐ ܠܳܐ ܐܶܬ݂ܺܝܬ݂ ܕ݁ܶܐܫܪܶܐ ܐܶܠܳܐ ܕ݁ܶܐܡܰܠܶܐ ܀(18) Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi. ܐܰܡܺܝܢ ܓ݁ܶܝܪ ܐܳܡܰܪ ܐ݈ܢܳܐ ܠܟ݂ܽܘܢ ܕ݁ܰܥܕ݂ܰܡܳܐ ܕ݁ܢܶܥܒ݁ܪܽܘܢ ܫܡܰܝܳܐ ܘܰܐܪܥܳܐ ܝܽܘܕ݂ ܚܕ݂ܳܐ ܐܰܘ ܚܰܕ݂ ܣܶܪܛܳܐ ܠܳܐ ܢܶܥܒ݁ܰܪ ܡܶܢ ܢܳܡܽܘܣܳܐ ܥܕ݂ܰܡܳܐ ܕ݁ܟ݂ܽܠ ܢܶܗܘܶܐ(19) Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga.  ܟܠ ܡܢ ܕܢܫܪܐ ܗܟܝܠ ܚܕ ܡܢ ܦܘܩܕܢܐ ܗܠܝܢ ܙܥܘܪܐ ܘܢܠܦ ܗܟܢܐ ܠܒܢܝܢܫܐ ܒܨܝܪܐ ܢܬܩܪܐ ܒܡܠܟܘܬܐ ܕܫܡܝܐ ܟܠ ܕܝܢ ܕܢܥܒܕ ܘܢܠܦ ܗܢܐ ܪܒܐ ܢܬܩܪܐ ܒܡܠܟܘܬܐ ܕܫܡܝܐ
Torah Sinai (LAI: Hukum Taurat) adalah pengajaran di dalam Perjanjian Sinai, bukan di dalam Perjanjian Baru. Torah Sinai hanya BAYANGAN di masa lampau yang digenapi di masa kedatangan Yeshua.
Ibrani 10:1 (LAI) Di dalam hukum Taurat hanya terdapat bayangan saja dari keselamatan yang akan datang, dan bukan hakekat dari keselamatan itu sendiri. Karena itu dengan korban yang sama, yang setiap tahun terus-menerus dipersembahkan, hukum Taurat tidak mungkin menyempurnakan mereka yang datang mengambil bagian di dalamnya.
Sedangkan masa Perjanjian Baru itu dimulai saat Yeshua mengajar, lebih tepatnya saat Yeshua disalibkan dan tirai Ruang Maha Kudus robek. Jadi ajaran Yeshua bukanlah Torah Sinai/Mosha yang hanya BAYANGAN, melainkan Dia mulai mengajarkan Torah Msikha yang merupakan PENGGENAPAN. Ayat Mat 5:19 di atas mengajar bahwa Written Torah Sinai jangan dihapuskan, jangan dihapuskan 1 titik pun di dalamnya.

Torah Sinai terbagi dua, tradisi dan kitab. Kitab di zaman Yeshua terbagi ke dalam 5 kitab Mosha dan Nabi-nabi, baru setelah konsili Yafne th 90 M ada kanonisasi Tanakh. Lalu apakah Maran Yeshua melakukan Torah Sinai baik sesuai tradisi dan kitab-kitab di atas? Perhantikan tabel di bawah.

No
Ajaran Yeshua (Torah Mshikha )
Ajaran Mosha (Torah Sinai)
1
Bekerja di Shabbat (menyembuhkan dan
berjalan jauh)
Tidak boleh bekerja, hanya para imam Lewi yg bekerja di Shabbat di dalam Bait Suci.
2
Kasihilan musuhmu
Kasihilah tetanggamu (suku lain dalam 12 suku Israel)
3
Jangan membunuh
Kalau melanggar Torah Sinai, perintah tertentu harus dibunuh, bisa dibakar atau dirajam
4
Mengingini wanita dengan mata saja sudah berzinah
Berzinah artinya pria dan wanita belum menikah tapi berhubungan badan.
5
Jadilah terang dunia, berkat bagi bangsa-bangsa.
Tidak ada perintah ini dalam Torah Mosha.
6
Berdoa Bapa Kami (Tefila dMaran).
Para rabbi merangkum Doa Harian Semoneh Esrei.
7
Puasa tidak boleh ketahuan orang lain.
Tidak ada ajaran seperti ini.
8
Memberi sedekah tidak boleh dikatehui orang lain.
Tidak ada ajaran seperti ini.
9
Jangan bersumpah. Jujur saja.
Bersumpah.
10
Mengajar suatu saat kiblat peribadatan berpindah dari Yerusalem.
Kiblat peribadatan selalu Yerusalem.
11
Mengajarkan makan Daging dan minum Darah-Nya.
Tidak ada ajaran demikian.
12
Mengorbankan diri untuk menebus jiwa manusia.
Mengorbankan binatang untuk menebus jiwa orang yang bersalah.
13
Menahbiskan para rasul dan 70 Murid menjadi imam-imam.
Keimamatan selalu dipegang oleh Suku Lewi.

Ada saatnya, seorang anak kecil dididik jangan banyak keluar rumah, namun di saat dewasa aturan itu berubah dengan sendiri karena itu hanyalah PANDUAN hidup sampai dia dewasa. Demikianlah dengan Torah Sinai, itu adalah pengajaran sampai Sang Mesias datang, lalu stop! Mulailah melakukan Torah Mshikha. Stop bukan berarti Torah Sinai harus dihapuskan. Tidak boleh ada yang dihapuskan, inti pesan dalam Torah Sinai itu masuk ke dalam Torah Mshikha sehingga kedua Torah ini sebenarnya adalah satu-kesatuan.
Gal 3:24 (Peshitta Lamsa- Dukhrana Bible Research-LAI)The law then was our pathfinder to bring us to Christ that we might be justified by faith.ܢܡܘܣܐ ܗܟܝܠ ܬܪܐܐ ܗܘܐ ܠܢ ܠܘܬ ܡܫܝܚܐ ܕܡܢ ܗܝܡܢܘܬܐ ܢܙܕܕܩ. Jadi hukum Taurat adalah penuntun bagi kita sampai Kristus datang, supaya kita dibenarkan karena iman.


Perbandingan dengan ajaran Gereja Nasrani Indonesia:
Maran Yeshua menahbiskan 12 rasul dan 70 murid menjadi imam-imam dalam keimamatan Melkisedek. Mereka adalah para imam, bukan pendeta. Jabatan ‘pendeta’ tidak pernah eksis di dalam komunitas Nasrani sejak awal sampai sekarang. Para imam tertahbis ada di dalam peribadatan Nasrani sebagai pelayan untuk menggantikan posisi keimamatan Lewi-Harun yang berhenti di masa Yohanes Pembaptis.[12] Para imam ini berada di bawah Sang Imam Besar (Kohen HaGadol) Melkisedek, yaitu Maran Yeshua.[13] Para rasul dan 70 murid melakukan peribadatan dengan menggunakan siddur Nasrani. Dengan melakukan siddur kuno ini, semua harus menjadi imam, tidak boleh Rabbi atau pengajar atau lainnya. Siddur peribadatan ini memang tidak diperjualbelikan di toko buku, jadi jarang ada orang yang memahaminya.

PERBADINGAN AJARAN LAINNYA


Perbandingan dengan ajaran Gereja Nasrani Indonesia:
Pada Gambar di bawah menunjukkan bahwa Salib itu adalah lambang dari huruf Taw dalam alphabet Ibrani. Tanda salib ini sudah ada sejak 2 ribu tahun sebelum Masehi. Huruf ini berevolusi sampai pada masa Ibrani modern saat ini sudah tidak dikenal lagi secara umum.


Menolak Tanda Salib adalah menolak Nasrani karena tanda ini hadir dalam peribadatan Nasrani. Tanda ini ada dalam siddur peribadatan Nasrani awal sebelum dituliskannya kitab-kitab Nasrani. Saat jemaat Nasrani berdoa, selalu diawali dan diakhiri dengan tanda salib, bercuci tangan sebelum memulai ibadah juga memakai tanda ini, masuk ke dalam peribadatan ada belasan kali jemaat memakai tanda ini karena sesuai tradisi, saat menemukan Nama Suci, maka jemaat harus membuat tanda salib sambil mengucapkan ‘Maryah’ sebagai tanda menguduskan.[14]
Lebih jauh lagi, Tanda Salib dalam ajaran Nasrani adalah rangkuman dari Shahadat atau pengakuan Iman yang paling sederhana. Shahadat Nasrani dimulai secara berturun-turut:
1.  Shema Israel,[15]
2.  Shahadat Mikveh dan Berkat Yeshua, tahun 30 Masehi,
Dalam Sang Nama, Alaha sang Bapa, Anak-Nya sang Maryah Eashoa d’Msheekha dan Sang Roh Suci Terberkati, Terberkati dari kekal hingga kekal. Amin. (Aramiak: Alaha Ava, Brah MarYah Eashoa’ Meshiakha, w‟Rookha d‟Qoodsha Breeka, Khath Alaha, Breek lalam almeen. Ameen.), Mat 18:20
3.  Pengakuan Mar Thoma, tahun 32 M: Mari w’Alahi (Tuhanku dan Alahaku, Yoh 20:28)[16]
4.  Pengakuan Iman Rasuli, tahun 70M.
5.  Pengakuan Iman Nikea, 325M.
6.  Pengakuan Iman Keuskupan.

Dari Shahadat Shema Israel sampai ke Shahadat Keuskupan, ada perkembangan bukan perubahan. Perkebangan ini dikarenakan Pewahyuan Suci yang Tuhan berikan, khususnya kepada keuskupan kami sehingga Pengakuan Iman Nikea di abad 4, bisa lebih dijelaskan atau diperinci. Dan semua Shahadat ini bisa disimpulkan ke dalam satu tanda yaitu, Tanda Salib.

Tanda salib ini masih dilakukan dan diajarkan oleh Martin Luther di abad 16 Masehi[17], sayang pada penerusnya yang anti tradisi menghilangkan tanda ini dari peribadatan dan doa-doa pribadi. Gereja yang menolak Tanda Salib hanyalah gereja penganut Sola Scriptura abad 16, sementara para pewaris ajaran Nasrani abad 1 terus melestarikannya. Yeshua menjadi kutuk supaya jemaat-Nya bisa diselamatkan.


Perbandingan dengan ajaran Gereja Nasrani Indonesia:
Hellenisme adalah suatu IDEOLOGI yang dikembangkan oleh Alexander Agung III dari Makedonia (356-323 SM), yang bercita-cita “Taklukkan Seluruh Dunia dibawah HELLENISME”. Maka Alexander Agung bersama dengan prajuritnya menguasai hampir setengah dunia pada zaman itu. Mereka menjajah dunia dengan kekuatan SENJATA dan BUDAYA. Mereka mengindoktrinasi siapa saja bahwa Yunani dengan program ideologi Hellenisme adalah bangsa paling beradab di muka bumi ini, paling maju, paling pintar, paling kuat, dan paling berpendidikan dari semua bangsa beradab. Ideologi ini diteruskan oleh Kaisar Konstantine dan diteruskan oleh Gereja Byzantium. Supremasi Yunani atau klaim arogan bahwa semua rasul memakai Bahasa Yunani dan semua kitab PB tertulis pertama kali dalam Bahasa Yunani dihembuskan oleh Byzantium.

Ideologi ini sempat mereka tawarkan kepada Gereja Rasuliah lain, namun tidak semua menerimanya. Terutama Church of The East pemilik Peshitta, kitab suci yang berasal dari naskah-naskah Aramaik PB tulisan para rasul yang mereka salin ulang. Karena berada di bawah kekuasaan Kerajaan Persia, maka gereja ini tidak berkontak dengan Gereja Rasuliah lainnya. Ini menguntungkan mereka karena Gereja Byzantium tidak bisa menguasai mereka seperti mereka melakukannya pada wilayah Gereja Antiokia di Asia Minor. Wilayah itu jatuh ke tangan Byzantium. Selain itu ada juga gereja Etiopia dan Celtic yang jauh dari jangkauan Byzantium. Helenisasi tidak terpengaruh pada gereja-gereja ini.
Messianic Judaism tidak punya hubungan hostoris dengan Nasrani awal. Semoga suatu saat semakin banyak dari mereka yang memahami sejarah Nasrani dan ajaran semitik yang terus dipelihara sebagian Gereja-gereja Rasuliah.


Perbandingan dengan ajaran Nasrani:
Ajaran Hebrew Primacy atau keyakinan Bahasa awal kitab suci PB adalah Ibrani itu Baru dilahirkan di abad 19 oleh komunitas Messianic Judaism. Tidak ada bukti bahwa kitab-kitab PB ditulis pertama kali dalam Bahasa Ibrani. Dari Messianic Judaism, pemahaman ini mengalir ke Kristen Mesianik di Indonesia. Pemahaman Hebrew Primacy sengaja diciptakan pada awalnya untuk menarik Yahudi menjadi lebih mudah percaya Yeshua itu Mesias mereka.

Salah satu kitab yang menjadi pegangan Mesianik adalah Injil Matius Shem Tov. Mereka tidak sadar 
bahwa penulisnya, Shem Tov ben Isaac ben Shaprut adalah seorang Rabbi Yahudi yang menolak Yeshua sebagai Mesias. Atau sadar, hanya pura-pura saja tidak peduli demi menguatkan ajaran mereka yang kekurangan bukti. Tidaklah heran ini menyebabkan ayat-ayat di dalamnya yang jelas-jelas mencatat Yeshua adalah Sang Mesias menjadi hilang. Injil Shem Tov sebenarnya Baru ditulis pada tahun 1380.

Pengajar Mesnianik acapkali mengambil sumber Papias oleh Eusebius Pamphili, Uskup Kaisarea, Palestina, tahun 314 yang menulis demikian dalam yunani:
MATQAIOS MEN OUN hEBRAIDI DIALEKTWi TA LOGIA SUNETAXATO, hHRMHNEUSEN D AUTA hWS HN DUNATOS hEKASTOS”.

Dalam terjemahan Inggrisnya diyakini demikian:”Matthew collected the oracles in the hebrew LANGUAGE, and each interpreted them as best he could”. Seharusnya ditulislan “Dialect Hebrew” (Dialek Ibrani) bukan ‘Hebrew language’ (Bahasa Ibrani). Dialek Ibrani adalah aramaik. Dialek dan bahasa adalah dua kosakata yang berbeda makna.

Kitab Ibrani PB lain seperti DuTillet dicatat sekitar tahun 1550. Jauh sekali dari abad 1. Uskup Katolik Roma, Jean DuTillet yang menemukan manuscript Injil Matius berbahasa Ibrani tersebut menulis:
the Gospel of Matthew in Hebrew, which I would not presume to suggest Matthew wrote by divine inspiration in his own language . . . but yet I can affirm is clearly not in the Rabbinic style, and is written in a pure form of the language that in no way resembles the writings of post-Christian Judaism.[18]

Uskup DuTillet sendiri meyakini bahwa manuscript ini bukanlah hasil karya Mar Mattai (Matius) di abad 1, jika ada pihak-pihak di abad 21 ini yang meyakininya itu adalah tindakan yang tidak beralasan. Tidak ada satupun uskup Roma Katolik yang meyakini bahwa injil Matius dan kitab-kitab PB ditulis dalam bahasa Ibrani.

Selain Injil Matius Shem Tov dan DuTillet, berikutnya adalah Injil Matius Munster. Naskah Injil ini ditemukan oleh Sebastian Munster sekitar tahun 1550. Disinyalir injil ini diterimanya dari seorang Yahudi yang menerjemahkannya sendiri dari naskah Yunani untuk pemakaian pribadi. Sebabstian Munster berkeyakinan Lutheran atau Reform, suatu denominasi Protestan di abad 16. Semua pengajar Lutheran meyakini Supremasi Yunani, tidak Ibrani atau Aramaik. Jadi, berpegang pada injil Munster untuk meyakini bahwa kitab-kitab PB awal berbahasa Ibrani adalah suatu langkah yang tidak masuk akal juga seperti upaya menegakkan benang basah. Apalagi belakangan diketahui bahwa Munster sendiri tidak puas akan isi naskah tersebut dan berusaha memperbaikinya.

No
Nama Injil
Penemu/Penulis
Tahun ditemukan
Tentang Penulis
1
Matius Shem Tov
Rabbi Shem Tov ben Isaac ben Shaprut
1380
Rabbi Yahudi pewaris ajaran Farisi, tidak meyakini Yeshua adalah Sang Mesias.
2
Matius DuTillet
Uskup Jean DuTillet
1550

Uskup Roma Katolik di Santo Breauc, Perancis.
3
Matius Munster
Sebastian Munster
1550

Biarawan Gereja Lutheran (Gereja Reform), penganut Sola Scriptura Protestanisme.

Selain ketiga injil Ibrani di atas, sampai saat ini sama sekali tidak ditemukan adanya naskah-naskah tua PB berbahasa Ibrani. Andaikata ketiga naskah di atas membuktikan bahwa injil Matius dituliskan di awal dalam bahawa Ibrani, bukan berarti semua kitab dalam PB dicatat dalam bahasa Ibrani juga. Sama sekali tidak ada bukti.

Berbeda dengan umat Nasrani, kami meyakini bahwa Injil dan banyak surat lain ditulis dalam bahasa Aramaik. Bahasa Ibrani di abad 1 hanya dipakai dalam peribadatan sinagoga, dulu ini adalah bahasa yang mati suri, hampir punah. Baru di abad 20, paska berdirinya Negara Israel, mereka bersatu menyakini bahwa sejak abad 1, bahasa mereka selalu bahasa Ibrani. Secara tradisi, Nasrani meyakini bahwa kitab-kitab PB awal ditulis dalam bahasa Aramaik, terutama keempat injil. Mar Eshai Shimun, Yang Mulia Patriakh Church of The East menyatakan bahwa:
Dengan mengacu .... keaslian teks Peshitta , sebagai Patriakh dan Kepala Kudus Apostolik dan Katolik Gereja Timur , kami ingin menegaskan, bahwa Gereja Timur menerima sendiri dari tangan Rasul diberkati dalam bahasa Aram asli, bahasa yang digunakan oleh Tuhan kita Yeshua Mshikha sendiri , dan bahwa Peshitta adalah teks dari Gereja Timur yang telah turun dari zaman Alkitab tanpa ada perubahan atau revisi".

Kembali untuk menegaskan kebenaran Peshitta, Patriakh Roma Katolik, Maximus (Vatican II) 
menyatakan dengan jelas bahwa:
"Meshikha, bagaimanapun berbicara dengan dalam bahasa sezaman-Nya . Dia melayangkan korban pertama dari Ekaristi dalam bahasa Aram, bahasa yang dimengerti oleh semua orang yang mendengar-Nya . Para Rasul dan Murid melakukan hal yang sama dan tidak pernah dalam bahasa lain "[19]

Yang menjadi saksi penulisan kitab adalah para pemimpin Gereja Rasuliah, bukan pemimpin Messianic Judaism Modern dan bukan pula pemimpin Kristen Mesianik. Mengapa? Ya karena para pemimpin Gereja Rasuliahlah yang menulis, menerjemahkan, menyalin ulang, dan mengkanon pertama kali, serta memelihara kitab-kitab Nasrani. Jika kedua ajaran yang berbeda sumber dan berbeda usia ini dindingkan ditemukan adanya perbedaan, itu merupakan hal yang wajar.

36.    Ajaran KM: Ada banyak kata Ibrani dalam kitab-kitab PB seperti: ABBA, MARANATHA, RABUNI, TALITAKUM, EPHATA, HOSANA, ELI ELI LAMA SABAKHTANI [20]

Perbandingan dengan ajaran Gereja Nasrani Indonesia:
Mirip bukan berarti sama. Bahasa Ibrani dan Aramaik itu adalah dua bahasa yang berbeda. Para Rasul dan Maran Yeshua adalah orang-orang yang mayoritas berasal dari Galilea dengan bahasa Aramaik dialek Galilea.

No
Kata Aramaik

Arti
Ayat
1
Talitha koum

Kata 'ţlîthâ' adalah bentuk feminim dari 'ţlê', artinya 'muda'. 'Qûm' adalah kata erja 'bangunlah'
Mark 5:41
2
Ephphatha

Bentuk pasif imperatif kata kerja 'pthaħ', artinya 'membuka'
3
Abba

4
Raca

kosong, bodoh, kepala kosong
5
Mammon

Mammon
6
Rabboni

Guru
7
Maranatha

Maran datanglah
8
Eli Eli lema sabachthani

mengutip baris pertama Maz 22
9

Mungkin 'anak pembajak' atau 'anak alur'
Mat 10:3
10
Simon bar-Jona 

Simon putra Yonah
Mat 16:17 
11
Simon bar-Jochanan 

Simon putra Yuchnan
Yoh 1:42 
12

Putra Bapa
Mat 27:16
13
Bartimaeus

Mungkin 'anak haram' atau 'anak pelacur'
Mark  10:46 
14
Barsabbas

Putra Shabbat
Kis 1:23 
15

Putra nubuatan atau Putra Nabi
Kis 4:36 
16
Boanerges

Putra halilintar
Mar 3:17
17
Keipha

Pilar/batu
18

Tabitha

Ţvîthâ' artinya 'gazelle'.
19
Gethsemane

'Gath-Šmânê', artinya 'pemerasan minyak' atau 'oil vat' (berkenaan dengan olive oil). 
20
Golgotha

tempat tengkorak
21
Akeldama

Ladang darah

Untuk berdiskusi secara langsung perihal kata-kata Aramaik dalam kitab-kitab PB bisa ikuti forum Peshitta.org/forum yang diasuh oleh Shamasha Paul Younan dari Assyrian Church of The East.


Perbandingan dengan ajaran Gereja Nasrani Indonesia:
Semua pemimpin Nasrani di abad 1 adalah kaum Pria. Jenjang Shamasha (Deacon) ke atas adalah posisi yang ditempati oleh kaum Adam. Sementara Tahbisan Minor bisa diisi oleh kaum Hawa. Tradisi kepemimpinan pria pada komunitas Nasrani ini mengikuti tradisi agama Judaism karena Nasrani lahir dari rahim Yahudi.

Seiring waktu berjalan, ada kegerakan di dalam Judaism dan Nasrani sehingga melahirkan cabang-cabang yang membuka jalan bagi kepemimpinan Wanita. Salah satu Gereja Rasuliah yang melakukan ini adalah Anglican. Sementara di dalam Judaism, selain sekte Orthodox Judaism memberikan kesempatan wanita menjadi pemimpin.

Nasrani di Indonesia mengembalikan tradisi ke format awal, Gembala atau uskup adalah jabatan khusus untuk kaum pria. Namun demikian, wanita bisa saja menjadi pemimpin ibadah di dalam Biara Wanita. Tentu saja, sebab tidak seorang priapun diperbolehkan memasuki area tersebut.


Perbandingan dengan ajaran Gereja Nasrani Indonesia:
Peribadatan di hari minggu sudah dimulai kaum Nasrani khususnya kaum goyim sejak abad 1, ini tercatat di dalam Kisah Para Rasul 20:7. Saat peribadatan Shabbat dilaksanakan biasanya tempat ibadah itu penuh sesak oleh Yehudim Nasrani. Mereka kehabisan roti perjamuan sampai ibadah selesai. Karena itulah mereka memulai ibadah lagi setelah Shabbat Sabtu berakhir. Ibadah dimulai di malam Sabtu atau Minggu pagi. Ini sudah jatuh pada hari Minggu atau hari pertama karena waktu dalam Judaism dimulai saat matahari terbenam.

Siddur (Liturgi) Nasrani pertama yang dibuat adalah Siddur Mar Yakub (Saint James Divine Liturgy). Siddur ini bisa dipakai untuk peribadatan Sabtu dan Minggu. Peribadatan di hari minggu lalu dikenang sebagai peringatan kebangkitan Maran Yeshua. Hari Minggu kemudian disebut sebagai Hari Maran.

Mulai di abad 4, setelah Gereja Rasuliah Roma mengganti Shabbat Sabtu menjadi Minggu, mulailah polemik ini. Gereja Rasuliah lain terus meyakini bahwa Shabbat adalah Sabtu, namun fokus pada peribadatan di hari Minggu untuk peringatan kebangkitan Maran. Tindakan Roma Katolik yang menyimpang ini lalu ditafsirkan lagi sebagai suatu cara mereka melakukan peribadatan kepada Dewa Matahari oleh pihak Anti Katolik Roma.

Nasrani di Indonesia tetap melestarikan peribadatan Shabbat Sabtu dan Minggu. Namun karena saat ini masih dalam masa perintisan maka fokus saat ini adalah Shabbatnya terlebih dahulu. Perayaan Minggu dilaksanakan mulai Tutup Shabbat/Havdallah, dan bisa sampai jam 10 pagi Minggu.


Perbandingan dengan ajaran Gereja Nasrani Indonesia:
Nasrani megajarkan bahwa Tuhan (Aram: Alaha) itu SATU, Dia adalah Maryah Alaha, Sang Pencipta. Semua rasul dan para murid yang diutus dalam ladang-ladang penginjilan memahami Alaha yang satu ini dalam nuansa pengajaran semitik (Aramiak-Ibrani). Alaha yang satu ini, bisa dibedakan menjadi 3 aspek (aramaik: qnume), yaitu Sang Bapa, Sang Putra, dan Sang Bunda Roh Kudus. Ketiga aspek ini berperan dalam penciptaan. Alaha itu satu, dengan 3 aspek bukan 3 pribadi. Sebab kata ‘pribadi’ tidak bisa dilekatkan pada Tuhan, hanya kepada manusia. Ketigannya ini disebut sebagai Tlithayutha.

Sang Bapa adalah sumber segalanya, Sang Putra adalah Sang Sabda (Aram: Miltha) yang memulai penciptaan, sementara Sang Bunda Roh adalah Yang Menghidupkan. Ketiganya hanya aspek dari Keilahian (Aram: Alahota) yang bekerja bersamaan. Saat selesai penciptaan, Tuhan yang Maha Segalanya, tidak bisa hadir secara langsung ke bumi. Mengapa? Karena Dia adalah Api Yang Menghanguskan (Aramaik: Aisha dMiltha, Ibrani 12:29). Oleh karena itu, Sang Putralah yang datang ke bumi dan berkontak dengan banyak manusia dari banyak suku bangsa, salah satunya adalah Mosha, dari Israel. Dia memperkenalkan Nama-Nya YHWH (baca: Maryah). Sang Miltha bisa berwujud apa saja saat Dia berkontak dengan manusia, dari referensi Tanakh, bisa dilihat bahwa Dia sempat menjadi Imam Besar Melkisedek yang menjumpai Avraham, Sempat menjadi Semak Duri Terbakar tapi tidak hangus, sempat menjadi Tiang Awan dan Tiang Api, dan lainnya bahkan dalam wujud Teofani menjadi Malakh (Malaikat). Dialah Sang Putra.

