SELIBAT DALAM JUDAISM
Karena PB adalah turunan dari
Perjanjian Sinai, maka keimamatan Melkisedek di PB juga adalah turunan dari
Keimamatan Lewi di PL. Masih ada keterkaitan di antara perjanjian dan
keimamatan ini. Mari kita lihat keimamatan Lewi, apakah mereka memang diajar,
diharapkan, dituntun untuk hidup selibat (tidak menikah) oleh Alaha? Jawabnya
tidak. Alaha di dalam PL tidak pernah mengajarkan imam atau para rabbi
(pengajar) Yahudi untuk selibat. Baik, apa buktinya?
- Imam Besar Lewi disarankan menikahi seorang pewaran[1].
Memang Imam Besar tidak boleh sembarangan memilih istri, harus perawan,
tidak boleh janda. Namun tetap saja pernikahan adalah hal yang wajar-wajar
saja.
- Adam diciptakan untuk bersama Hawa[2].
Pernikahan itu adalah inisiatif Alaha, bukan rencana manusia sendiri. Dan
ada perintah Alaha jelas tercatat tidak tersirat untuk berkembang biak dan
penuhi Bumi[3]
.
- Selibat dalam pandangan tradisi Yahudi dianggap tidak lengkap[4]:
“Dia
yang tanpa istri hidup tanpa sukacita, tanpa berkat…tanpa kedamaian’.
- Pernyataan Rabbi Eliezer sangat tegas dalam hal ini[5]:
“Seorang
Yahudi tanpa seorang istri bukanlah seorang pria”
- Kaum pria Sekte Esseni Yahudi dipercayai banyak kalangan hidup
selibat, kendati ditemukan tengkorak wanita di penggalian Qumran. Ini
memungkinkan bahwa mereka juga menikah untuk menjaga keturunan tetap ada.[6]
Bahkan ada pemikiran bahwa
Rabbi Yeshua Nazarene itu bagi mereka juga hidup menikah.
YESHUA TIDAK MENIKAH
Apa yang dialami dan dilakukan oleh
Yeshua tidaklah menjadi contoh teladan yang harus dilakukan apa adanya oleh
pengikut-Nya. Berbeda dengan Muhammad dalam Islam yang semua tindakan bisa
dicontoh umatnya karena dia mereka yakini sebagai contoh paling baik untuk alam
ini. Berbeda dengan Yeshua, bagaimana Dia tidak menikah, berhenti bekerja di
usia 30 tahun untuk berkeliling mengajar, tidak punya tempat tinggal tetap
alias selalu mengembara, berjalan kesana kemari tidak naik kendaraan, mengajak
ibu-Nya berkeliling juga, itu semua tidak perlu dicontoh pengikut-Nya. Yang
perlu dilakukan umat Mshikaye adalah melakukan perintah-Nya terutama di dalam
Limudah. Nazarene berbeda dengan Islam, berbeda jauh dalam hal ini.
Yeshua diutus memang dengan
tugas yang berat, mungkin dengan menikah akan malah banyak menimbulkan masalah
dengan pembagian waktu. Sebenarnya mau menikah atau tidak, dalam Judaism dan
Nazarene adalah suatu keputusan pribadi. Tidak menjadi masalah kalau Yeshua itu
menikah, seorang Rabbi Yahudi yang menikah itu tidak melanggar perintah Alaha.
Dan tidak ada ketentuan secara organisasi dalam jemaat seorang imam atau uskup
harus selibat. Sekali lagi, keptusan selibat adalah keputusan pribadi
masing-masing, jika Yeshua memutuskan tidak menikah maka itu harus dihormati.
SELIBAT DALAM GEREJA RASULIAH PADA UMUMNYA
Banyak contohnya imam itu harus
selibat di dalam Gereja Rasuliah atau Uskup pastilah seorang yang hidup
selibat, jarang ditemukan yang menikah. Ada sisi positifnya, mereka bisa focus
dalam melayani Alaha dan jemaat. Namun tetap saja, selibat yang dijadikan
ajaran gereja bukanlah ajaran awal. Selibat untuk menjadi uskup dan imam adalah
ajaran baru atau setidaknya bukan ajaran Nazarene kuno abad 1.
SELIBAT DALAM NAZARENE INDONESIA
Bagaimana jika ada jemaat yang
ingin konseling masalah suami istri? Bagaimana meminta nasihat bagaimana
mendidik anak yang bandel kepada mereka yang tidak pernah menikah? Apakah
nasihat moral saja sudah cukup? Teori memang mudah daripada praktik, justru
para imam dan uskup yang selibatlah yang harus belajar membina rumah tangga utuh
dan mengarahkan anak yang bandel kepada jemaat, jangan dibalik.
Tidak pernah ada larangan
menikah dalam Limudah! Dengan membuat batasan dalam organisasi maka
ujung-ujungnya akan menimbulkan masalah. Nazarene Indonesia menghormati setiap
Uskup selibat dari Gereja Rasuliah lain. Dan kami mengundang para imam dan
uskup yang menikah lalu ‘ditendang’ keluar dari Gereja Rasuliah untuk
bersama-sama dengan kami melayani Alaha yang memerintahkan untuk menikah.
Gb
Keluarga Uskup Mar Nicholas, sumber: Foto GNI
SELIBAT DALAM GEREJA ROMA KATOLIK
Merupakan kejadian memalukkan
melihat banyak kasus Imam dan Uskup Roma Katolik jatuh dalam skandal pelecehan
anak di berbagai media. Kendati Vatican berusaha menutupinya, namun dengan
berperannya media, sekarang kasus demi kasus dengan mudah diakses. Ini
mencoreng nama Gereja Roma yang memang terbaca dalam sejarah memiliki masalah
besar dalam hal selibat ini. Banyak Uskup bahkan Paus yang jatuh karena skandal
sex sebagaimana dicatat dalam sejarawan berikut[7]:
Sebaliknya, Theodora pun memiliki selesra sempurna terhadap orang-orang jahat dan pestapora. Salah satunya adalah Lando I yang menjadi Paus hanya selama 7 bulan antara tahun 913-914 Masehi. Tidak begitu banyak diketahui tentang Lando selain banyak menghabiskan waktu berteman dengan ‘wanita-wanita cabul’ dan menurut seorang penulis kronik abad pertengahan, Lando akhirnya menemui takdirnya.
Seberapapun besar dana Vatican,
tehonologi akan memuat wajah aslinya terkuak pada dunia.
Lim 5:1 Dan inilah tentang Jalan Kematian. Pertama sekali dari semuanya ini adalah jahat dan terkutuk: Pembunuhan, perzinahan, hawa nafsu, percabulan, pencurian, penyembahan berhala, ilmu gaib, ilmu sihir, pemerkosaan, saksi palsu, kemunafikan, bercabang pikiran, penipuan, kesombongan, kedengkian, mementingkan keinginan diri sendiri, tamak, bicara kotor, kecemburuan, gegabah (terlalu percaya diri), congkak, besar mulut;
Semoga mereka bertobat,
meninggalkan Vatican dengan aturan duniawinya merupakan langkah bijak jika
memang ingin menikah. Menikahlah dan berbahagialah dengan pasangan kita. Itu
perintah Alaha, jangan berzinah, cabul, dan penuh hawa nafsu.
Sekelompok umat Roma Katolik
sendiri bergerak dari dalam untuk mengehentikan ketetapan selibat ini. Mereka
dengan berani membuat website resmi dan menunjukkan data-data yang mencoreng
wajah organisasi besar ini. Ternyata ada banyak paus yang menikah, punya anak,
dan tidak semua Paus setuju dengan aturan selibat ini. Tulisan mereka yang
diterjemahkan oleh Uskup Mar Nicholas dapat dibaca pada pada LAMPIRAN.
[1] Im 21:13 Ia harus mengambil seorang perempuan yang masih perawan.
[2] Ke 2: 23 Lalu berkatalah manusia itu: "Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki."
[3] Kej 1: 28 Alaha memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi…
[4] Yev 62b berdasarkan Kej 5:2
[5] b. Yebam 63a
[6] Sejarah Selibat, Elizabet Abbot, hal 46, The Lutherworth Press Cambirdge
[7] Brenda R Lewis, Sejarah Gelap Para PAUS, kejahatan, pembunuhan, dan korupsi di Vatican, hal 23, Gramedia
LAMPIRAN
Sumber:
https://www.futurechurch.org
Future
Church, 17307 Madison Avenue Lakewood, Ohio 44107 Amerika Serikat, Tel: 216
2280869| Fax: 216 2284872 | email: info@futurechurch.org
SEJARAH SINGKAT SELIBAT DALAM GEREJA ROMA KATOLIK
Abad
Pertama
Mar Kefa (Petrus), Paus
pertama, dan rasul yang dipilih oleh Yeshua, yang terpenting adalah, seorang
yang menikah. Dalam PB menyiratkan seorang wanita memimpin perjamuan di jemaat
awal.
Abad Kedua dan Ketiga
Zaman Gnostikisme: terang dan
roh adalah baik, kegelapan dan bendawi adalah jahat. Orang tidak bisa menikah
dan menjadi sempurna. Namun, kebanyakan para imam menikah.
Tanggapan
Mar Nicholas:
Melihat
konsep Gnostikisme, jelas Gereja Roma Katolik dan Gereja-gereja Ortodoks Timur
dan Oriental Ortodoks sebenarnya pelanjut ajaran-ajaran bidat sesat Gnostikisme
secara tersembunyi, terutama pengajaran Mistikisme agama Timur melihat
seksualitas adalah sesuatu yang najis dan kotor, pada hal Iman Kristen tidak bersumber
dari agama-agama misteri Timur tetapi dari Yudaisme Israel yang jelas Alaha itu
menguduskan perkawinan. Pada hal Gereja Kristen Rasuli ini memiliki Kanon
Sakramen Perkawinan, yang justru mendukung perkawinan itu sendiri dalam hal ini
seksualitas bukanlah suatu hal yang najis atau kotor tetapi karunia. Dalam
sejarah Israel ada juga orang yang tak menikah yang mengkhususkan dirinya
melayani Alaha disebut sebagai seorang Nazir dan tidak ada selama ribuan tahun
ada ketetapan lembaga Sanhedrin memfatwakan imam – imam dilarang menikah.
Persoalannya, bukan masalah selibat itu dosa, tetapi diharamkan ada lembaga
keagamaan memaksakan orang tidak menikah jika mau menjadi imam, pemaksaan
aturan lembaga inilah yang sebenarnya menjadi inti persoalan. Ajaran-ajaran
tradisi lembaga gerejawi yang memaksakan selibat bagi rohaniawan pada
hakikatnya melawan Alaha sendiri, dan meludahi wajah Tuhan sendiri. Sebab
peraturan manusia lebih tinggi dari pada peraturan Ilahi.
Abad Keempat
Tahun
306 Konsili Elvira, Spanyol, dekrit #43: imam yang tidur
dengan istrinya pada malam hari sebelum Misa akan kehilangan pekerjaannya.
Tanggapan Mar Nicholas:
Ini
hanyalah masalah moralitas spiritual, tidak perlu harus ketuk palu di konsili,
sebab dalam kitab Tanakh sudah dijelaskan sebelum menjalankan yang “kudus”
harus mentahirkan diri.
Tahun
325 Konsili
Nikea: Dekrit bahwa setelah
pentahbisan imam tidak boleh menikah. Ditegaskan Pengakuan Iman Nikea.
Tanggapan
Mar Nicholas:
Gereja-gereja
Ortodoks Timur dan Oriental juga masih mempraktekkan ajaran bida’a sesat ini
dan tidak ada dasar Alkitabnya sama sekali.
Tahun 352
Konsili Laodicea: para wanita tidak
ditahbiskan. Pada hal sebelum waktu ini ada pentahbisan para wanita.
Tanggapan
Mar Nicholas:
Menurut
ketentuan Tradisi Rasuli (Apostolic Constitution and Didascalia, disebutkan ada
pentahbisan wanita sampai jenjang “Diakonisa” saja.
Tahun 385
Paus Siricius meninggalkan
istrinya agar bisa menjadi paus. Dekrit sejak saat itu para imam tidak
diijinkan lagi tidur dengan istri mereka.
Tanggapan
Mar Nicholas:
Meninggalkan
tanggungjawab sebagai suami adalah pengkhianatan terhadap janji perkawinan, ini
adalah dosa gila jabatan duniawi. (1 Korintus 7:3). Nasihat Paulus kepada Uskup
Timotius untuk mengangkat Uskup/Penilik, Presbiter dan Diakon yang MENIKAH.
Syarat bagi Uskup (1Tim.3:1-7) dan syarat bagi Presbiter/Imam/Penatua (1
Tim.5:17-180), dan Diakon (1 Tim.3:8-13).
Abad Kelima
Tahun 401-St. Augustine menulis, Tidak ada daya kekuatan
yang paling kuat menjerumuskan roh laki-laki selain daripada pelukan wanita.
Tanggapan
Mar Nicholas:
Ingat
kasus Samson dan Delila. Tetapi ada juga contoh Yosip dan istri Pothifar. Jadi
tidak ada alasan selibat secara kelembagaan.
Abad
Keenam
567-Konsili
Tours ke-2: jika ada rohaniawan
ditemukan tidur dengan istrinya akan diekskomunikasi (dikutuk atau dikucilkan)
untuk satu tahun dan diturunkan anggota awam.
Tanggapan
Mar Nicholas:
Inilah
pengaruh ajaran Gnostikisme menyusup secara halus dalam Gereja Roma.
580-Paus Pelagius II: kebijakannya tidak mengganggu
para imam menikah sepanjang mereka tidak menyerahkan properti gereja kepada
istri atau anak.
Tanggapan
Mar Nicholas:
Memang
cenderung keluarga imam seringkali menjadi masalah bagi pelayanan imam, sebab
keluarganya belum tentu satu visi dengan imam. Keluarga imam seringkali
bersifat duniawi dan memanfatkan pengaruh imam untuk mendapatkan harta bendawi
dari umat. Tuhan jelas akan menghukum manusia-manusia seperti ini karena telah
mencemarkan pelayanan imam, seperti kasus Imam Eli dengan dua anaknya yang dursila,
Pinehas dan Hofni (1 Samuel 2:12, 32-34).
590-604-Paus Gregory Agung berkata semua keingan seksual
adalah dosa dalam dirinya sendiri (artinya keinginan seksual adalah intrinsik
jahat?).
Tanggapan
Mar Nicholas:
Paus
Gregory adalah pengikut ajaran bidat sesat Gnostikisme!
Abad Ke-7
Tanggapan
Mar Nicholas:
Parncis:
dokumen menunjukkan bahwa mayoritas imam menikah.
Abad ke-8
Tanggapan
Mar Nicholas:
St.
Boniface melaporkan kepada Paus bahwa di Jerman tidak ada uskup atau imam
selibat.
Abad ke-9
836-Konsili Aix-la-Chapelle secara terbuka mengakui
aborsi dan pembunuhan bayi terjadi di biara-biara wanita dan biara-biara pria
menutupi aktivitas rohaniawan tak menikah. St. Ulrich, uskup kudus, berargumentasi
dari dasar kitab suci dan pengertian umum bahwa hanya jalan untuk kemurnian
gereja dari ekses buruk selibasi mengijinkan imam-imam menikah.
Tanggapan
Mar Nicholas:
Ada
banyak kasus aborsi di biara-biara Roma Katolik, juga pelecehan seksual,
pedophilia, masturbasi dan onani bagi para imam dan suster karena mereka
terpaksa harus mematuhi aturan lembaga gerejawi bukan mengikuti aturan Tuhan.
Tidak heran apa bila banyak imam-imam Katolik pada akhirnya keluar dari
keimamatan demi menikah dan tidak mau hidup munafik dan bermuka ganda dibalik
jubah mereka yang terlihat tanpa dosa.
Abad ke- 11
1045-
Paus Benedict IX mengeluarkan
dirinya sendiri dari selibasi dan berhenti agar menikah.
Tanggapan
Mar Nicholas:
Inilah
adalah contoh orang yang tidak mau hidup munafik dan bermuka ganda, dan sadar
bahwa dirinya tidak mampu tidak menikah, sayangnya ia harus meninggalkan
keimamatan karena kesesatan ajaran Gereja.
1074-Paus Gregory VII mengatakan jika ada orang ditahbiskan
pertama harus berjanji selibat: para imam [harus] pertama melepaskan diri dari
genggaman istri mereka.
Tanggapan
Mar Nicholas:
Ini
adalah kebijakan yang salah total dan tidak pantas untuk menjadi imam dalam
keimamatan Gereja. Mereka ini adalah manusia yang egois dengan meninggalkan
istrinya. Manusia seperti ini tidak pantas memegang Cawan Kudus.
1095-Paus Urban II punya imam – imam yang memiliki
istri dijual kepada perbudakan, anak-anak ditelantarkan.
Tanggapan
Mar Nicholas:
Imam-imam
seperti ini tidak layak untuk ditahbiskan karena mereka ini adalah
penjahat-penjahat kemanusiaan yang tak punya hati nurani. Mereka adalah sampah
kotor dalam Gereja.
Abad ke-12
1123-Paus Calistus II: Konsili Lateran Pertama mendeklarasikan bahwa
rohaniawan menikah adalah rohaniawan tidak sah.
Tanggapan
Mar Nicholas:
Ini sama dengan meludahi muka
rasul Petrus sendiri yang menikah!
1139-Paus Innocent II: Konsili Lateran Kedua
menegaskan dekrit konsili sebelumnya.
Abad ke-14
Uskup Pelagio mengeluhkan para
wanita masih ditahbiskan dan mendengarkan pengakuan-pengakuan dosa.
Tanggapan
Mar Nicholas:
Ada
contoh dalam Alkitab bahwa, wanita juga ditahbiskan hanya bukan tahbisan
sebagai Diakon, Imam dan Uskup (Holy Orders). Wanita ditahbiskan sebagai
Diakonisa dalam jenjang tahbisan minor (Minor Orders); seperti diakonisa Junia
(Roma 16:7)
Abad ke- 15
Transisi; 50% para imam menikah
dan diterima oleh umat.
Abad ke-16
1545-63-
Konsili
Trente menyatakan bahwa
selibasi dan keperawanan adalah lebih baik dari pada menikah.
Tanggapan
Mar Nicholas:
Menikah
dan tak menikah tidak menentukan lebih suci dari yang lain. Kesucian hidup
sangat tergantung pada diri pribadi orang percaya dan tidak terkait kepada
menikah atau selibat. Ada banyak orang yang selibat justru karakternya lebih
buruk dari yang menikah, dan begitu pula sebaliknya. Menikah atau tidak dalam
urusan iman sangat tergantung pada komitmen pribadi menjalani Jalan Sempit.
Orang yang tidak menikah belum tentu lebih suci hidupnya dari yang menikah.
1517-Martin Luther.
Tanggapan
Mar Nicholas:
Martin Luther adalah pendobrak dari kebobrokan moral
dan kesesatan ajaran lembaga Gereja, tetapi disisi lain Martin Luther membawa
orang ke jalan ekstrim kiri sehingga sama saja dengan Gereja Roma Katolik dan
tidak heran teolog Russia Alexei Komiakov berkata; Orang-orang Protestan adalah
Paus – paus Terselubung” (All of Protestants are Crypto-Papists). Roma ekstrim
kanan dan Protestan ekstrim kiri.
1530-Henry VIII.
Tanggapan
Mar Nicholas:
Raja
Inggris, memang jelas salah dalam moral. Namun, Gereja Anglikan memisahkan diri
dari Roma – Vatikan adalah tidakan benar. Sejak awal tahun 36 Masehi Gereja Inggris
sudah lebih dahulu terbentuk sebagai keuskupan mandiri sebelum Gereja Roma di
Vatikan. Gereja Inggris adalah gereja yang dianiaya dan dijajah selama
berabad-abad sejak abad ke-6 M., dalam Konsili Withby, Canterbury, Inggris.
Bertepatan kasus raja Inggris, Henry VIII melawan Paus Roma dimanfaatkan dengan
baik oleh Gereja Anglikan melepaskan dirinya dari penjajahan Roma.
Abad ke-20
1930-Paus Pius XI: seks bisa menjadi hal yang baik dan
kudus.
Tanggapan
Mar Nicholas:
Paus
Pius XI adalah orang bijaksana dan benar dalam sikapnya. Seks jika dilakukan
dlam kekudusan dan menghormati perkawinan adalah baik, tetapi para pendosa
menjadikannya sebagai sarana berbuat jahat dan melawan Tuhan.
1951-Paus Pius XII: Pastor Lutheran menikah mentahbiskan
imam Katolik di Jerman.
1962-Paus John XXIII: Konsili Vatikan II; dengan
berkata-kata bahasa daerah; Menikah sejajar kepada keperawanan (Selibat).
Tanggapan
Mar Nicholas:
Tepat
dan sangat Alkitabiah!
1966-Paus Paul VI: Selibasi hanya dispensasi.
Tanggapan
Mar Nicholas:
Tepat,
tetapi pelaksanaannya justru pemaksaan sampai hari ini.
1970s-Ludmilla Javorova dan beberapa wanita Czech lainnya
melayani kebutuhan para wanita dipenjara oleh rezim Komunis.
Tanggapan
Mar Nicholas:
Inilah
fungsi dan karya para wanita yang ditahbiskan dalam jajaran Diakonisa seperti
“Suster-suster Katolik.”
1978-Paus John Paul II: mempetieskan dispensasi.
Tanggapan
Mar Nicholas:
Kesalahan
terus menerus setiap pergantian pemimpin, berubah kebijakan!
1983-Hukum Kanon Baru.
Tanggapan
Mar Nicholas:
Sampai
sekarang belum direalisasikan masalah Imam menikah dalam Gereja Roma.
1980-Pastor-pastor Anglikan /Episcopal ditahbiskan sebagai Imam-imam Katolik
di Amerika Serikat, dan juga di Kanada dan Inggris pada tahun 1994.
Para Paus yang Menikah
Shliakh Mar Shimon Keipha, St. Felix III 483-492
(2 anak), St. Hormidas 514-523 (1 anak laki-laki), St. Silverus (Antonia)
536-537, Hadrian II 867-872 (1 anak perempuan), Clement IV 1265-1268 (2 anak
perempuan), Felix V 1439-1449 (1 anak laki-laki)
Para Paus yang anak-anak dari Para Paus, atau rohaniawan lain
Nama Paus
|
Paus
|
Anak dari
|
St. Damascus I
|
366-348
|
St. Lorenzo, imam
|
St. Innocent I
|
401-417
|
Anastasius I
|
Boniface
|
418-422
|
Anak dari imam
|
St. Felix
|
483-492
|
Anak imam
|
Anastasius II
|
496-498
|
Anak Imam
|
St. Agapitus I
|
535-536
|
Gordiaous, Imam
|
St. Silverus
|
536-537
|
St. Homidas, paus
|
Deusdedit
|
882-884
|
Anak Imam
|
Boniface VI
|
896-896
|
Hadrian, Uskup
|
John XI
|
931-935
|
Pope Sergius III
|
John XV
|
989-996
|
Leo, Imam
|
Para
Paus yang punya Anak-anak Haram setelah tahun 1139
Innocent VIII
|
1484-1492
|
Beberapa anak
|
Alexander VI
|
1492-1503
|
Beberapa anak
|
Julius
|
1503-1513
|
3 anak perempuan
|
Paul III
|
1534-1549
|
3 anak laki-laki, 1 anak
perempuan
|
Pius IV
|
1559-1565
|
3 anak laki-laki
|
Gregory XIII
|
1572-1585
|
1 anak laki-laki
|
Mitos dan Fakta
Mitos: Semua Imam mengangkat sumpah selibat.
Fakta: Kebanyakan Imam-imam tidak mengangkat sumpah. Itu hanya janji yang
dibuat di hadapan Uskup.
Mitos: Selibat bukan alasan untuk kekurangan pekerja
keagamaan.
Fakta: 1983 survei Gereja-gereja Protestan menunjukkan surplus rohaniawan; gereja Katolik sendiri kekurangan pekerja.
Fakta: 1983 survei Gereja-gereja Protestan menunjukkan surplus rohaniawan; gereja Katolik sendiri kekurangan pekerja.
Mitos: Selibat rohaniawan adalah norma sejak Konsili
Lateran Kedua tahun 1139.
Fakta: Imam-imam dan bahkan Para Paus masih terus menikah dan punya anak-anak untuk beberapa ratus tahun setelah penanggalan itu. Sebenarnya, Gereja Katolik Timur masih punya Imam-imam menikah.
Fakta: Imam-imam dan bahkan Para Paus masih terus menikah dan punya anak-anak untuk beberapa ratus tahun setelah penanggalan itu. Sebenarnya, Gereja Katolik Timur masih punya Imam-imam menikah.
Dalam Gereja Latin, orang bisa
saja imam menikah jika:
- Orang itu adalah pastor Protestan pertama
kali; atau
- Jika orang itu adalah Katolik yang berumur
panjang tapi berjanji tidak pernah lagi melakukan hubungan seksual dengan
istrinya.
Mitos: Kekurangan pekerja dibidang agama disebabkan
materialism dan kurangnya iman. Fakta:
Riset (1985 Lilly endowment): tidak ada bukti mendukung kehilangan iman karena
tidak adanya tenaga pekerja agama... sukarelawan muda dan pelayanan kampus
semakin meningkat.
Kami percaya bahwa para imam harus diijinkan menikah dan para wanita
punya hak sejajar bagi panggilan mereka untuk ditahbiskan (Tahbisan Minor)
bersama dengan calon laki-laki lainnya.
Kami percaya bahwa selibat
hanyalah karunia dari Ruakh ha-Kodesh dan tak bisa dipaksakan oleh peraturan
organisasi gerejawi apapun, sebab pada hakikatnya secara kodrat umum semua
orang dipanggil untuk menikah dan bukan hidup menyendiri. Karunia Ruakh
ha-Kodesh tak bisa dimandatkan, maka itu adalah penghormatan mendalam bagi
karunia selibasi yang kita minta menjadi pilihan individual dan bukan paksaan
atas mereka yang merasa tidak terpanggil untuk selibat. (1 Korintus 7:7)
__________________________
Sumber
sejarah:
1.
Oxford
Dictionary of Popes; H.C. Lea History of Sacerdotal Celibacy in the Christian
Church 1957;
2.
E.
Schillebeeckx The Church with a Human Face 1985; J.
3.
McSorley
Outline History of the Church by Centuries 1957
4.
F.A.Foy
(Ed.) 1990 Catholic Almanac 1989; D.L. Carmody
5.
The
Double Cross - Ordination, Abortion and Catholic
6.
Feminism
1986; P.K. Jewtt The Ordination of Women 1980;
7.
A.F.
Ide God's Girls - Ordination of Women in the Early Christian & Gnostic
Churches 1986;
8.
E.
Schüssler Fiorenza In Memory of Her 1984; P. DeRosa Vicars of Christ 1988.
ARTIKEL TERKAIT:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar