Jawab:
Tidak sama sekali.
SS adalah inovasi dari Imam Roma kat Martin Luther di abad 16 yg membuang tradisi roma dan berencana untuk meneruskan tradisi (Oral Torah) dari Gereja Byzantium Yunani. Sayang tujuannya ini tidak tercapai sehingga para penerusnya, tidak mewarisi Tradisi dari Roma Kat, atau dari Byzantium, atau Tradisi Gereja Rasuliah manapun.
SS adalah ajaran yg menitikberatkan pada 1 Pilar Iman saja, yaitu KITAB SUCI (written torah). Saking fanatiknya pada Kitab Suci maka tidak jarang ada banyak pengikutnya yg meyakini bhw KITAB SUCI ADALAH FIRMAN TUHAN. Ini adalah keliru, atau bahkan bisa dibilang sbg PENYEMBAHAN BERHALA.
Mengapa? Ya karena Firman Tuhan (Yoh1:1) adalah Tuhan sendiri dan layak disembah, sementara Kitab Suci adalah HASIL KARYA KAUM NASRANI AWAL, mana layak disembah?! Kitab Suci tidak akan bisa dipahami dengan baik TANPA TRADISI SUCI, sebab memang demikian awalnya. Nasrani berpegang pada Kitab (written) dan Tradisi (Oral), sehingga keduanya menjadi Torah yg lengkap.
Jadi kalau begitu, Nasrani Kuno memiliki 2 Pilar Iman? Kitab suci dan Tradisi Suci? Jawab: tidak hanya 2, melainkan 3 Pilar. Pilar iman yg ketiga adalah Pewahyuan Suci (Gilyana Qadosha). Pewahyuan ini bisa diterima oleh nabi-nabi yang harus terus ada di dalam Jemaat Tuhan, Ef 4:11. JAwatan kenabian tidak boleh hilang! Tuhan masih terus berbicara dan karenanya, nabi-nabi-Nya inilah yang mendengar dan menyampaikan pesan atau penyingkapan Tuhan kepada jemaat.
Nah, kalau hanya 1 dari 3 Pilar Iman yg masih tetap dipegang, tentu saja ajaran yg diwariskan HANYA SEDIKIT dan BISA MENYIMPANG. Oleh karena itu, mari belajar Tradisi Nasrani, mari pelajari Peran Kenabian lebih jauh, Gereja Nasrani Indonesia membuka diri bagi semua orang yang terbeban untuk MEWARISI DAN IKUT MELESTARIKAN AJARNA KUNO NASRANI di Nusantara.