Sang Bunda Roh Kudus adalah aspek Feminim Alaha. Dalam Bahasa Ibrani, kata ‘Ruach’ dan Bahasa Aramaik kata ‘Rukha’ (Indonesia: Roh) itu bergender Feminim. Saat diterjemahkan ke dalam Yunani, gendernya berubah. Sama seperti Sang Bapa bukan berarti Tuhan itu berjenis kelamin seperti dewa pagan atau manusia, demikian juga Sang Roh, bukanlah Dewi Pagan atau wanita. Ini hanya ungkapan saja, bahwa Bapa dan Bunda beserta Putra adalah Konsep keluarga yang datang dari Sorga. Keluarga adalah sebuah lembaga yang dibentuk di sorga dan diturunkan kepada manusia. Lebih jauh, kata ‘Shakinah’ berasal dari kata ibrani ‘Shakan’ itu artinya adalah Hadirat Tuhan. Itu juga adalah Tuhan dalam gender Feminim, itulah Sang Roh Kudus yang tercatat di dalam Tanakh. Di dalam Surat Kisah Rasul Thomas tercatat jelas bahwa sosok ini disebut sebagai BUNDA ROH KUDUS.[21] Frasa ‘El Shaddai’ dalam Bahasa Ibrani, arti harafiahnya adalah ‘Tuhan Payudara’. Ini adalah frasa yang bermakna bahwa Tuhan itu pemelihara seperti seorang bunda yang menyusui si anak. Frasa ini menampilkan sosok kelembutan Tuhan. Perhatikan bedanya dengan karakter Sang Bapa yang tegas, menghukum yang salah, bahkan membunuh musuh untuk menjaga anak-Nya. Itulah peran Sang Bapa yang maskulin. Sekali lagi, ketiganya bukan tiga Pribadi, hanya tiga aspek saja. Ketiganya bukan manusia yang memiliki alat kelamin, itu hanya Gambaran karakter saja. Tuhan sebenarnya ya hanya itu-itu saja. Dia tidak berubah dari dahulu, sekarang, dan selamanya. Inilah Sang Tlithayutha itu.

Di saat kitab-kitab PB diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa lain, barulah muncul istilah ‘trinity’ (eng) atau ‘Trinitas’ (Indonesia). Saat proses penerjemahan, ada banyak kata semitik (Aramaik-Ibrani) yang tidak tepat diterjemahkan, maklum saja memang demikianlah tantangannya dalam penerjemahan. Oleh karena itu sama sekali tindakan yang kurang bijak, mencoba memahami kitab terjemahan tanpa memahami tradisi semitik Nasrani. Nasrani lahir dari Rahim Judaism, lahir di alam semitik bukan Helenis, bukan Inggris, bukan Jawa, dan lain-lain. Pahamilah kitab suci Nasrani dengan pola pikir kembali ke akar semitik (aramaik dan Ibrani).

Jika memakai pola pikir Helenis yang biasa dengan penyembahan dewa-dewi, maka akan berefek pada pemahaman Tuhan yang terdiri dari 3 (tiga) pribadi. Ini tentu saja berbeda pemahaman dengan pola pikir semitik yang dengan tegas mengajar bahwa Tuhan itu satu. Satu ya satu bukan tiga. Helenisme akan menekankan pada angka 3, sementara semitik akan menekankan 1-nya. Tuhannya sama, hanya dari mana pendekatan itu diambil, maka akan menimbulkan pengajaran yang berbeda penekanan.


Perbandingan dengan ajaran Gereja Nasrani Indonesia:
Kendati nama Yeshua itu adalah nama Ibrani, bukan berarti Dia berbahasa Ibrani, demikian juga dengan murid-murid-Nya. Tidak ada tradisi Judaism, nama dan bahasa sehari-hari itu haruslah sama. Sama saja dengan tradisi orang Indonesia yang tinggal diperkotaan, banyak yang memberi nama anak mereka ke-Barat-Baratan, tapi tetap saja si anak tidak berbahasa Inggris, tetapi berbahasa Indonesia seperti ibu bapaknya. Yeshua juga demikian, Dia sesuai tradisi bernama Ibrani, namun berbahasa sehari-hari Aramaik. Setali tiga uang dengan Maran Yeshua, para murid-Nya juga demikian. Mereka semua berbahasa sehari-hari Aramaik Dielek Galilea, karena kebanyakan dari sana.

Pengajaran Yeshua dan para murid berbahasa Ibrani berasal dari Messinic Jewish yang juga terpengaruh dari adanya kebangkitan negara Israel di abad 20. Pada suatu kesempatan, PM Israel Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa bahasa Yeshua adalah Ibrani, hal ini dibantah oleh Paus Francis yang menjelaskan bahwa bahasa-Nya saat itu adalah Aramaik. Perbedaan pendapat ini menjadi sorotan media masa saat keduanya bertemu Mei 2014 yang lalu.


Sebagai gereja yang berdiri di abad 1, Gereja-gereja Rasuliah bisa memahami dengan jelas dan cukup detail apa yang terjadi pada Yeshua, karena gereja rasuliah adalah saksi matanya. Saat itu negara Israel belum ada, komunitas Mesianic Jewish belum ada, apalagi Kristen Mesianik. Jadi, sumber referensi yang paling kuat untuk mengetahui bahasa apa yang dipakai oleh Yeshua sehari-hari tentunya adalah gereja rasuliah sendiri yang terus eksis sampai abad 21 ini.



Perbandingan dengan ajaran Gereja Nasrani Indonesia:
Jemaat Nasrani sejak abad 1 selalu dipimpin oleh Uskup (Imam Tertahbis), bukan oleh pendeta. Nasrani tidak puya hubungan dengan kependetaan. Jemaat Nasrani selalu diajarkan untuk tunduk pada Uskup sebagai perwakilan Maran Yeshua, bukan kepada pendeta atau Rabbi-Rabbi yahudi Mesianik. Kepemimpinan Nasrani bisa bertahan karena melestarikan tradisi qadishot Semikha HaSliakhanuth (Pentahbisan), tidak hanya sekedar doa plus tumpang tangan dalam peribadatan tanpa siddur (liturgy) asing untuk mengangkat seorang pemimpin komunitas. Kepemimpinan Sanhendrin Nasrani selalu berbentuk kolegial keuskupan yang berisi uskup-uskup yang ditahbiskan dengan ritual Semikha HaSlikanuth bukan sinode kumpulan pendeta. Jemaat Nasrani diajarkan untuk tidak melakukan Torah Sinai (LAI: Hukum Taurat), bukan malah ikut-ikutan melakukannya seperti kaum Yehudim. Jemaat Nasrani beribadah dengan siddur peribadatan kuno, misalnya Siddur Mar Yakub HaTzadiq (St James Divine Liturgi) yang dibuat th 50M, bukan siddur buatan lokal oleh pendeta lokal atau adaptasi dari peribadatan Messianic Jewish. Jemaat Nasrani adalah komunitas yang kaya akan Tradisi (Oral Torah), bukan yang menolak tradisi (Sola Scriptura) dan mengadopsi tradisi Farisi.

Seorang pendeta bukan berarti mereka adalah orang yang jahat, banyak pendeta baik dengan tulus melayani Tuhan Ini bukan masalah pribadi, ini murni masalah pengajaran saja. Banyak pendeta yang tidak memahami sejarah akibat berada dalam sistem pendidikan agama yang keliru. Mereka dididik untuk langsung membaca kitab suci tanpa memahami tradisi, tanpa memahami latar belakang sejarahnya.

Nama ‘Nasrani’ sendiri tidak pernah dipatenkan, sehingga siapapun bisa saja mencatut nama kuno ini dan mengklaim diri sebagai bagian umat kuno Yeshua. Faktanya sekarang, ada benar-benar umat Nasrani yang sekuat tenaga melestarikan ajaran kuno dan ada yang membuat ajaran anyar. Intinya adalah Kristen Mesianik itu bukanlah Nasrani kuno.


Adapun perbadingan ringkas antara komunitas Kristen Mesianik, Gereja Rasuliah pada umumnya, dan Gereja Nasrani Indonesia bisa terlihat jelas pada tabel di bawah ini:

No
Ajaran
Kristen Mesianik
Gereja Rasuliah (GR)
Nasrani di Indonesia (GNI)
1
Mulai berdiri
Dimulai tahun 2000-an (abad 21)
Dimulai abad 1
Dimulai 2013 lalu masuk ke dalam Tahbisan abad 1
2
Penulis Kitab
Bukan
Ya, semua penulis kitab adalah bagian dari GR. GR adalah pemilik kepusatakaan besar/Museum.
Bukan, hanya sebagai pewaris naskah kitab GR yg sebagian disimpan di Museum keuskupan di Australia.
3
Pembuat tradisi

Ya, tradisi sendiri atau modifikasi tradisi Farisi
Ya, Tradisi Nasrani kendati ada penyimpangan seiring waktu berjalan
Bukan, hanya sebagai pewaris Tradisi Nasrani bercorak
4
Pelestari tradisi Nasrani
Tidak
Ya, disesuaikan dengan budaya lokal
Ya, disesuaikan dengan budaya lokal
5
Kanon Kitab Suci
Bukan pelaku Kanon. Ikut kanon 66 kitab Protestan
Pembuat Kanon Kitab Suci, setiap GR berhak menentukan Kanon masing-masing
Bukan pelaku Kanon, hanya menjadi pewaris dan tidak membatasi jumlah Kitab
6
Penganut Sola Sciptura abad 16
Mengakui
Sangat Menolak sebagai pewaris tradisi
Sangat Menolak sebagai pewaris tradisi
7
Torah yang diakui sekarang
Ada yang meyakini Torah Sinai, ada yang menolaknya
Torah Mesias
Torah Mesias
8
Dewan Sanhendrin
Memiliki Sinode terpisah-pisah dan tidak ada kesepakatan akan Torah yang dijalankan
Sanhendrin adalah dewan Keuskupan
Sanhendrin adalah Dewan Kesukupan di Australia, kedepannya setelah jumlah jemaat banyak aka nada Sanhendrin di Indonesia
9
Hubungan sejarah dengan Nasrani awal
Tidak ada
Terhubung dengan rantai tahbisan
Terhubung dengan Tahbisan Petrus, Mar Thoma, dan Mar Addai
10
Peran kenabian
Tidak ada
Jarang, menekankan ke tradisi
Di Indonesia belum punya nabi, masih dalam tahapp pembelajaran. Peran kenabian/mistika masih mengacu kepada para mistikis di Australia
11
Pemimpin Wanita
Ok
Mayoritas tidak
Tidak, melestarikan tradisi Judaism dan Nasrani awal
12
Pemimpin Pendeta
Ya
Dilarang. Dipimpin Imam/uskup
Dilarang. Dipimpin Imam/uskup
13
Sifat kepemimpinan
Diangkat dan bisa mengangkat diri sendiri menjadi pemimpin
Hanya diangkat, tidak bisa memimpin tanpa ditahbiskan oleh Imam Tertahbis
Hanya diangkat, tidak bisa memimpin tanpa ditahbiskan oleh Imam Tertahbis
14
Imam
Setiap jemaat dan pelayan Tuhan termasuk pendeta adalah imam
Imam diangkat dari jemaat oleh Uskup yang ada
Imam diangkat dari jemaat oleh Uskup yang ada
15
Keimamatan Melkisedek
Tidak diajarkan sama sekali, hanya percaya bahwa Yeshua adalah Imam Besarnya. Di bawah-Ny ada banyak pendeta
Sejak abad 1 sudah merumuskan jenjang keimamatan Melkisedek sbg pengganti keimamatan Lewi
Di Indonesia sudah dipimpin oleh Uskup, jenjang tertinggi keimamatan Melkisedek. Beliau dibantu oleh beberapa Shamasha (deacon) di Medan, Tarutung, Jakarta, Bekasi, Jogyakarta, Surabaya, dan Madiun.
16
Messianic Jewish
Sebagai kiblat pengajaran selain penafsiran sendiri
Tidak ada hubungan
Tidak ada hubungan
17
Helenisme
Menolak
Gereja Byzantium adalah sumbernya, namun tidak semua terkena imbasnya

Menolak
18
Teologi Pengganti

Menolak
Banyak GR yang mengakuinya juga
Menolak
19
Anti Allah
Ya
Tidak
Tidak
20
Menyebut 'Yahweh'
Mayoritas Ya, mengajarkan jemaat menyebutnya secara langsung
Tidak
Tidak
21
Sumber pendidikan
STT yang berasal dari perkembangan pendidikan Era Skolastik abad 15
Pemuridan dan seminari abad 1

Pemuridan dan seminari St Basel. Seminari berasal dari sistem pendidikan abad 1 Nasrani

22
Hari peribadatan
Sabtu dan Minggu, ada yang anti Minggu
Sabtu dan Minggu
Baru di hari Sabtu, semoga tahun depan bisa memulai peribadatan Hari Minggu
23
Shabbat
Sabtu 
Mayoritas mengakui Sabtu
Sabtu
24
Siddur untuk Shabbat (Liturgi ibadah)
Buat sendiri hasil adopsi dari Messianic Jewish
Melestarikan semua siddur kuno
Melestarikan siddur uskup Yerusalem I, Mar Yakub HaTzadiq
25
Doa Harian
Ada yang mengikuti Doa harian 3x sehari mengikuti Shemoneh Esrei Judaism
7x sehari, tidak diwajibkan. Siddur berasal dari Gereja Syria Antiokia dan diadopsi sesuai tradisi Gereja Rasuliah masing-masing
7x sehari, tidak diwajibkan. Siddur berasal dari Gereja Syria Antiokia yang diadaptasi dari beberapa tradisi Gereja Rasuliah lainnya
26
Perayaan Natal 25 Desember
Anti Natal 25 Desember
Mayoritas merayakan Natal 25 Desember
25 Desember merayakan Perayaan Terang (masa Miriam mengandung), ini bukan perayaan kelahiran Yeshua
27
Perayaan Ester
Anti Easter
Mayoritas merayakan Easter
Tidak merayakan Easter tapi Pesakh Nasrani
28
Babtisan
Selam, ada yang ditambah Baptis Pembaharuan
Baptisan Air (diselam/dituang), Baptisan Roh Kudus (diolesi minyak)
Baptisan Air (diselam/dituang), Baptisan Roh Kudus (diolesi minyak)
29
Tumpang tangan
Dilakukan pemimpin kepada orang sesuai dorongan hatinya
Bagian dari Ritual Pentahbisan 'Semikha HaSlikanuth' untuk melakukan estafet otoritas
Bagian dari Ritual Pentahbisan 'Semikha HaSlikanuth' untuk melakukan estafet otoritas
30
Sunat jasmani
Ada yang mengharuskan, ada yang tidak
Menolak sunat jasmani sejak konsili Yerusalem 50 M sbg bagian dari halakha
Menolak sunat jasmani sejak konsili Yerusalem 50 M sbg bagian dari halakha
31
Biara
Tidak ada, tidak pernah diajarkan peruntukannya
Ada dan banyak
Ada, masih mengikuti biara di Keuskupan Australia



Selamat datang di Laman TANYA JAWAB dengan kategori PERAYAAN. Semoga dari sini, para pembaca bisa memahami siapa GNI itu sebenarnya.


1.    Apakah Nazarene Indonesia terus merayakan Hari-hari Raya Yahudi di PL?
Jawab: Tidak lagi sebenarnya. Untuk lebih jelasnya, kita menerima bimbingan dari Uskup Mar Nicholas Lumbantoruan berikut ini:
Kami Jemaat Nasrani Indonesia tetap merayakan Perayaan Pesakh melebihi kaum Yahudi sendiri, di mana Pesakh itu dirayakan setiap saat yang kita sebut sebagai “Qurbana Qadisha” (Ekaristi), Savuot (setiap saat dilayankan lewat Doa Epiklesis/Shekhinah dalam Ibadah), Roti Tak Beragi (Bahan Perjamuan Kudus Tak Beragi), Buah Sulung sebagai Hari Kebangkitan yang dirayakan Tiap Hari Pertama (Yom Rishon) tiap Minggu dikenal sebagai Hari Tuhan, Yom Kippurim dirayakan tiap saat di depan mezbah dimana Imam memberi absolusi Pengakuan Dosa, Sukkot dirayakan tiap saat dimana kita manunggal (bersukkah) dengan Tubuh dan darah Yeshua, Perayaan Trompet/Shofar selalu dilakukan saat kita menghadap Kiblat Timur dengan konsep Maranatha yang disertai peniupan Shofar dalam memulai ibadah, dll. Ketujuh Perayaan ini selalu dirayakan Tiap Hari Sabat dan Hari Minggu oleh Jemaat Rasuli Kuno yang sudah disatukan dalam satu LITURGI, tetapi bisa dipisahkan pada periode mengikuti Kalender tahunan sebagaimana kaum Ibrani mengikuti penanggalan. Konsepnya, Jemaat Rasuli Kuno (khusus non-Yahudi) tidak lagi menjalankan 7 Hari Perayaan mundur kebelakang di zaman Sinai, kecuali kaum keturunan Yahudi. Secara umum kami merayakan 7 Hari Raya dan ditambah banyak Perayaan lainnya lagi yang dilandaskan pada Yeshua sejak 2000 tahun lalu hingga kedatangan-Nya kedua kali. Segalanya harus dipahami dalam konteks Yeshua, melalui Yeshua, oleh Yeshua, dari Yeshua, kepada Yeshua… Sementara dari zaman Yeshua mundur ke belakang ke zaman Sinai hanya sebagai “BINGKAI TEOLOGIS BUKAN ISI TEOLOGIS” dalam Perayaan-perayaan Perjanjian Baru
2.    Jadi perayaan Hari-hari Raya Yahudi (Moedim) Nazarene Indonesia berbeda dengan Mesianik Judaism?
Jawab: Kami pikir pasti jauh berbeda. Semua perarayaan atau peribadatan Nazarene sejak abad 1 selalu dipimpin oleh para Imam dan Uskup, sementara kaum Messianic Judaism tidak memiliki keimamatan ini.

3.    Mengapa GNI tidak merayakan Perayaan-perayaan Yahudi lain padahal itulah perayaan YANG TUHAN YHWH PERINTAHKAN UNTUK DILAKUKAN?
Jawab: Tuhan YHWH memerintahkan siapa? Keturunan Israel bukan non Israel. Tuhan YHWH kapan memerintahkannya? Dulu sebelum datangnya Yeshua. Semua perayaan tersebut digenapi oleh kedatangan Yeshua. Perhatikan konteks dalam membaca kitab suci, perintah Tuhan kepada Israel tidak pernah bisa ditujukan kepada bangsa-bangsa lain. Pengikut Yeshua adalah jemaat PB bukan lagi Jemaah Israel di PL. Semua keturunan Israel yang ingin terikat pada PB haruslah juga menjalankan tradisi mereka dari sudut pandang PB. Yeshua Sang Mshikha sudah datang.

4.       Bukankah Yeshua juga melakukan hukum Taurat, jadi kita sebagai pengikut-Nya harus melakukan Hukum Taurat juga termasuk merayaan perayaan-perayaan Yahudi?
Jawab: Yeshua ya memang melakukan Torah Sinai (LAI: Hukum Taurat), namun ‘Hukum Taurat’ yang mana? Pengajaran Yeshua berbeda jauh dengan pengajaran Nabi Mosha di PL! Pengajaran Yeshua adalah penggenapan ajaran Mosha. Ada banyak perbedaan antara ajaran mereka berdua sebab memang zamannya juga sudah berubah.
Mosha mengajarkan hukum rajam, Yeshua tidak.
Mosha mengajarkan keimamatan Lewi, Yeshua mengajarkan keimamatan Melkisedek.
Mosha mengajarkan peribadatan di Bait Suci/Kemah Suci, Yeshua malah menghancurkannya.
Mosha mengajarkan kiblat Yerusalem, Yeshua mengajarkan kiblat TIMUR.
Mosha mengajarkan kurban hewan, Yeshua mengajarkan Kurban Diri-Nya (kurban Manusia).
Mosha mengajarkan perayaan-perayaan Yahudi, Yeshua mengajarkan perayaan lainnya di PB yang terdapat dalam tradisi Rasuliah.
Jadi, tolong pahami bahwa ada perbedaan yang membentang antara Ajaran Mosha dan Yeshua kendati keduanya sama-sama memakai frasa ‘Hukum Taurat’. Oleh karena ada banyak perbedaan, maka para rasul menyebut apa yang Yeshua ajarkan adalah ‘Torah Mshikha’ (Gal 6:2).
Gal 6: 2  (LAI) Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus.
Sebagai pengikut Yeshua, melakukan Hukum Taurat itu artinya bunuh diri rohaniah. Perhatikan pesan Mar Shaul ex-rabbi Yahudi Farisi berikut:
Rm 4:14  Sebab jika mereka yang mengharapkannya dari hukum Taurat, menerima bagian yang dijanjikan Alaha, maka sia-sialah iman dan batallah janji itu.

5.   Sebenarnya di mana letak perbedaan antara Perayaan-perayaan di PL dan di PB?
Jawab: Semua perayaan di PL mengacu kepada diri Yeshua Mshikha. Jadi perayaan-perayaan di PB focus pada Yeshua.

6.   Mengapa Perayaan terpenting (mayor) Nazarene Indonesia adalah PESAKH bukan yang lain?
Jawab: Pesakh adalah perayaan (peribadatan) yang dimandatkan langsung oleh Maran Yeshua.
Luk 22:19  Lalu Ia mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka, kata-Nya: "Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku."
Inilah puncak perayaan umat Nazarene, perayaan atau peribadatan ini hanya bisa dilakukan oleh mereka yang telah dibaptis. Perayaan lain, juga penting, namun tidak sepenting Pesakh yang mengedepankan Perjamuan Suci. Dengan perjamuan inilah seseorang bisa diselamatkan.

7.   Bolehkan non jemaat yang belum disunat ikut merayakan PESAKH di komunitas Nazarene Indonesia?
Jawab: Peribadatan dan perayaan GNI terbuka bagi siapa saja. Masalah sunat atau tidak disunat, sudah dibahas di Konsili I Yerusalem yang dihadiri oleh para rasul. Konsili tersebut menghasilkan keputusan, pengikut Yeshua tidak lagi harus disunat jasmani. Nazarene sejak abad 1 menekankan sunat hati.

8.   Bolehkan merayakan PESAKH dengan cara menghias telur paskah?
Jawab: Ini bukanlah tradisi Nazarene, ini adalah tradisi pagan kuno yang terus dilestarikan oleh banyak gereja. Silahkan saja lakukan asal tidak menarik juga ajaran pagan untuk masuk ke dalam pemikiran anak-anak yang mengikutinya. Jika tradisi ini bisa ditinggalkan, itu adalah tindakan yang lebih bijaksana.

9.   Apa saja perayaan-perayaan Minor Nazarene Indonesia?
Jawab: Perayaan minor GNI ada berbagai macam, dari memperingati Para Kadosa (Orang-orang kudus), Hari Mshikha, Pekan sengsara, Rabu pembasuhan, Rabu-Sabtu hening, dan lain-lain.

10. Mengapa bisa ada perayaan untuk Orang-orang Kudus dan lainnya jika itu tidak pernah diperintahkan oleh Yeshua?
Jawab: Perayaan ulang tahun kelahiran, ulang tahun pernikahan, ulang tahun perusahaan, ulang tahun gereja juga kita rayakan kendati itu tidak pernah Yeshua peritahkan. Ada perayaan Tahun Baru, perayaan Ucapan syukur suatu keberhasilan, perayaan membuka cabang perusahaan baru, dan lain-lain. Semua itu tidak diperintahkan oleh Maran Yeshua, namun dirayakan oleh banyak umat Kristen.
Fokus perayaan kita adalah sosok Yeshua, kita mengucap syukur pada-Nya atas semua anugerah yang Dia limpahkan kepada kita. Untuk hal tersebut, tidak perlu menunggu perintah, kita lakukan saja.

11. Mengapa PESAKH bukan PASKAH atau EASTER?
Jawab: Sebenarnya ini hanyalah nama, wadah, atau kata saja. Yang terpenting bukanlah wadahnnya, melainkan isinya. GNI karena bercorak semitik maka lebih memilih nama semitik, yaitu Pesakh.

12. Apa yang dirayakan umat Nazarene pada tgl 25 Desember?
Jawab: Ada dua hal yang kita rayakan pada tanggal 25 Kislev (Desember):
a. Perayaan Masa Konsepsi Miltha d’Alaha(Sang Anak Alaha masuk dalam rahim Miriam melalui Ruakh ha-Kodesh) dan Pewartaan malaikat Gabriel akan peristiwa Sejarah ini di Bumi sebagai Kabar Baik. (Lukas 1:26-35). Hitungan Tradisi Yahudi Desember ke- September Akhir atau Awal Oktober (9 bulan + 10 hari) jatuh pada Perayaan Sukkot. Nubuatan ini terdapat pada Zakaria 14:16, sebagai berikut:
ZAK 14:16 VHYH KL-HNVThUr MKL-HGVYM HB’aYM ‘yL-YUrVShLM V’yLV MDY ShNH BShNH LHShThChVTh LMLK YHVH TShB’aVTh VLChG ‘aTh-ChG HSKVTh.ZAK 14:16 Dan akan terjadi pada waktunya, bahwa setiap orang yang tersisa dari semua bangsa yang datang menentang Yerusalem akan pergi berziarah dari tahun ke tahun untuk menyembah sang Raja YHVH Tzebaoth (L’Melek YHVH Tzebaoth), dan untuk merayakan perayaan Chag Sukkot.
Arti ayat Zakaria 14:16, … setiap orang yang tersisa dari semua bangsa; mereka kaum Yahudi perantauan dari keturunan-keturunan kaum Yahudi yang terserak diantara bangsa-bangsa di bumi ini, akan datang melalukan aliyah hagg (berziarah) ke Yerusalem untuk merayakan Perayaan Sukkot untuk menunaikan rukun Iman Yahudi. Ini merujuk kepada kaum Yahudi keturunan diantara Bangsa-bangsa dan bukan Bangsa-bangsa (Goyim) non-Yahudi yang datang ke Yerusalem sebab mereka tak punya hubungan sama sekali dengan perintah Perayaan Sukkot! Mereka datang ke Yerusalem untuk menyembah sang Raja YHVH Alam Semesta melalui Perayaan Sukkot.

Laporan Injil Lukas pasal 2:1-6, Injil Lukas 2:1-6, naskah ini mengalami pemenggalan ayat pada abd ke-4 M., setelah disalin atas perintah Kaisar Konstantinus kepada Uskup Kaeasarea, Eusebius untuk menghilangkan narasi Zakaria 14:16 perihal Perayaan Sukkot dialihkan menjadi sensus penduduk.   Sensus penduduk ini sebenarnya disertai dengan peungutan pajak bagi Kaisar Romawi untuk membiayai ongkos-ongkos roda pemerintahan Romawi yang sudah berjalan  tiap periode 14 tahun sekali, dan khususnya pemungutan pajak di Yudea sudah mulai sejak tahun ke- 16 S.M., oleh karena untuk membiaya ongkos perang dan pembangunan jalan Pax Romana yang dimulai sejak tahun 20 S.M. Uang hasil pengumpulan pajak ini tiap wilayah yang dikuasai Romawi dikirimkan ke “aerarium Saturni” (Bendahara Umum).

Sementara Yeshua lahir tahun 6 S.M., sehingga penarikan pajak melalui sensus penduduk sudah bukan hal baru lagi karena sudah berlangsung selama 10 tahun sebelum kelahiran-Nya. Kedatangan para peziarah Yahudi ke Yerusalem saat menunaikan ibadah rukun Iman 3 x setahun wajib datang ke Tanah Suci: Pesakh, Sukkot, dan Savu’oth dimanfaatkan dengan baik oleh penjajah Romawi untuk mengeruk keuntungan dengan menagih pajak bagi para peziarah sekaligus mengadakan sensus di tiap daerah.

Faktanya, sangat bertentangan dengan Iman Yahudi seperti dalam Zakaria 14:16 bahwa kedatangan mereka BUKAN untuk sensus penduduk, tetapi melaksanakan kewajiban merayakaan Perayaan Sukkot di kampong halaman leluhur mereka sendiri. Contoh, Yosip dan Miriam leluhur mereka adalah Raja Daud yang asal usul mereka di Beit Lekhem, maka mereka datang ke sana untuk merayakan Sukkot bersama Kerabat mereka yang tinggal di Beit-Lekhem. Jadi bukan datang untuk sensus penduduk! Jika untuk alasan sensus penduduk maka nyaris tidak ada satu orang Yahudi yang mau datang ke Yerusalem demi kepentingan bangsa yang mereka sangat benci terhadap penjajah Tanah Air mereka. Mungkinkah orang Yahudi yang tinggal di India, Cina, Jepang, Tibet, Asia Tenggara, Iran-Irak, Mesir, Briton, dll., mau bersusah payah hanya untuk sensus penduduk? Mustahil!!!

b. Perayaan Hanukkha Perjanjian Baru (Yoh 10:22-23)
Jemaat Yerusalem Nasrani Yahudi Awal merayakan Perayaan Hanukha (Pentahbisan Bait Suci). Pada masa abad ke-4 M., Bapa Gereja Barat, Epiphanius melaporkan perihal komunitas Nasrani Yahudi:
“…Mereka pada umumnya keturunan Yahudi dan tidak kurang lebih. Mereka tidak saja hanya memakai Kitab Perjanjian Baru, tetapi juga melaksanakan kebiasaan hidup Perjanjian Lama Yahudi; karena mereka tidak menyingkirkan Kitab-kitab Torah, Nabi-nabi, dan Tulisan-tulisan Suci lainnya… supaya mereka diakui oleh Yahudi (Yahudi yang tak percaya Mesias), mereka ini Umat Nasrani yang tak membedakan diri mereka dalam segala sesuatunya dan mereka mengakui semua dogma Yahudi berkenaan dengan rumusan Torah dan adat-istiadat Yahudi, kecuali satu hal yang membuat mereka beda adalah keyakinan terhadap sang Mesias (Mshikha)… Mereka mewartakan bahwa hanya ada satu saja Alaha dan PutraNya Yeshua Mshikha. Namun, mereka sangat terdidik dengan baik dalam bahasa Ibrani; sebab mereka sama seperti Yahudi lainnya, membaca keseluruhan Torah, kemudian Nabi-nabi… Mereka memang berbeda dengan Yahudi pada umumnya karena mereka percaya pada sang Juruselamat (Mesias) dan sekaligus berbeda pula dengan orang-orang yang menyebut dirinya Kristen yang dalam hal itu mereka hingga saat ini terikat dengan ritus-ritus Yahudi, seperti … Sabat dan Perayaan-perayaan lainnya.(Panarion 29).
Archbishop Mar John Reginald Cuffe menjelaskan juga dalam bukunya, Gereja Awal, beliau mengatakan bahwa:
Awalnya kaum Nasrani Yahudi merayakan Khanukha bersama mayoritas Yahudi lainnya sebagai deklarasi Iman Nasional Yahudi di mana sang Terang Ajaib telah memberikan kemenangan bagi mereka mengalahkan penjajah negeri mereka, sekaligus ini merupakan campur tangan Alaha bagi bangsa ini ditandai dengan Menorah yang tetap bernyala selama Delapan Hari tanpa suplai minyak. Perihal ini juga dirayakan oleh Maran Yeshua dengan kehadiran-Nya di Bait Suci yang dicatat oleh rasul Yokhanan, pasal 10 ayat 22-23, sebagai TANDA PERAYAAN INI ADALAH KANONIS UNTUK DIRAYAKAN ORANG PERCAYA DALAM YESHUA.
Setelah abad ke-2 M., setelah konflik internal terhadap kaum Yahudi mayoritas dengan Nasrani yang menyebut kaum Nasrani sebagai kaum “Minim” (bidat-bidat) dan juga konflik eksternal terhadap kaum Bangsa-bangsa yang menamakan dirinya Kristen (Kisah 11:26); maka pemahaman Perayaan Khanukha dipahami dalam konteks Perjanjian Baru sebagai inagurasi/pentahbisan Bait Suci Ke-III secara SPIRITUAL dan SORGAWI yang adalah Tubuh Yeshua sendiri (lihat, Yohanes 2:21-23, dan Wahyu 21:22) dan Orang-orang percaya Mshikha adalah sebagai Bait Alaha (1 Korintus 3:16).

Dengan demikian, Sang Terang telah bersukkah (berdiam) dalam Kedagingan Manusia melalui Miriam adalah haMakom (Tempat bersemayam) sang Terang Ilahi Sejati dalam manusia sehingga disebut sebagai Immanuel.(Yoh 1:14). Ini adalah Hanukkha (Perayaan Konsepsi terang masuk ke dalam dunia) seperti dijelaskan rasul Yohanes, pasal 1 ayat 9-10. Juga disebut sebagai Pentahbisan Bait Suci sejati yang tidak lagi terbuat dari bahan-bahan buatan tangan manusia tetapi melalui karya Alaha dalam Roh didalam roh semua umat manusia dan dalam Roh Alaha. Ini merupakan deklarasi bahwa kita tidak membutuhkan Bait Suci III secara Fisik dan duniawi yang kurang mulia sebab yang mulia dan sempurna telah dibangun sejak 2000 tahun lalu dalam Yeshua Mshikha.

13. Mengapa GNI tidak merayakan NATAL 25 DESEMBER sebagai kelahiran Yeshua?
Jawab: Ini aslinya adalah Perayaan Pagan Dewa kelahiran dewa Mithra yang diadopsi kaum bangsa Romawi yang bersumber dari Persia. Ini adalah kelahiran Dewa dalam cerita dongeng keagamaan Persia yang diimpor menjadi Dewa di masyarakat Barat dan Kekeristenan pengaruh Hellenisme Yunani dan Latinisme. Memasuki bulan Desember ada sejumlah iman yang merayakan akhir tahun ini: Bagi Hindu, ini adalah masa perayaan Diwali, bagi umat Yahudi ini adalah waktu merayakan Khanukah, dan tentu saja, ini adalah waktunya bagi orang Kristen merayakan Natal.

Kaum Manikhaean juga merayakan musim dingin sangat penting ini sebagai Hari Raya yang disebut “Shab I Yalda”. Ini adalah perayaan orang Persia kuno yang dirayakan baik itu oleh kaum Manikhean dan semua orang keturunan Iran. Shab I Yalda barangkali baru bagi banyak orang (khususnya di Barat dan Kekeristenan Barat) barangkali mereka mengejutkan banyak orang pada masa kini bahwa Shab I Yalda adalah dasar bagi perayaan Natal bulan Desember.

Sekarang, akan ada sejumlah orang yang mulai muncul pertanyaan dibenak mereka, tapi saya akan menjawab sudut pandang kami, bersama dengan ringkasan informasi perihal karunia Yalda ini. Tanggal 25 Desember, sementara perayaan ini dirayakan oleh kebanyakan orang-orang Kristen di seluruh dunia sebagai tanggal-kelahiran Isho (Yeshua atau Yesus), sebenarnya tanggal kelahiran Yeshua ini TIDAK SEBENARNYA. Kalau begitu, dari manakah tanggal 25 Desember ini berasal? Kita perlu melihat kepada Gereja Roma Kristen Bangsa Non-Yahudi untuk ini. Agama Resmi Negara Romawi pada zaman kaisar Konstantinus naik pamor, ini dengan mudahnya meleburkan Mithraisme sebagai Kekeristenan.

Sementara itu ada perayaan-perayaan dari agama-agama pagan lainnya yang dirayakan oleh masyarakat Romawi, kultus yang berkembang pada zaman itu adalah Mithraisme, sangat populer diantara prajurit Romawi, dan Kekeristenan. Konstantinus dan ibunya bertobat kepada Kekeristenan, maka Kaisar berfokus untuk menjadikan Kekristenan agama utama Kekaisaran. Ini bukan tugas mudah karena Kekeristenan dipandang kultus pemberontakan di Roma untuk suatu waktu, meskipun begitu bersama dengan keluarga Kaisar memeluk iman ini, mayoritas masyarakat tidak mudah dipengaruhi dengan ide tersebut. Satu dari solusi bahwa Romawi harus mempertobatkan para penyembah berhala kepada Kekeristenan berikutnya mengambil alih  kuil-kuil tempat penyembahan berhala, tempat-tempat berkumpul dan bahkan perayaan-perayaan agama mereka, dan menempatkan Rekayasa Romawi didalamnya, tanpa perduli entahkah tempat-tempat tersebut cocok dan tepat bagi sejarah Kristen-Yahudi atau tidak.

Satu contoh terbesar dari ini adalah adopsi kelahiran Mithra sebagai tanggal kelahiran Mshikha (Mesias). Sementara itu para sarjana mengakui bahwa perayaan hari raya Romawi adalah kelahiran Mithra pada tanggal 25 Desember, sangat sedikit orang tahu perihal tanggal ini, adalah Perayaan orang Persia yang disebut “Shab I Yalda”, yang secara tradisional dirayakan selama 4 hari lebih awal pada Musim Dingin Titik Balik Matahari (Winter Solstice). (Ini bisa berbeda dalam Kalender Persia dan Romawi, perihal masa itu). Shab I Yalda adalah Malam Kelahiran Mithra. Shab I Yalda juga adalah Perayaan Musim Dingin Titik Balik Matahari (Winter Solstice).

14. Apakah merayakan NATAL 25 Desember itu sudah pasti artinya adalah penyembahan kepada dewa pagan?
Jawab: tidak. Banyak orang yang menyudutkan gereja yang memiliki tradisi perayaan Natal 25 Desember itu merayakan perayaan pagan, itu keliru. Sebenarnya Perayaan Natal sendiri tidak pernah dirayakan oleh Jemaat Perdana Yerusalem yang kuat dengan tradisi semitik Yahudi mereka. Dalam budaya Yahudi, kelahiran itu tidak dirayakan.
Jika ada gereja yang merayakan maka itu tentu adalah ucapan syukur atas kedatangan Sang Juruselamat dunia. Perayaan tersebut sama sekali tidak ada hubungannya dengan penyembahan berhala.

15. Bolehkah merayakan Natal dengan memasang POHON NATAL?
Jawab: silahkan saja. Tradisi menghias pohon cemara ini memang bukanlah tradisi awal gereja, baru berkembang belakangan namun sama sekali tidak melanggar Torah Mshikha.



_________________________________

[1]  Sara E. Karesh, Mitchell M. Hurvitz, Encyclopedia of Judaism, hal 180, tahun 2006


[2] Tidak ada dasar Alkitab dan Tradisi serta Wahyu yang mengijinkan seorang awam membaptis orang lain, kecuali Imam Tertahbis. Contoh, Yohanes Pembaptis adalah keturunan Imam Harun anak Imam Zakaria dan dia dipilih Alaha untuk mempersiapkan jalan Tuhan (Matius 3:1-3). Demikian juga Para Rasul membaptis bersama Maran Yeshua (Yohanes 4:1-2) dan Kitab Para Rasul banyak menyinggung ini bahwa Filipus seorang Diakon hanya bisa membaptis dengan AIR tapi tidak tumpang tangan dengan peminyakan urapan dan pemeteraian kudus (Kisah 8:12-17). Gereja-gereja Rasuliah sudah 2000 tahun tidak pernah mengijinkan kaum awam tanpa suksesi rasuliah boleh membaptis. Perubahan ini terjadi saat abad ke-16 dalam Reformasi Protestantisme merombak (reform) segala aspek ajaran-ajaran rasuliah menjadi Ajaran-ajaran individual. (Theologumenons = private opinions).
[3] Pdt Jahja Iskandar, MA, Mengapa Nama Yahweh Semakin Populer, hal 77, tahun 2003
[4] Dr Yakub Sulistyo, Sth MA, Misteri Dua Nama, 2012
[5] Ensiclopedia Britannica

[6] Hildred Geertz, The Life of a Balinese Temple, hal 38, University of Hawai Press, tahun 2004


[7] Ronald F. Youngblood, Nelson's Illustrated Bible Dictionary: New and Enhanced Edition, hal 217, Thomas Nelson, tahun 1986

[8] Ibrani 10:1 LAI “Di dalam Hukum Taurat hanya terdapat BAYANGAN saja…”
[9] 1 Kor 9:21 terjemahan GNI
[10] Pdt Teguh Hindarto, MTh, Midrash Shabat, Kumpulan Penagarjaran Shabat Seri Pertama, hal 13, th 2006
[11] Istilah “Perjanjian Baru” disebutkan oleh Maran Yeshua pertama kali, dan diteguhkan melalui Korban di Salib dalam diri-Nya sendiri yang diperintahkan untuk dirayakan selalu; “… Perbuatlah ini mengingat akan Aku…” (Lukas 22:19-20). Jadi ini tidak ada kait mengait dengan Anti-Semitisme dan menggantikan istilah Perjanjian Lama. Istilah “Perjanjian Lama” sebenarnya tidak dikenal zaman Para Rasul, kecuali Kitab Torah, Nabi-nabi dan kemudian Ketuvim sehingga disebut Kitab TANAKH oleh kaum Yahudi. Orang Kristen Goyim yang pertama memakai istilah Perjanjian lama dan Perjanjian Baru adalah Tertullianus abad ke-2 M., (Latin: vetus testamentum dan novum testamentum), dalam tilisannya buku 3 - Melawan Marsion, pasal 14). Bagi Nasrani lebih suka menyebut PL sebagai Tanakh.
[12] Luk 16:16 terjemahan GNI: “Torah Sinai dan kitab para nabi berlaku SAMPAI kepada zaman Yohanes…”
[13] Ibrani 5:10 LAI: “dan Ia dipanggil menjadi Imam Besar oleh Allah, menurut peraturan Melkisedek.”
[14] Kitab Marghianeetha, bagian V, Pasal 2-- Penghormatan Salib Tuhan
Kita menghormati Kemanusiaan Mshikha sebab Keilahian ada dalam Dia; maka, melalui Salib, kita menyembah Alaha Juruselamat kita. "Salib" adalah nama dari Mshikha, sama sejajar kepada ucapan kita "terbunuh," "menyembah," dan bukan rancangan kayu, perak, atau perunggu. Sekarang dasar landasan Mshikhanuth (Nasrani) adalah pengakuan bahwa Salib itu adalah pembaharuan dan keselamatan semestawi diberikan kepada semua, dan Salib itu yang kita gunakan adalah tanda yang sama dari Tuhan kita yang muncul di langit sebelum kedatangan-Nya, seperti yang Dia sendiri telah ramalkan. Oleh karena itu, ketika, kita memandang lambang keselamatan kita ini, kita menerima seolah-olah kita sedang melihat Juruselamat kita terentang di Salib bagi pengampunan dosa-dosa kita, dan bagi pembaharuan semua alam ciptaan. Oleh sebab itu kita mempersembahkan dengan semangat dan ibadat Qadisha Qurbana, bukan untuk ditujukan kepada perihal Salib semata; tetapi kepada Dia yang kita gambarkan di atas Salib itu, dan diatas semuanya dipersembahkan kepada Alaha, yang memberikan Anak-Nya untuk menjadi Salib [atau, disalibkan] bagi kita, melalui karya salib Dia mengerjakan pembaharuan dan penebusan bagi kita, dan melalui-Nya Dia memberikan kehidupan kekal yang amat bernilai dalam kerajaan Sorga. "Sebab jika, sementara kita masih menjadi musuh, kita diperdamaikan kepada Alaha melalui Anak-Nya; betapa lebih lagi kita akan diselamatkan melalui hidup-Nya."
Melalui Tanda ini Rasul-rasul (Shlikhim) mengadakan mukjizat-mukjizat, dan menumpangkan tangan bagi jabatan Keimamatan (Suksesi Rasuliah), dan semua qadishotim Jemaat lainnya yang melalui ini semua karya disempurnakan. Perkara-perkara ini, dit erus sampaikan dari Rasul-rasul, dan diteguhkan oleh semua mereka para pengganti rasul-rasul, menegaskan bahwa "pewartaan Salib bagi mereka yang akan binasa adalah kebodohan; tetapi bagi kita yang diselamatkan pewartaan ini adalah kekuatan dari Alaha."
[15] Mar 12:29 (LAI): Jawab Yesus: "Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa.
[16] Yoh 20:28 (LAI): Tomas menjawab Dia: "Ya Tuhanku dan Allahku!"
[17] Martin Luther, Instruksi Kecil Martin Luther, 1546
[18] Pinchas Lapide, Hebrew in the Church, halaman 58, tahun 1984
[19] Paul Yunan, History of Peshitta, Peshitta.org
[20] Pdt Jahja Iskandar, MA, Mengapa Nama Yahweh Semakin Populer, hal 51, tahun 2003
[21] Kisah Rasul Thomas 4:39 terjemahan GNI“…kami menyembah dan memuji Engkau dan Bapa yang tidak terlihat dan Bunda dari semua ciptaan.”
[22] Allen C. Myers, ed, "Aramaic". The Eerdmans Bible Dictionary. Grand Rapids, Michigan: William B. Eerdmans. halaman. 72, tahun 1987 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar